Precedence: bulk Diterbitkan oleh Komunitas Informasi Terbuka PO Box 22202 London, SE5 8WU, United Kingdom E-mail: [EMAIL PROTECTED] Homepage: http://apchr.murdoch.edu.au/minihub/xp Xpos, No 02/III/22 - 30 Januari 2000 ------------------------------ PERCOBAAN KUDETA YANG GAGAL (POLITIK): Jendral Wiranto menjamin tak ada kudeta militer. Namun, para kliknya terus melancarkan gerilya bersama kelompok Islam garis keras. Sejumlah anggota Front Pembela Islam (FPI) menerobos masuk ke Kantor Komnas HAM, tepat ketika Jendral TNI Wiranto hendak diperiksa oleh Komisi Penyelidik Pelanggaran HAM, beberapa waktu lalu. Sejumlah anggota FPI itu kemudian mengajak semua orang di lobi Kantor Komnas HAM untuk berdoa untuk para jendral itu. "Mereka adalah jendral kami, pemimpin kami," ujar seorang pemimpin kelompok itu. Lalu, H.S. Dillon, salah seorang anggota KPP HAM berkata kepada Wiranto, "Sekarang TNI Islam ya, sudah beragama ya." Wiranto tak segera bereaksi, namun akhirnya ia menjawab singkat: "Itu spontanitas masyarakat." Spontanitas? Tentu saja, tidak akan ada orang yang percaya jawaban Wiranto itu, tak terkecuali Dillon dan para anggota KPP HAM lainnya. Kehadiran FPI, menggunakan seragam putih-putih, dan tak lupa: menyandang pedang dan golok, hampir setiap hari mendatangi Kantor Komnas. Sebelum para jendral Angkatan Darat diperiksa KPP HAM, FPI tak pernah melakukan demonstrasi menentang Komnas HAM. Namun, begitu Wiranto dan kawan-kawan diperiksa, layaknya pesakitan, tiba-tiba rombongan FPI terus datang dan menyebarkan tuntutan agar Komnas HAM dibubarkan. Aneh, memang, karena menurut Ifdal Kasim, Direktur Eksekutif ELSAM, tuntutan pembubaran Komnas HAM justru muncul ketika lembaga itu tengah berada di puncak prestasinya: memeriksa para jendral aktif yang diduga melakukan tindak pelanggaran HAM. Kalau demikian, kehadiran FPI di Komnas HAM dan tuntutan agar Komnas HAM dibubarkan, dengan pemeriksaan para jendral, jelas ada hubungannya. FPI memang punya hubungan yang dekat dengan klik Wiranto. Salah satu "pembina" FPI adalah Letnan Jendral TNI Djadja Suparman, Panglima Kostrad yang banyak berhutang budi pada Wiranto, juga Jendral TNI Fachrul Razi, Wakil Panglima TNI dan Mayjen Pol Noegroho Djajusman, Kapolda Metro Jaya. Nah, FPI kini menjadi kuda tunggangan klik Wiranto, untuk memperkuat posisi kliknya di depan kekuatan politik besar: PKB dan PDI-P. Tak heran jika pemerintah Amerika Serikat mengancam TNI untuk tidak melakukan kudeta militer terhadap pemerintahan sipil Gus Dur. Kalau Gedung Putih sudah berani menyatakan secara eksplisit, pasti mereka punya informasi yang akurat. Namun sebelum Gedung Putih melancarkan ancamannya itu, Wiranto sudah menemui Gus Dur dan menjamin tak akan ada kudeta militer oleh TNI. Karena jaminan Wiranto, Gus Dur tetap mempertahankan jendral itu sebagai Menko Polkam, setelah sebelumnya beredar kabar, Wiranto akan dipecat dan posisinya akan digantikan Juwono Sudarsono, Menteri Pertahanan Keamanan sekarang. Tapi, apakah jaminan Wiranto itu bisa dipercaya kalau ia di belakang Gus Dur main mata dengan kelompok-kelompok Islam garis keras yang sejak lama bermusuhan dengan Gus Dur? Jawabnya: tidak. Gus Dur, sebenarnya punya pengalaman buruk berhubungan dengan Wiranto, yakni ketika ia mempercayakan penyusunan struktur komando Markas Besar TNI. Kesempatan itu tak disia-siakan Wiranto dan ia memasang orang-orangnya. Angkatan Udara waktu itu "marah" pada Gus Dur. Karena merekalah yang punya hak untuk jadi Wakil Panglima, bukan Fachrul Razi yang baru letnan jendral. Waktu itu, KSAU adalah satu-satunya perwira TNI yang paling senior karena sudah beberapa tahun jadi jendral bintang empat. Lalu, diangkatnya mantan Pangdam VII Wirabuana, Mayjen TNI Suadi Marasabessy sebagai Kepala Staf Umum TNI. Bagi para jendral Angkatan Darat, Suadi gagal melakukan tugas menyelesaikan kasus Ambon. Ia juga membiarkan para mahasiswa di Makasar menurunkan bendera merah putih saat ia menjadi Pangdam di sana. Diangkatnya Djadja jadi Pangkostrad oleh Wiranto juga dipandang curiga oleh sejumlah jendral angkatan darat, karena selain Djadja masih banyak mayjen senior yang pantas jadi Pangkostrad, seperti Mayjen TNI