Precedence: bulk Diterbitkan oleh Komunitas Informasi Terbuka PO Box 22202 London, SE5 8WU, United Kingdom E-mail: [EMAIL PROTECTED] Homepage: http://apchr.murdoch.edu.au/minihub/xp Xpos, No 47/II/26 Desember 1999 - 1 Januari 2000 ------------------------------ KUDETA SETELAH LEBARAN (PERISTIWA): Seorang letjen Angkatan Darat buka suara. Setelah Lebaran, kelompok Wiranto, mungkin ambil alih kekuasaan Gus Dur, lewat kudeta militer. Jendral TNI Wiranto gusar luar biasa. Bagaimana masuk diakal, seorang aktifis hak asasi manusia seperti Munir, yang jadi "musuh" TNI sejak lama, akhirnya bisa menginterogasi sang jendral sebagai seorang pesakitan dalam kasus pelanggaran HAM di Timor Timur? Munir adalah anggota Komisi Penyelidik Pelanggaran HAM Timor Timur. Wiranto jelas tak bisa menerima kenyataan ini. Tak hanya Wiranto, para jendral lainnya, seperti Mayjen TNI Zacky Anwar Makarim, mantan Kepala BIA, Mayjen TNI Sjafrie Samsoeddien, mantan Pangdam Jaya, Mayjen TNI Adam Damiri, mantan Pangdan XI Udayana dan Brigjen TNI Tono Suratman, mantan Komandan Korem 164/Wiradharma, Timtim. Kegusaran Wiranto, tentu tidak diumbar oleh ia sendiri. Ia meminta Mayjen TNI Sudrajad, Kapuspen TNI dan Pangkostrad, Letjen TNI Djadja Suparman untuk membelanya. Dan, perintah itu dilakukan Sudrajad dan Djadja. Dua jendral ini terus-menerus mengeluarkan penrnyataan yang bernada mengancam KPP HAM. "Para pajurit akan marah jika jendralnya diperiksa, apalagi diseret ke pengadilan", demikian bunyi pernyataan Sudradjad dan Dajdja. Kendati begitu, di tubuh TNI, ada kelompok yang tidak setuju sikap Sudrajad dan Djadja. Kelompok ini tak lain kelompok Mayjen TNI Agus Wirahadikusumah, Pangdam VII Wirabuana (baca: Kasak-kusuk Para Jenderal). Bukan sekali ini, jendral-jendral TNI dijadikan pesakitan. Beberapa waktu lalu, sejumlah jendral, seperti Jendral Purn TNI Benny Moerdani, Jendral Purn TNI Faisal Tanjung, Mayjen TNI Zacky Anwar Makarim dan lain-lain diperiksa Pansus DPR untuk kasus pelanggaran HAM di Aceh. Kini, sejumlah jendral, termasuk Wiranto, terancam jadi tersangka di pengadilan dalam rangkaian pembunuhan dan penghancuran di Timor Timur. Tekanan-tekanan terhadap para jendral itulah yang menurut seorang letnan jendral tadi, mendorong kelompok Wiranto untuk melakukan kudeta. Soalnya, kalau tidak, para jendral yang masih memiliki pengaruh kuat di tubuh TNI Angkatan Darat itu, akan masuk penjara yang cukup lama. Para jendral itu, sadar bahwa tak mungkin mengelak dari tuduhan membentuk dan mempersenjatai milisi. Mereka juga tak bisa mengelak dari fakta bahwa sejumlah penyerangan yang menyebabkan kematian dan kehancuran, seperti penyerangan Gereja Suai dan penyerangan rumah Uskup Belo, dilakukan oleh pasukan TNI. Banyak saksi dan dokumen mendukung keterlibatan TNI. Bukti paling kuat adalah penemuan mayat-mayat pembantaian pengungsi dan pastor-pastor di Gereja Suai. Mayat-mayat itu disembunyikan dengan dikubur di wilayah Indonesia, agar