Precedence: bulk


RCTI MELAKUKAN EDITING YANG TIDAK SEMESTINYA PADA PIDATO PRESIDEN

        Sabtu malam (15/1/00) atau Minggu dini hari (16/1/00) selepas jam 00.00
WIB, saya terhenyak menyaksikan Tayangan Ulang Acara "Malam Maluku
Basudara" yang baru sempat disiarkan oleh berbagai TV Swasta (karena
sebelumnya --entah karena apa, padahal peraturan relay untuk Siaran
Langsung masih belum dicabut-- semua TV Swasta tersebut "tidak patuh" untuk
menyiarkannya langsung Acara dari Istora Senayan tersebut). Bagaimana
tidak, dimulai dengan ANTeve, kemudian Indosiar, SCTV, RCTI dan yang
terakhir menyiarkannya adalah TPI, Acara tersebut telah benar-benar
menggugah Simpati yang sangat dalam terutama pada Pidato Presiden
Abdulrahman Wahid perihal penanganan kasus yang sangat serius ini.

        Saat saya menyaksikannya pertamakali melalui ANTeve, tampak jelas sekali
bahwa langkah-langkah yang sudah dan akan dilakukan oleh Pemerintah untuk
kasus tersebut sangat jelas dan tegas, apalagi Presiden bahkan memberikan
statemen bahwa "Tangan-tangan Jahat" memang ada dan 'bermain' di konflik
berbau SARA tersebut. Namun bukan soal penegasan presiden ini yang membuat
saya secara pribadi menaruh perhatian yang sangat besar, tetapi kebesaran
hati dari seorang Gus Dur yang sudi meminta maaf secara terbuka akan
tragedi yang terjadi, tidak hanya di Maluku, melainkan juga di Aceh, Irian,
dan tempat-tempat lainnya, meski kita semuanya mengetahui bahwa konflik di
daerah-daerah tersebut telah lama ada sebelum pemerintahan Presiden
Abdulrahman Wahid yang belum genap 100 hari ini.

        Sehingga dengan demikian --sesuai "kebiasaan" yang sudah lama
dilakukan--saya kemudian mempersiapkan Video Recorder untuk merekam Pidato
Presiden dalam Acara yang sangat kental rasa persaudaraan dan kesatuan antar
umat beragama di Indonesia tersebut, setidak-tidaknya yang disiarkan oleh dua
Stasiun TV. Atas pertimbangan random semata dan didasarkan atas kualitas
pancaran Stasiun relay yang berada di daerah Yogyakarta, kemudian RCTI dan
TPI saya "pilih" untuk direkam. Kedua stasiun TV tersebut kebetulan memang
menyiarkan dalam waktu yang berbeda, RCTI memulainya sekitar pukul 00.00
WIB dan TPI baru menyiarkannya pada pukul 01.00 WIB, setelah semua acaranya
ditayangkan.

        Tetapi kemudian apa yang terjadi? Kekaguman & Rasa Salut saya kepada
Pemerintah, dalam hal ini berarti juga kepada pribadi Presiden Abdulrahman
Wahid dan Wapres Megawati, telah "dirusak" oleh editing yang tidak
semestinya oleh RCTI. Karena secara mengejutkan, stasiun TV swasta ini telah
'berani' untuk melakukan Proses Pemotongan terhadap Pidato Presiden dan
--ironisnya-- justru kepada hal-hal yang krusial diatas.

        Terusterang sebelumnya saya tidak terlalu memperhatikan hal diatas, tetapi
ketika saya bandingkan Kedua Rekaman Siaran antar Stasiun TV kemarin (dalam
hal ini --sekalilagi--'kebetulan' diwakili oleh RCTI dan TPI), ternyata
RCTI telah melakukan pemotongan --tidak hanya kepada Krobologi / Urutan
Acara di malam minggu tersebut-- namun juga terhadap Rekaman Pidato
Presiden yang semula berdurasi 16 menit 41 detik itu menjadi hanya sekitar
6 menit 41 detik saja (atau dengan kalau lain, dihilangkan sekitar 10
menit) !. Padahal bagian-bagian yang dipotong ini --sekali lagi-- menurut
saya amat penting dan justru merupakan inti dari Pidato Presiden di 'Malam
Persaudaraan Bangsa Indonesia' tersebut.

        Secara rinci, tanpa sedikitpun bermaksud mengungkapkan poin yang bersifat
rawan terhadap persatuan bangsa, bagian-bagian "yang dihilangkan" oleh RCTI
adalah sbb :

1. Salam "Assalamu'aikum Wr Wb" di awal Pidato Presiden, sehingga terkesan
beliau hanya mengucap "Salam Sejahtera untuk kita semuanya" saja di awal
Pidatonya tersebut.

2. Kalimat "Hari ini atau Sore ini, saya bertemu dengan orang-orang Aceh
yang juga mempunyai niat yang sama" (di TCR 6'58"), kemudian dilanjutkan
dengan penjelasan Gus Dur mengenai Rencana penyelesaian Konflik di Aceh
(dengan adanya 'pertemuan' antara Brimob & Taliban dalam bulan ini). Bahkan
setelah itu sebenarnya dikatakan ada Rencana  Wapres Megawati untuk
berkunjung ke Maluku pada tanggal 24 Januari 2000 yad.

