Precedence: bulk


Diterbitkan oleh Komunitas Informasi Terbuka
PO Box 22202 London, SE5 8WU, United Kingdom
E-mail: [EMAIL PROTECTED]
Homepage: http://apchr.murdoch.edu.au/minihub/xp
Xpos, No 02/III/22 - 30 Januari 2000
------------------------------

BABAK BARU GINANJAR VS IB SUDJANA

(EKONOMI): Ginanjar Kartasasmita dan IB Sudjana saling tuding terlibat KKN.
Padahal keduanya sama-sama tidak bersih.

Perseteruan Wakil Ketua MPR Ginandjar Kartasasmita dengan mantan Mentamben
IB Sudjana memasuki babak baru dan makin tajam. Kalau sebelumnya keduanya
itu berselisih secara diam-diam, kini keduanya berselisih secara terbuka.
Lewat media massa, mereka saling adu suara dan saling tuding satu sama
lainnya. Suatu saat, kalau pelak keduanya bertemu, mungkin bakal berkelahi.
Bukan hanya di ruang pengadilan saja, bisa jadi di lapangan terbuka.

Kini, mereka saling adu tembak seperti cowboy mengadu cepat mengeluarkan
pistolnya masing-masing. Hal ini dapat dimengerti. Bukankah keduanya
sama-sama perwira tinggi TNI, yang memiliki senjata api? Yang satu
(Ginandjar) seorang Marsekal Madya pada TNI-AU, sedangkan yang lainnya (IB
Sudjana) seorang Letjen pada TNI-AD. Keduanya, juga sama-sama produk Orde
Baru, sama-sama kaki tangannya Soeharto, yang pernah menikmati kue Orde Baru
dan kini saling cuci tangan.

Dibandingkan IB Sudjana-laki-laki tinggi besar asli dari Sanur
Bali-Ginandjar Kartasasmita, yang akrab disapa Joni, kedekatannya dengan
pusat kekuasaan Orde Baru dan Soeharto memang jauh lebih lama. Siapa tak
kenal Ginandjar Kartasasmita? Sejak awal Orde Baru, alumni ITB ini sudah
mentas di ketiaknya Sudharmono. Waktu itu, Sudharmono adalah Mensesneg.
Jabatan terakhir Joni adalah Menko Ekuin. Ia juga pernah menjabat sebagai
Mentamben, Ketua Bappenas, Ketua Keppres 10 Tahun 80, yang khusus
mengendalikan semua pengadaan tender senilai Rp 500 juta. Singkat kata,
Ginandjar mempunyai sederet jabatan. Akibatnya, ia memilik pengaruh dan klik
yang akrab disebut The Ginandjar Boys. Klik inilah yang disebut anak-anak
emas Ginandjar yang kerap kebagian proyek tanpa susah payah. 

The Ginandjar Boys itu, tentu, bukan hanya adik kandungnya sendiri seperti
Agus Gurlaya Kartasasmita (pemilik Catur Yasa) dan Gunariyah Kartasasmita
(penyalur premix dari Pertamina) atau anaknya sendiri Agus Kartasasmita,
tetapi juga di antaranya Aburizal Bakri, Fadel Muhammad, Yusuf Kalla, Arifin
Panigoro, dan sejumlah pengusaha lainnya.

Sebaliknya, IB Sudjana adalah wajah baru dalam kabinet Soeharto. Namanya
menonjol sejak munculnya Kasus Busang, kasus Freeport dan kasus Balongan
serta Paiton. Sebab, IB-lah yang aktif membuka dan membeberkan keterlibatan
si Joni dalam berbagai proyek tersebut yang berbau KKN, IB jugalah yang
balas dituding si Joni ikut main dalam proyek berbau KKN itu. Bahkan, kedua
anak IB Sudjana, juga disebut-sebut ikut main dalam proyek pembangunan
gedung MIgas Centre.

Ketika kasus KKN Freeport terkuak lewat laporan Econit dan pernyataan
Jeffrey Winters di sebuah keterangan pers, beberapa waktu lalu, dosa-dosa si
Joni seperti tak habis-habisnya ditelanjangi di depan mukanya. Mulai dari
fasilitas pesawat terbang bagi si Joni sekeluarga apabila di Amerika Serikat
dari James Moffet, bos PT Freeport, si Joni juga mendapat saham kosong di
berbagai perusahan. Di antaranya lewat Ical, bos Bakrie Brothers, yang atas
nama Ginandjar mendapat jatah di Freeport.

