Precedence: bulk Diterbitkan oleh Komunitas Informasi Terbuka PO Box 22202 London, SE5 8WU, United Kingdom E-mail: [EMAIL PROTECTED] Homepage: http://apchr.murdoch.edu.au/minihub/xp Xpos, No 01/III/2 - 8 Januari 2000 ------------------------------ MENGAPA YORRIES TAK DITANGKAP (POLITIK): Yorries Raweyai bergerak lagi. Ia bergabung dalam gerakan Papua Merdeka, mengadu domba preman Medan dan mengompori di Potianak dan Kupang. Banyak bukti, kalau aparat mau dan berani, untuk menangkap Yorries Raweyai, Ketua Harian Pemuda Pancasila, organisasi preman pendukung setia Soeharto. Yorries adalah salah satu tukang pukul Cendana yang belakangan diminta keluarga Cendana untuk jadi bos provokator. Dari ricuh di Ketapang, Jakarta Pusat, 28 November lalu, Yorries dan anak buahnya berhasil menghancurkan Maluku, bahkan, konflik di Maluku terpelihara hingga kini. Menurut Dr. Thamrin Amal Tomagola, sosiolog Universitas Indonesia yang juga orang Maluku, Yorries punya peran yang penting membakar konflik antar umat beragama di Ambon, Idul Fitri tahun lalu. Thamrin yang melakukan penelitian mendalam di Maluku menemukan simpul-simpul yang menyeret nama Yorries. Lalu, setelah Maluku, Yorries bergerak ke Irian Jaya. Di sana ia bergabung dengan organisasi-organisasi pendukung gerakan Papua Merdeka. Yorries pun membuat pernyataan yang 'aneh' -apalagi selama ini latar belakangnya di Pemuda Pancasila, pernah tertangkap berjudi, sama sekali tak menunjang sikapnya sebagai "pejuang kemerdekaan". Ia menyatakan, Irian Jaya harus menjadi negara merdeka. Itu ia lakukan menjelang Ulang Tahun Organisasi Papua Merdeka, sebulan lalu. Tujuan Yorries jelas, membuat suhu politik Irian panas dan terjadi anarki, seperti halnya di Maluku. Tapi, tampaknya gerilya Yorries di Irian tak berhasil. Para tokoh OPM memang sudah mengendus bau tak sedap dengan kehadiran Yorries di Irian untuk mendukung Papua Merdeka. Kalangan wartawan di Jayapura mengatakan, Yorries, kendati ia memiliki darah Irian (ayahnya Irian dan ibunya Thionghoa) tak bisa diterima oleh kalangan gerakan OPM karena kehadirannya yang tiba-tiba mendukung Papua Merdeka menimbulkan kecurigaan. Dan, Yorries gagal di Irian. Lalu, gerakan provokasi dialihkan ke Kalimantan Barat. Ini menurut seorang perwira tinggi berpangkat mayor jendral, yang belakangan ini namanya banyak diberitakan. Kelompok Yorries mulai mengompori pertikaian antara etnis Melayu dan etnis Dayak, dua etnis yang selama ini bersatu melawan etnis Madura. Itu sudah terjadi, dua pekan lalu, terjadi pertikaian kelompok pemuda Melayu versus kelompok pemuda Dayak, yang kemudian membuat tegang Pontianak. Belum jelas mengapa konflik ini pecah. Namun, tampaknya, konflik ini ada hubungannya dengan manuver politisi kelompok Melayu untuk menguasai DPRD dan Pemerintah Daerah Kalbar. Nah, manuver politik ini, menurut informasi yang dihimpun Xpos, memang sarat provokatif. "Etnis Melayu dan Dayak di Kalbar itu seimbang, sehingga konfliknya bisa panjang seperti di Maluku. Itulah yang mereka harapkan," ujar mayor jendral tadi. Melayu versus Dayak, jika berhasul dikobarkan konfliknya, memang akan membuat panas Indonesia. Dua etnis yang sejak lama bersahabat ini, sebenarnya memang punya potensi konflik, Melayu beragama Islam dan Dayak beragama Kristen. Jika konflik terjadi berdasar agama, etnis Madura akan bergabung dengan Melayu dan jadilah Maluku kedua. Kelompok Yorries ternyata juga bergerak di Medan. Mereka disinyalir mengadu domba dua kelompok preman Orde Baru, Ikatan Pemuda Karya dan Pemuda Pancasila di Medan. Dua kelompok preman ini berperang dan membuat Medan tegang. Dampak konflik itu adalah pembakaran dan penjarahan banyak gudang di Pelabuhan Belawan. Perang dua kelompok ini tak akan segera berakhir, apalagi setelah salah seorang anggota Ikatan Pemuda Karya menikam seorang anggota Brimob dan sepasukan Brimob menembaki kantor Pemuda Karya. Ikatan Pemuda Karya dengan Pemuda Pancasila, selama ini memiliki hubungan yang baik. Mereka sama-sama organisasi preman yang mendukung Golkar dan para pemimpinnya sama-sama kebal hukum. Di Medan, Pemuda Karya dipimpin Olo Pangabean, bos preman yang perwira polisi pun tak berani menangkapnya jika ia melakukan pelanggaran hukum. Tugas provokasi Yorries tampaknya tak berhenti sampai di sini. Ia, bersama-sama organ-organ pro Soeharto lainnya, berusaha membuat keruh Jakarta. Organ-organ pro Soeharto di Jakarta adalah sejumlah organisasi Islam radikal yang dipimpin para habib. Mereka diduga berada di balik pembakaran gereja-gereja dan gencar melancarkan teror-teror atas nama agama. Jika Yorries sudah bisa ditangkap dengan bukti-bukti, paling tak pernyataannya pro kemerdekaan Irian Jaya, mengapa ia kini masih bebas berkeliaran? Aparat tak mau atau tak mampu? Yorries sejak lama memang susah ditangkap. Seorang perwira menengah di Jakarta mengatakan, Yorries memang bergerak atas sepengatahuan para jendral pro Soeharto. "Saya pernah meminta surat penangkapan untuk dia. Tapi tak pernah diberi," ujar perwira tadi. Yorries pernah ditangkap, Letkol Pol Gorries Merre, Kapolres Jakarta Barat, saat tertangkap tangan tengah berjudi. Namun ia bebas. Yorries adalah orang Soeharto, dan dipercaya untuk mengacau agar orang lupa mengusut Soeharto dan keluarganya. (*) --------------------------------------------- Berlangganan mailing list XPOS secara teratur Kirimkan alamat e-mail Anda Dan berminat berlangganan hardcopy XPOS Kirimkan nama dan alamat lengkap Anda ke: [EMAIL PROTECTED] ---------- SiaR WEBSITE: http://apchr.murdoch.edu.au/minihub/siarlist/maillist.html