Interfet tidak menemukannya sebagai bukti. Lagipula, Wiranto dan kawan-kawan juga menghadapi ancaman tuntutan Mahkamah Internasional jika Sekjen PBB dan Dewan Keamanan PBB menyetujui permintaan Komisi Tinggi HAM PBB untuk membentuk pengadilan internasional. Pekan lalu, Rapat Polkam yang dipimpin Wiranto, sebagai Menteri Koordinator Politik dan Keamanan, menolak mahkamah internasional dalam kasus Timor Timur. Memang, ini bukan keputusan Presiden Gus Dur. Keputusan yang diambil Rapat Polkam itu juga bias, karena Wiranto yang juga tersangka dalam kasus itu, yang ikut memutuskan penolakan itu. Penolakan semacam ini konsekuensinya cukup berat. Indonesia bisa diisolasi dunia jika menolak menyerahkan para tersangka ke Mahkamah Internasional. Para jendral itu bisa ditetapkan jadi buronan Interpol dan tak bisa bepergian ke luar negeri. Merasa kepepet, tampaknya tak ada pilihan lain bagi Wiranto dan kawan-kawan untuk merebut kekuasaan dari Gus Dur. Kostrad, menurut sumber-sumber Xpos sudah siap mendukung kudeta. Begitu juga Kopassus. Pangkostrad, Letjen TNI Djadja Suparman adalah orangnya Wiranto. Djaja inilah dulu yang mengirim pasukan dari Kodam V Brawijaya untuk mem-back-up Wiranto dari ancaman Letjen Prabowo menjelang tergulingnya Soeharto. Djaja juga punya hutang budi pada Wiranto karena ia diangkat jadi Pangkostrad, sebuah kedudukan yang amat tinggi bagi perwira tinggi yang dianggap tak memiliki daya intelektual dan prestasi apapun. Kedua unsur kuat di tubuh TNI AD itu sudah siap-siap menunggu perintah. Katanya, setelah Lebaran, dua kesatuan itu akan bergerak. Nah, siapa kalangan TNI yang mendukung Gus Dur? Tentu kelompoknya Mayjen TNI Agus Wirahadikusumah, termasuk Mayjen TNI Ryamizard Ryacudu, Pangdam Jaya. Tapi apakah kelompok ini memiliki kekuatan yang cukup untuk melawan Kopassus dan Kostrad? Tentu tidak. Kodam Jaya hanya memiliki tiga Batalyon Infantri (di bawah Brigif 1/Jaya Sakti), satu Batalyon Armed, satu resimen Arhanud dan dua Batayon Kaveleri. Total pasukan Kodam Jaya sekitar 10 ribu. Lalu, Marinir berada di pihak mana? Ini masih tanda tanya, karena keberpihakan itu tampaknya akan tergantung pada Panglima TNI Laksamana TNI Widodo A.S. Kalau Widodo mendukung kudeta Angkatan Darat itu, Korps Marinir akan mendukung kudeta, namun kalau tidak, pasukan khusus Angkatan Laut ini akan bergabung dengan pasukan Mayjen Ryamizard. Korps Marinir kini memiliki dua brigade infanteri yang terdiri dari enam batalyon infanteri. Jumlah personilnya mencapai enam ribu hingga sembilan ribu. Kalau ditambah batalyon kavaleri dan alteleri, pasukan pro Gus Dur bisa lebih kuat lagi. Nah, bagaimana kekuatan Wiranto? Kostrad memiliki dua divisi, yakni satuan tempur militer terbesar, dengan kekuatan penuh, yakni: Divisi Infanteri 1 Kostrad (markas di Cilodong, Bogor), dan Divisi Infanteri 2 Kostrad (markas di Singosari, Malang). Divisi-divisi tersebut, selain memiliki unsur tempur sendiri (infanteri, kavaleri dan