Precedence: bulk MANA LEBIH HEBAT: WIRANTO DAN AGUS WIRAHADIKUSUMAH? JAKARTA, (TNI Watch! 16/2/2000). Dalam jumpa pers seusai serah terima jabatan Menko Polkam, mantan Menko Polkam Jendral TNI Wiranto tampak emosional, saat berkomentar tentang Mayjen TNI Agus Wirahadikusumah. Wiranto tak dapat menyembunyikan kegeramannya terhadap Agus WK. Terlihat sekali, Wiranto berusaha keras mengumpulkan sisa-sisa kekuatannya untuk melibas Agus WK. Begitu emosionalnya, hingga Wiranto menyebut-nyebut jumlah bintang di pundak, dia (Wiranto) "bintang empat" dan Agus "bintang dua". Wiranto ingin menunjukkan secara tegas, bahwa ia lebih tinggi ketimbang Agus. Kalau itu yang dikehendaki Wiranto, bahwa ia merasa lebih hebat ketimbang Agus WK, sekarang kita timbang-timbang, mana yang lebih hebat di antara keduanya. Arah tulisan ini mungkin pembaca sudah paham, bahwa Agus WK lebih hebat ketimbang Wiranto. Persoalannya sekarang, adakah data yang mendukung, dan adakah alasan yang rasional, untuk meyakinkan bahwa Agus WK memang lebih hebat ketimbang Wiranto ? Cara menilai kualitas seorang perwira, adalah dengan meneliti track record perwira tersebut, sejak berpangkat letnan dua hingga kolonel. Karena ketika sudah masuk jajaran perwira tinggi, penilaiannya lebih banyak politis ketimbang aspek teknis. Sekarang kita periksa pengalaman di lapangan. Agus WK pernah dua kali menjadi Wadanyon (Wakil Komandan Bataliyon), yaitu di kesatuan Yonif Linud 328/Kostrad dan Yonif Linud 305/Kostrad. Kemudian juga dua kali sebagai Danyon, masing-masing sebagai Komandan Yonif Linud 330/Kostrad dan Komandan Yonif Linud 305/Kostrad. Sementara Wiranto juga dua kali menjabat sebagai Danyon, yaitu pada kesatuan Yonif 713 dan Yonif 712. Namun perlu diketahui, antara bataliyon yang pernah dipimpin Agus WK dan Wiranto, beda kualifikasi. Bataliyon yang pernah dipimpin Agus WK kualifikasinya lebih tinggi, yaitu kualifikasi "lintas udara", sedang dua bataliyon yang pernah dipimpin Wiranto, adalah kesatuan infanteri biasa, yang populer disebut "yonifter" (bataliyon infanteri teritorial). Selanjutnya pengalaman penugasan di bidang pendidikan, terlihat Agus WK juga lebih unggul. Antara Wiranto dan Agus WK pernah menjadi instruktur (guru militer) pada lembaga yang sama, dan pada saat bersamaan, yaitu di Pusat Kesenjataan Infanteri AD. Di Pussenif, Agus WK menjadi bawahan Wiranto. Namun hanya di Pussenif itulah pengalaman Wiranto sebagai instruktur. Sedang Agus WK sempat ditugaskan lagi di lembaga pendidikan, yakni sebagai dosen di Seskoad (1989 - 1993). Saat menjadi dosen di Seskoad inilah, Agus sudah menunjukkan dirinya sebagai pemikir militer yang potensial. Pada saat di Seskoad, Letkol Inf Agus WK sempat menyusun dua kertas kerja, masing-masing adalah "Strategi Pengembangan Pendidikan TNI - AD" dan "Kejuangan dan Profesionalisme Prajurit TNI - AD: Suatu Tinjauan dan Analisis Kritikal". Kertas kerja pertama ("Strategi Pengembangan...") merupakan orasi ilmiah Agus WK, saat hari jadi Seskoad ke 40 (25 Mei 1991). Sedang kertas kerja