Precedence: bulk


JJ.KUSNI :


DI PERBATASAN

di perbatasan akhir tahun baru dan lama
di antara gaung gema genta gereja
jelas kudengar bom dan meriam menggelegar
jerit rintih orang-orang dibunuh sangat jelas kudengar
demikianpun erang penghabisan
ataupun nafas megap-megap orang kelaparan
di perbatasan waktu ini jelas sangat jelas kudengar
dibawa angin segala penjuru tak pernah alpa berkabar

champs elysées, concorde, jalan-jalan paris sedang mandi cahaya
menyaingi warna pelangi warna duka dan derita penduduk papa
orang-orang begitu sibuk bersiap memasuki abad istimewa
tapi adakah kelak yang demikian berbeda
akankah kemanusiaan milenium baru lebih bermartabat
akankah masing-masing tanahair jadi tempat damai membangun harapan?
boleh jadi kesibukan rutin ini tak lain dari frustrasi berat
ketika pencarian menjumpai kebuntuan
dan kita enggan mengaku kekalahan serta kesia-siaan

dalam kota mandi cahaya malam ini
di tengah sorak-sorai kembang api
tak kuasa hatiku bertepuk dan bersorak
terkenang kau di kampung yang selalu bertarung
masih saja bertahan dengan hutang demi hari bisa disambung
tak lagi bisa kuhitung berapa, o, tak bisa kuhitung
orang yang bagai anak tak bisa berenang di sungai kecemplung
lalu apakah yang patut kusoraki patut kutepuki
apakah keistimewaan abad kalau segalanya sama saja
penindasan, penghisapan, pembunuhan, perampokan
disebut demokrasi
disebut hak negara dan pembangunan
disebut globalisasi

topan derita mengabad kulihat di abad tiba bakal menghebat
jiwa-jiwa sudah demikian tersiksa sungguh bagai gerobak reot dan tua
tanpa cinta dalam besar luar biasa gimana mungkin bergerak dari tempat
padahal tanpa gerak ke depan dan bukan ke belakang 
gerobak tua reot itu kian rapuh oleh kelembaban cuaca pikiran
makin apak makin apak tanpa harapan

kukira inilah yang patut dihitung perlawanan dari tahun ke tahun
sehingga saban waktu tiba di perbatasan
rancangan menjadi buah kian matang
di musimnya bersama kita tuai 
di musimnya bersama kita menari dan menyanyi
bertepuk dan bersorak datang sudah pelangi
harapan menyilang terang bumi kehidupan
karena memilih kehidupan
memilih perlawanan 
memilih cinta

merenungi malam di perbatasan waktu
aku teringat kau, sayang
aku teringat kau, perempuan
kau yang sering membuatku diam 
tapi juga selalu melecut
untuk tak berpangku -tangan
di sinilah kasih kita
menemukan sarang
makna terdalam
maka bataspun
menghilang


Perjalanan, Musim Dingin 1999

----------
SiaR WEBSITE: http://apchr.murdoch.edu.au/minihub/siarlist/maillist.html

Kirim email ke