artileri), juga memiliki unsur bantuan tempur (Bataliyon Zeni, Bataliyon Perhubungan, dan Bataliyon Peralatan), dan unsur bantuan administrasi sendiri (perbekalan, angkutan, kesehatan, polisi militer, dll). Jumlah personil sebuah divivi bisa mencapai lima belas ribu hingga duapuluh ribu. Kalau Kostrad punya dua divisi yang bisa dikerahkan ke ibukota, tampaknya kelompok Wiranto bisa menguasai pemerintahan. Apalagi, dengan bantuan Kopassus, pasukan elit yang memiliki sekitar enam ribu pasukan terlatih. ===================================== KEKUATAN PASUKAN LETJEN TNI DJADJA SUPARMAN SATUAN INFANTERI DI BAWAH DIVISI INFANTERI 1: 1. Brigif Linud 17/Kujang I (Cijantung, Jakarta Timur), membawahi 3 Yonif Linud: - Yonif Linud 305/Tengkorak (Karawang); - Yonif Linud 328/Dirgahayu (Cilodong, Bogor); - Yonif Linud 330/Tri Dharma (Cicalengka, Bandung) 2. Brigif Linud 3 (Makasar, Sulawesi Selatan), membawahi: - Yonif Linud 431; - Yonif Linud 432; - Yonif Linud 433 3. Brigif 13/Galuh (Tasikmalaya, Jawa Barat), membawahi: - Yonif 303/Setia Sampai Mati (Garut); - Yonif 321/Buaya Putih (Ciamis); - Yonif 323/Galuh Taruna (Majalengka) 4. Selain satuan infanteri, juga didukung satuan lain seperti: - Yonkav1/Tank (Cijantung, Jaktim); - Yon Armed 9/Pasopati (Sadang, Purwakarta); - Yon Armed 10/Nanggala (Sukabumi); - Yon Zipur 9/Para (Ujungberung, Bandung); - Yon Bekang (Cibinong, Bogor); - Yonkes (Ciluar, Bogor), dll. SATUAN INFANTERI DI BAWAH DIVISI INFANTERI 2: 1. Brigif Linud 18/Trisula (Malang, Jawa Timur), membawahi: - Yonif Linud 501/Bajra Yodha (Madiun); - Yonif Linud 502/Ujwala Yodha (Malang); - Yonif Linud 503/Mayangkara (Mojokerto) 2. Brigif 6 (Mojolaban, Solo, Jawa Tengah), membawahi: - Yonif 411 (Salatiga); - Yonif 412 (Purworejo); - Yonif 413 (Solo) 3. Brigif 9 (Jember, Jawa Timur), membawahi: - Yonif 514 (Situbondo); - Yonif 515 (Tanggul); - Yonif 516 (Jember) 4. Selain satuan infanteri, juga didukung: - Yon Zipur 10 (Pasuruan); - Yonkav (Kepanjen, Malang); - Yon Armed (Singosari, Malang); - Yon Bekang (Malang), dll. ===================================== Kekuatan Wiranto memang sulit dilawan jika benar akan terjadi kudeta atas Gus Dur. Pasukan Mayjen Ryamizard dan Korps Marinir akan sulit menandingi kekuatan dua divisi Kostrad plus tiga Grup Kopassus. Pagar Nusa (kelompok silat NU) dan Banser (milisi NU) yang mungkin akan dikerahkan untuk membantu pasukan Kodam Jaya, juga tak akan mampu melawan kekuatan kudeta itu. Benteng terakhir Gus Dur, barangkali, ribuan jin yang konon dimilikinya mungkin bisa dipersenjatai dengan M-16 atau AK-47, untuk bisa menggagalkan kudeta itu. Ya, semoga saja tidak terjadi. (*) --------------------------------------------- Berlangganan mailing list XPOS secara teratur Kirimkan alamat e-mail Anda Dan berminat berlangganan hardcopy XPOS Kirimkan nama dan alamat lengkap Anda ke: [EMAIL PROTECTED] ---------- SiaR WEBSITE: http://apchr.murdoch.edu.au/minihub/siarlist/maillist.html