3. Kalimat dari Al Qur'an "Kuciptakan kalian Wahai Umat manusia sebagai
Pria & Wanita, Dan Kujadikan kalian Berbangsa-bangsa & Bersuku-suku, agar
Saling Mengenal" yang dikatakan oleh Presiden yang bermakna agar Perbedaan
SARA seharusnya dibuat untuk saling mengenal & tidak justru membuatnya
saling bermusuhan antar suku di Indonesia.

4. Pernyataan penting "Memang ada 'Tangan-tangan Jahat' yang mencoba
mengacaukan kehidupan di Tanah Maluku, di Aceh, di Papua & bahkan di
daerah-daerah lain" (TCR 10'20") dilanjutkan dengan Penegasan beliau bahwa
sementara ini --meski dicaci-maki-- masih sabar, namun lama-lama kesabaran
tersebut bisa habis jika sudah terakumulasikan keterangan & keyakinan
tentang Siapa saja yang terlibat. Uniknya dalam hal ini Presiden menyebut
"Kalau 'kawan-kawan' (?) tadi tidak juga sadar maka akan diambil tindakan
tegas kepada 'siapapun' kalau diperlukan". Kata 'kawan' & 'siapapun' ini
penting sekali.

5. Rencana Perjalanan --yang sangat melelahkan, bahkan bisa dikatakan
"mematahkan tulang punggung" kata beliau-- ke 11 negara dalam 14 hari yad.
Dimana kegiatan tersebut sangat penting untuk memberikan penjelasan kepada
dunia luar tentang masih adanya Persatuan & Kesatuan Indonesia sekaligus
mendapatkan dukungan mancanegara (TCR 13'15")

6. Permintaan maaf Presiden Abdulrahman Wahid "Kepada korban-korban yang
mendahului kita di Malulu, di Irian, maupun di Aceh, apalagi kalau ada di
tempat lain, kita sampaikan rasa duka yang sedalam-dalamnya dan atas nama
pemerintah Saya minta maaf yang sebesar-besarnya" (TCR 15'35"). Dimana ini
merupakan suatu Sikap yang sangat mulia !

7. … Dan masih banyak lagi sebenarnya kalimat-kalimat krusial lainnya …

        Kesimpulannya, RCTI telah dengan berani "memotong" Pidato Presiden di
antara Menit ke 6 lebih 28 detik atau di Kalimat "Kita yakin apa yang kita
lampaui selama ini merupakan pengorbanan yang menyirami benih-benih subur
untuk kehidupan bersama yang akan datang" dan langsung "disambung" Kalimat
"Indonesia akan jaya kembali dengan pengorbanan yang telah diberikan dan
Saya rasa kita bisa menatap masa depan dengan penuh harapan dan penuh
dengan impian, Wassalamu'alaikum Wr. Wb" (Selesai). Dimana kalimat diatas
sebenarnya terletak pada menit ke 16 lewat 28 detik, tetapi karena
"dipotong" oleh RCTI ini maka secara keseluruhan Pidato Gus Dur itu menjadi
"hilang 10 menit" ! 

        Selain itu --tepat sesudah Pidato Presiden-- sebenarnya masih ada Acara
Penyerahan Sumbangan Masyarakat Maluku se Jabotabek kepada Pemerintah yang
dalam hal ini diwakili oleh Wapres Megawati, namun juga "dihilangkan",
padahal even itu menunjukkan bagaimana rasa toleransi antar masyarakat.
Memang banyak hal-hal yang lazim "dibuang" oleh pihak stasiun TV untuk
menyiarkannya kalau dirasa tidak terlalu penting, misalnya lagu-lagu.
Tetapi saya tetap beranggapan Point-point dalam Pidato Presiden Abdulrahman
Wahid di acara kemarin sangatlah penting dan justru merupakan inti
penyelenggaraan acara.

        Perlu diketahui, sebelum menulis secara 'terbuka' ini sebenarnya saya
sudah langsung mengirimkan Surat melalui Facsimile dan e-mail ke RCTI pada
Minggu dini hari tersebut. Namun meski sudah saya tuliskan secara tegas dan
jelas identitas didalam kedua Surat itu (baik alamat e-mail, nomor Hp,
maupun nomor Fax) ternyata tidak ada respon apapun dari Pihak RCTI hingga
saat menulis ini, maka mohon maaf dan jangan dianggap saya keburu 'membuka
permasalahan' ini karena mengingat peristiwanya sangat penting dan masih
aktual

        Kesimpulannya, sebenarnya di masa depan Indonesia sudah perlu untuk
memiliki Komisi Pengawas Penyiaran (seperti halnya FCC di Amerika),
sehingga hal-hal semacam ini bisa mendapat penjelasan dari semua pihak yang
terkait, tanpa harus merugikan diantaranya. Sekian dan Terimakasih, semoga
bermanfaat bagi Persatuan dan Kesatuan Indonesia …

RM Roy Suryo <[EMAIL PROTECTED]> ~ Hp 0811-2828-11

----------
SiaR WEBSITE: http://apchr.murdoch.edu.au/minihub/siarlist/maillist.html

Kirim email ke