karya Wiranto, tampaknya belum ada yang pernah dibaca publik. Baru-baru ini Agus WK juga menjadi penulis, sekaligus penyunting, buku "Indonesia Baru dan Tantangan TNI". Sebuah buku yang berisi pemikiran alumnus AKABRI angkatan 1973, yang dipuji banyak pihak (termasuk sebuah resensi di majalah D&R oleh Imran Hasibuan) Kelebihan lain yang dimiliki Agus WK adalah, Agus WK sempat menjadi Danrem (Danrem 163/Wira Satya, Bali), sedang Wiranto tidak pernah menjadi Danrem. Umumnya pada jabatan Danrem inilah, kualitas seorang kolonel (senior) bisa dinilai. Sementara pada saat berpangkat kolonel, Wiranto lebih banyak mendampingi Soeharto selaku ajudan (1989 - 1993). Jadi memang sulit menilai kemampuan Wiranto saat menjadi ajudan, kecuali kesetiaannya pada Soeharto. Dari segi kualifikasi teknis kemiliteran, lagi-lagi Agus juga unggul. Di lengan kanan seragam militer Agus WK, terdapat tiga macam lencana yang menunjukkan kualifikasi perseorangan Agus WK sebagai prajurit infanteri: Ranger, Airborne, Pathfinder. Sedang Wiranto hanya satu, yaitu "Yudha Wastu Pramuka", sebuah kualifikasi paling dasar (rendah) dari prajurit infanteri. Lencana "Komando" yang ada di seragam Wiranto, adalah lencana kehormatan, yang diberikan Danjen Kopassus (saat itu) Mayjen TNI Prabowo Subianto, tanggal 7 Juli 1997. Saat menjadi KSAD, Jenderal Wiranto berkunjung ke Mako Kopassus di Cijantung. Selama beberapa jam di Cijantung, Wiranto mencoba simulasi yang biasa digunakan anggota Kopassus saat berlatih. Wiranto sepertinya mendapat kehormatan, dengan mencoba simulasi, dan langsung mendapat brevet Komando. Namun sebenarnya Wiranto "dikerjain" Prabowo, karena ia disuruh loncat-loncat, naik-turun tebing buatan, merayap, dengan wajah dilumuri pewarna sebagai kamuflase. Kegiatan itu jelas tidak masuk akal, bagaimana dalam waktu sehari, seorang yang hanya berkualifikasi infanteri dasar (Yudha Wastu Pramuka) seperti Wiranto, bisa langsung loncat memperoleh kualifikasi "Komando", yang merupakan kualifikasi tertinggi prajurit infanteri. Juga dalam hal pendidikan, lagi-lagi Agus WK unggul. Kualifikasi Ranger, Airborne, Pathfinder, itu semua didapat dari AS. Ketika Suslapa, Agus WK juga di AS, yang di AS biasa disebut sebagai Infantry Officer Advanced Course. Di kemudian hari, Agus kembali memperoleh kesempatan menimba ilmu di negeri Paman Sam, tepatnya di John F Kennedy School of Government, Universitas Harvard, hingga memperoleh gelar MPA. Sedang kita belum pernah mendengar, pengalaman Wiranto bersekolah di luar negeri, meski Wiranto fasih melantunkan tembang Feeling. *** _______________ TNI Watch! merupakan terbitan yang dimaksudkan untuk mengawasi prilaku TNI, dari soal mutasi di lingkungan TNI, profil dan catatan perjalanan ketentaraan para perwiranya, pelanggaran-pelanggaran hak asasi manusia yang dilakukan, politik TNI, senjata yang digunakan dan sebagainya. Tujuannya agar khalayak bisa mengetahuinya dan ikut mengawasi bersama-sama. ---------- SiaR WEBSITE: http://apchr.murdoch.edu.au/minihub/siarlist/maillist.html