Precedence: bulk Diterbitkan oleh Komunitas Informasi Terbuka PO Box 22202 London, SE5 8WU, United Kingdom E-mail: [EMAIL PROTECTED] Homepage: http://apchr.murdoch.edu.au/minihub/xp Xpos, No 05/III/13-19 Pebruari 2000 ------------------------------ RYAMIZARD RYACUDU SANG PANGLIMA PERANG (PERISTIWA): Pangdam Jaya Mayjen TNI Ryamizard Ryacudu telah menyatakan sikapnya sebagai benteng pertahanan pemerintahan Gus Dur. Ia akan melawan siapa saja yang mencoba kudeta terhadap Gus Dur. Kalau Brigjen (Purn) Ryacudu, masih hidup, ia pasti bangga dengan anaknya, Mayjen TNI Ryamizard Ryacudu. Brigjen Ryacudu adalah salah satu jendral pendukung Bung Karno di zamannya. Karena Soekarnois dan berpengaruh di kalangan militer saat itu, nama Brigjen Ryacudu dicatut Letkol Inf Untung di daftar Dewan Revolusi pada 1965. Ryacudu pun, seperti halnya Panglima AURI Laksamana Madya Udara Oemar Dhani, membantah terlibat dalam dewan itu. Toh sebagai perwira Soekarnois yang keras dan cerdas, ia tetap ditendang Jendral Soeharto, yang mengambil alih kekuasaan Soekarno ketika itu. Ryamizard, anak Palembang itu, tampaknya mewarisi sikap keras ayahnya yang tetap setia pada pemerintahan sipil Soekarno kendati rekan-rekannya di Angkatan Darat, di bawah pimpinan Soeharto melakukan pembangkangan, bahkan mengkudeta. Hasil didikan Ryacudu kepada Ryamizard adalah: jadilan militer yang profesional. "Saya bukan orang politik, saya tidak mau berpolitik. Saya seorang prajurit," ujar Ryamizard suatu ketika. Jadi, baginya tentara harus jauh-jauh dari politik. Ini artinya, ia mengingkari doktrin TNI sendiri yang selama ini dikenal sebagai Dwifungsi ABRI. Doktrin ini, selama tiga dekade mengajarkan, tentara juga harus berpolitik. Itu disadari Ryamizard. Lalu, bersama kawan-kawannya lulusan Akmil 1973, dipimpin Mayjen TNI Agus Wirahadikusumah, Ryamizard menulis buku: "Indonesia Baru dan Tantangan TNI, Pemikiran Masa Depan". Buku ini menyoal doktrin Dwifungsi ABRI, dan menganjurkan agar tentara kembali ke tugas profesionalnya sebagai militer. Ryamizard kelahiran Palembang, 21 April 1950 dikenal luas sejak ia menjadi salah satu komandan Kontinegn Garuda XII di Kamboja pada 1990-an, waktu itu pangkatnya kolonel. Ia banyak menjadi sumber berita media massa di Tanah Air, terutama harian Kompas. Dari Kamboja ia jadi Komandan Brigade Infanteri 17 Kostrad, lalu Aspos Kasdam VII/Wirabuana, lalu Kepala Staf Divif 2/ Kostrad, Kasdam II/Sriwijaya, Pangdif 2/Kostrad, Kepala Staf Kostrad, Pangdam V/Brawijaya dan kini Pangdam V/Jaya. Yang membuat Ryamizad dibicarakan banyak orang, juga karena ia menikah dengan salah satu anak perempuan Panglima ABRI, Jendral TNI Try Sutrisno. Sejak Ryamizard berpangkat kolonel, ia sudah diperkirakan akan memiliki bintang cermerlang, karena menantu jendral yang dekat dengan Soeharto. Jadi, cukup unik sebenarnya perjalanan hidup Ryamizard. Ayahnya, Brigjen Ryacudu adalah Soekarnois dan digusur karier militernya oleh Soeharto, lalu ia jadi tentara yang ketika itu berada dalam kendali Soeharto, lalu ia menikah dengan anak Try Sutrisno, salah satu jendral Soehartois, kendati kemudian bergabung dengan jendral-jendral kritis dalam Partai Kesatuan dan Persatuan (PKP). Keberanian Ryamizard melawan klik Wiranto sebenarnya bukannya tanpa perhitungan. Pertama, Ryamizard sendiri punya klik, yakni para perwira pimpinan Mayjen Agus Wirahadikusumah. Klik "jendral reformis" ini mendukung Presiden Gus Dur. Sementara sejumlah jendral lainnya, yang sebesarnya bukan klik Agus, seperti KSAD Jendral TNI Tyasno Sudarto, ikut mendukung Gus Dur. Jadi, hitung punya hitung akhirnya sejumlah jendral yang masih kuat dan memiliki komando pasukan berada di pihak lawan Wiranto. Tak cukup diketahui, seberapa jauh hubungan pribadi Ryamizard dengan Gus Dur. Sejauh ini dua orang ini tak punya hubungan khusus. Gus Dur, dulu, dalam banyak kesempatan justru sering menuduh Jendral Try Sutrisno, mertua Ryamizard, sebagai jendral yang harus bertanggung jawab dalam pembantaian demonstran di Tanjung Priok, September 1984. Waktu itu Try adalah Pangdam Jaya. Mungkin, keberpihakan Ryamizard ke Gus Dur, semata-mata karena ia ingin profesional sebagai tentara. Atau, juga ada deal dengan Gus Dur, agar tidak mengadili Try dalam kasus Tanjung Priok atau Aceh. Tapi, lepas dari itu Ryamizard adalah panglima perang Gus Dur yang pantas diandalkan untuk melawan "tangan-tangan kotor" di tubuh tentara yang ingin mengambil kekuasaan secara paksa. (*) --------------------------------------------- Berlangganan mailing list XPOS secara teratur Kirimkan alamat e-mail Anda Dan berminat berlangganan hardcopy XPOS Kirimkan nama dan alamat lengkap Anda ke: [EMAIL PROTECTED] ---------- SiaR WEBSITE: http://apchr.murdoch.edu.au/minihub/siarlist/maillist.html