Bagaimana paniknya si Joni akibat pemberitan sejumlah media massa, hal itu
terungkap dalam surat yang ditulis IB Sudjana kepada mantan Presiden BJ
Habibie, pada 2 November 1998, yang berisikan KKN Ginandjar di sejumlah
proyek. Dalam suratnya tersebut, IB Sudjana mengingatkan Prsiden Habibie
pada permulaan tahun 1997. Waktu itu, Habibie sendiri yang menyampaikan
kepada IB Sudjana bagaimana paniknya si Joni akibat pemberitaan gencar
sejumlah media massa. Menurut Ib Sudjana, tampak jelas si Joni ingin cuci
tangan atas perbuatannya. Termasuk cuci tangan dalam soal Freeport.

Dalam kasus Paiton I dan II, lagi-lagi  borok si Joni dibeberkan oleh IB
Sudjana. Kali ini IB lebih berani, dosa-dosa si Joni ditelanjangi di Komisi
VIII DPR, November tahun lalu. Dari DPR, IB membuat surat laporan bukan
hanya kepada Mentamben Letjen TNI Bambang Yudhoyono, tetapi juga kepada
Presiden KH Abdurrahman Wahid dan juga kepada Soeharto. Keterlibatan si Joni
di proyek listrik di antaranya lewat mark up harga proyek dan KKN terhadap
sejumlah kontraktor asing dalam membangun Paiton, serta penentuan harga jual
tarif listrik swasta yang sangat mencekik leher PLN.

Sebelumnya, di Kejaksaan Agung, IB Sudjana sudah membuka borok Ginandjar
dalam kasus mark up senilai 700 juta dolar AS (penggelembungan harga proyek)
proyek Exor I di Balongan, Jawa Barat. "Sejak awal, proyek ini memang sudah
bermasalah. Akibatnya, berkali-kali menghadapi masalah. Belum produksi,
proyek ini sudah rugi sampai Rp 500 trilyun," ujarnya, suatu kali.

Menurut IB, ada empat orang yang harus bertanggung jawab. Di samping Kepala
Proyek Exor Tabrani Ismail, Dirut Pertamina waktu itu Faisal Abda'oe, Menko
Eku Wasbang, dan tentu saja: Ginandjar Kartasasmita. Nama-nama itu tertuang
dalam surat IB Sudjana, yang beredar di kalangan terbatas. Belum lagi
proyek-proyek lainnya, yang harus menjadi tanggung jawab Ginandjar
Kartasasmita selama jabatanya sejak di Sekretariat Negara (setneg).
Proyek-proyek ber-KKN itu disebutkan IB, seperti pembangunan Migas Centre,
PT Bukit Asam.

Sementara Joni sendiri tidak mau kalah. Di samping membantah secara resmi
lewat mass media, juga lewat pengacaranya Mochtar Yara. Bahkan, Ginandjar
menyebut diri: "Tidak tahu apa-apa dengan Paiton dan proyek lainnya. Saya
tidak mau berdusta di bulan puasa ini. Apalagi saya ini muslim dan sedang
berpuasa".

Kepada sejumlah media massa, pengacara Ginandjar ini sibuk mengirimkan
sejumlah berkas dan data-data pembanding tentang posisinya. Sejumlah The
Ginandjar Boys-nya pun sibuk berkasak-kusuk. Kalau berkas-berkas dan surat
yang dikirim IB Sudjana membuka semua kebobrokan si Joni berikut data-data
pendukungnya, sebaliknya si Joni lebih sekadar memberikan data pembelaan
diri dengan memberikan data yang proporsional. Berbeda dengan IB.
Perseteruan keduanya memang memasuki babak baru. Kita tunggu, entah kapan,
siapa yang akan berhasil menembak lebih dulu lawannya? (*)

---------------------------------------------
Berlangganan mailing list XPOS secara teratur
Kirimkan alamat e-mail Anda
Dan berminat berlangganan hardcopy XPOS
Kirimkan nama dan alamat lengkap Anda
ke: [EMAIL PROTECTED]


----------
SiaR WEBSITE: http://apchr.murdoch.edu.au/minihub/siarlist/maillist.html

Kirim email ke