Precedence: bulk HARIMAN INGIN GOYANG GUS DUR JAKARTA, (SiaR, 19/1/2000). Setelah ditolak begabung di Habibie Center, Hariman Siregar mencoba mengumpulkan aktivis Islam dan mendirikan Indonesia Democracy Monitor (In-Demo). Peringatan Malari (Malapetaka 15 Januari), di mana Hariman menjadi tokohnya, ditandai dengan didirikannya Indonesia Democracy Monitor (In-Demo) di sebuah hotel berbintang di Jakarta. In-Demo menurut Amir Husein Daulay, aktivis dan pendiri yayasan PIJAR (Pusat Informasi dan Jaringan Aksi Reformasi), akan menjadi lembaga swadaya masyarakat yang berfungsi sebagai oposisi konsepsional. "Kami merekrut aktivis-aktivis dari angkatan 74, 78, 80-an hingga angkatan 98 dalam In-Demo," ujar Amir, yang juga pengurus Dewan Nasional Komite Independen Pemantau Pemilu (KIPP). Amir juga mengakui bahwa, selain Hariman Siregar beberapa aktivis seperti Beathor Suryadi dan lainnya juga terlibat aktif dalam In-Demo ini. Rencananya In-Demo akan membuat jaringan ke beberapa kota lain untuk mengawasi parlemen dan pemerintahan Gus-Dur. Bahkan mereka mengancam akan siap turun ke jalan jika perlu untuk mengontrol pemerintahan Gus Dur. Keterlibatan Hariman ini mengundang banyak pertanyaan, karena saat Habibie naik Hariman dikenal sebagai operator Habibie dan mendanai Pam-Swakarsa saat berlangsungnya Sidang Istimewa November 98 lalu. Beberapa kali SiaR menghubungi kliniknya di daerah Cikini, namun Hariman selalu tak berhasil ditemui. Beberapa sumber dekat Hariman mengatakan, Hariman belakangan ini sudah agak berani lagi untuk keluar. Menurut sumber tersebut setelah Habibie jatuh, Hariman ketakutan karena merasa diincar banyak kelompok. Bahkan saat itu Hariman hanya berani pergi dari rumahnya ke Klinik Baruna yang dikelolanya. Padahal biasanya ia selalu bertandang ke hotel-hotel seperti; Sari Pacific, Hilton, Gran Melia, Hotel Ascott dan beberapa tempat lain hingga dini hari. Beberapa sumber lain mengatakan Hariman Siregar belakangan ini sedang mengerjakan proyek dengan Eggy Sudjana yang juga Ketua Persaudaraan Pekerja Muslim Indonesia (PPMI). Bahkan lewat sumber itu, lewat kedekatannya dengan Eggy, Hariman mulai kontak dengan beberapa mantan nara pidana politik kasus Pembajakan Woyla yang dikenal dengan kelompok 'Komando Jihad' (Konji). Beberapa kawan dekat Saleh Hafidz (tokoh yang dibunuh militer dalam kasus Konji) mengakui Hariman memang belakangan dekat dengan tokoh tokoh N-Sebelas, istilah yang digunakan untuk kelompok NII (Negara Islam Indonesia). Sumber tersebut mengatakan, "Hariman menginginkan bantuan mereka untuk memobilisasi massa". Saat ditanya untuk apa, sumber tersebut mengaku kurang mengetahui tujuannya. Namun sumber tersebut mengakui juga bahwa mobilisasi massa tersebut ditujukan untuk menggoyang Mega-Gus Dur. Beberapa kawan dekat Hariman semasa mahasiswa di UI menengarai, Hariman ingin memperbaiki posisinya dimata kelompok Habibie yang berkantor di Habibie Center di Gedung BNI-46. Konon setelah Habibie jatuh, Hariman dianggap sebagai biang kerok penyebab kejatuhan Habibie, dan lewat In-Demo tampaknya ia ingin menarik aktivis lain untuk bergabung menyikat Gus-Dur. Di satu sisi lewat kelompok NII ia juga ingin merangkul massa Islam dan memulihkan kredibilitasnya di depan kelompok Habibie. *** ---------- SiaR WEBSITE: http://apchr.murdoch.edu.au/minihub/siarlist/maillist.html