Agus Widjojo atau Mayjen TNI Ryamizard Ryachudu. Mutasi di kalangan TNI ini yang membuat para jendral Angkatan Darat lainya menaruh curiga, Wiranto akan "mengepung" Gus Dur. Gus Dur pun akhirnya sadar telah dicurangi Wiranto. Ia sempat menilai Wiranto menantangnya. Jadi wajar kalau ada dugaan kuat, Wiranto mau macam-macam, jika Gus Dur menyoal keterlibatan pelanggaran HAM yang dilakukan TNI di Timor Timur, apalagi jika Gus Dur menyerahkan mereka ke Mahkamah Internasional, atau jika Gus Dur berani-berani menggusur posisi politik Wiranto. Gus Dur bukannya tak mencium gelagat itu. Lalu, ia mencari jendral lain yang bisa menandingi siasat Wiranto. Dipilihlah Letjen TNI Tyasno Sudarto, Kepala BAIS. Tyasno di kalangan orang-orang kepercayaan Gus Dur adalah jendral intel yang cukup mampu membendung Wiranto. Ia punya keberanian yang cukup. Misalnya ketika ia meminta Wiranto mundur dari pencalonannya sebagai Wakil Presiden dari Partai Golkar, dan Wiranto menerima permintaan Tyasno. Sebagai Kepala BAIS, ia kerap membocorkan sejumlah rahasia kebusukan Pemerintah Habibie, seperti rekaman telepon yang heboh soal pemeriksaan Soeharto antara Jaksa Agung Andi Galib dengan Habibie dan membocorkan rekaman rapat antara Ketua DPA Baramuli dengan kroni-kroninya dalam kasus skandal Bank Bali. Tyasno ketika itu juga berhasil membersihkan BAIS dari unsur-unsur Wiranto. Ia waktu itu juga terus melancarkan perang intelijen melawan Bakin yang waktu itu dikuasai Mayjen (Purn) Z.A. Maulani, salah satu jendral pendukung Habibie. Jadi, Tyasno dianggap punya komitmen terhadap perubahan. Tyasno, selama ini juga dikenal dekat dengan Megawati. Dialah yang mempertemukan Megawati dengan Wiranto menjelang mantan Panglima TNI itu mengundurkan diri dari pencalonannya sebagai Wapres. Gus Dur, tanpa pikir panjang, segera mengangkat Tyasno jadi KSAD menggusur kawan Wiranto lainnya, Jendral TNI Subagyo. Dekatnya Tyasno dengan Gus Dur (kini Tyasno dengan gampang bertandang ke Istana, dan makan bersama Gus Dur dan keluarganya), membuat klik Wiranto menganggap Tyasno bukan lagi bagian dari klik itu. Menurut seorang perwira tinggi Angkatan Darat, selama ini Tyasno adalah jendral yang cukup dekat dengan Wiranto. Misalnya, ketia BIA dimekarkan jadi BAIS, Wirantolah yang secara pribadi, tanpa membicarakannya di Mabes TNI, mengangkat Tyasno jadi letnan jendral sekaligus menduduki jabatan prestisius: Kepala BAIS. Sebenarnya, Tyasno pun bukanlah perwira yang brilian di kalangan jendral di Angkatan Darat. Di kalangan Angkatan Darat, Letjen TNI Johny Lumintang sebenarnya memiliki kans yang kuat untuk jadi KSAD. Namun, Johny seorang Kristen, ia tak akan cukup mampu melawan Wiranto yang merangkul kelompok Islam garis keras, apalagi Johny belum jelas keberpihakannya dan ia tak dikenal secara dekat, baik oleh Gus Dur maupun oleh Megawati. Pilihan pun jatuh pada Tyasno. Tanpa pikir panjang Gus Dur langsung mengangkat Tyasno jadi KSAD. Dan, ketika Tyasno dilantik bersama Wakil Panglima TNI Fachrul Razi, dan Kepala Bakin, Letjen TNI Arie J, Kumaat di Istana, Wiranto tak hadir. Kini "pembersihan" orang-orang Wiranto, berada di tangan Tyasno. Satu pengikut penting Wiranto, Kepala Pusat Penerangan TNI, Mayjen TNI Sudrajat sudah digusur. Ia digantikan seorang perwira tinggi dari Angkatan Laut. Berikutnya giliran Djadja Suparman yang akan digantikan oleh Letjen TNI Agus Widjojo. Kemudian giliran Fachrul Razi dan lain-lain. Dan, rencana tersembunyi Wiranto yakni menyusun kekuatan untuk menunggu Gus Dur jatuh sakit dan berhalangan tetap dan memaksa Megawati untuk menyerahkan kekuasaan konstitusionalnya. Kekuatan Wiranto, tampaknya akan segera habis. Tapi, jangan sangka demikian. Wiranto, bagaimanapun akan melancarkan gerilya bersama klik dan kelompok-kelompok Islam radikal binaannya seperti FPI dan organ-organ serupa lainnya. Ini tampaknya yang tengah terjadi. (*) --------------------------------------------- Berlangganan mailing list XPOS secara teratur Kirimkan alamat e-mail Anda Dan berminat berlangganan hardcopy XPOS Kirimkan nama dan alamat lengkap Anda ke: [EMAIL PROTECTED] ---------- SiaR WEBSITE: http://apchr.murdoch.edu.au/minihub/siarlist/maillist.html