Precedence: bulk


SUKU TERASING TAGETU TERLIBAT KONFLIK DI GALELA

        JAKARTA, (SiaR, 14/1/2000). Kekerasan yang terjadi di Kecamatan
Galela, Halmahera, Maluku Utara melibatkan suku Tagetu, penduduk asli
(indiginous people) Halmahera. Suku Tagetu, penganut animisme, termasuk suku
terasing yang para lelakinya hanya mengenakan cawat dari kulit kayu dan para
wanitanya bertelanjang dada. Keterlibatan suku Tagetu ini sesuai dengan
sebuah berita yang ditulis harian Republika, yang mengutip seorang kepala
desa di Tabelo, bahwa para penyerang dari massa Kristen tak mengenakan
pakaian lengkap dan para wanitanya bertelanjang dada. Kesaksian kepala desa
itu keliru, karena massa tanpa pakaian ini adalah massa Suku Tagetu yang
bukan Kristen.

        Suku Tagetu turun gunung karena para sanak keluarga mereka di Galela
dibunuhi para perusuh yang ditengarai datang dari luar kepulauan Maluku
dengan menggunakan sejumlah kapal. Hal ini diungkapkan tokoh-tokoh adat asal
Halmahera yang ada di Jakarta kepada SiaR, Kamis (13/1).

        Menurut Ben (bukan nama sebenarnya), salah seorang tokoh informal asal
Kecamatan Galela, bahwa suku Tagetu terlibat peperangan setelah sanak famili
mereka dibunuh para penyerbu di Galela, dan Tabelo. Sebagian anggota
keluarga suku Tagetu kebanyakan menikah dengan orang Kristen Galela.

        Ben dan sejumlah tokoh informal asal Halmahera yang kini sedang
mengupayakan perdamaian dan rekonsiliasi bersama tokoh-tokoh adat Maluku
Utara lainnya, menuturkan, bahwa para perusuh atau provokator diduga
didatangkan dari Sulawesi Selatan beberapa pekan lalu dengan mempergunakan
kapal.

        "Jadi yang disebut koran-koran sebagai pembantaian itu, sebenarnya
merupakan akibat kemarahan suku Tagetu yang merasa ketenangan hidup mereka
di Halmahera terganggu dengan kedatangan para pendatang yang membuat rusuh,"
ujar Ben.

        Menurut keterangan para saksi mata, suku Tagetu sengaja memancing
kedatangan para pendatang dengan terlebih dahulu membakar pemukiman mereka
sendiri di pinggiran hutan Galela, dan saat ratusan pendatang itu mendekati
pemukiman di pinggiran hutan tersebut, suku Tahetu balik menyerang, sehingga
menewaskan ratusan pendatang.

        Para tokoh informal itu juga meminta klarifikasi atas pemberitaan yang
seolah-olah menyamaratakan korban-korban itu sebagai seluruhnya muslim
setempat. "Kalau kemudian ada korban di kalangan muslim setempat yang
sebagiannya masih ada pertalian saudara dengan kami juga, itu memang menjadi
tujuan para provokator tersebut," ungkap seorang tokoh Galela.

        Berdasarkan data Pemda Maluku tahun 1997, jumlah suku Tagetu sekarang ini
tinggal ribuan orang saja, dan terus mengalami penurunan. Suku Tagetu konon
masih memiliki hubungan darah dengan penduduk asli Filipina di pulau Moro.
Meskipun hingga sekarang masih bertahan hidup di hutan-hutan Halmahera, tapi
sebagian dari mereka mulai membaur dengan tinggal di kota-kota kecamatan
setelah menganut Kristen melalui ikatan perkawinan dengan penduduk Galela,
atau Tobelo yang beragama Kristen.

        Laporan terakhir yang diterima SiaR dari Ambon menyebutkan, kondisi di
Galela masih mencekam, selama dua hari belakangan, Selasa, dan Rabu, ada 17
orang lagi ditemukan tewas terbunuh. Pangdam Pattimura Brigjen TNI Max
Tamaela mengakui kondisi di Galela masih mencemaskan, dan pihaknya akan
segera mengirimkan penambahan pasukan untuk mempercepat pemulihan. ***


----------
SiaR WEBSITE: http://apchr.murdoch.edu.au/minihub/siarlist/maillist.html

Kirim email ke