Dh,

  Kami garis bawahi dan pertegas pernyataan Mas Kiki, memang benar terkadang 
silat tradisional dipandang sebelah mata oleh generasi penerus sendiri, tetapi 
hal itu tidak sepenuhnya merupakan PRnya generasi muda... Pandangan tentang 
silat itu sendiri tercipta karena pengaruh dari sistem penyebaran/pembelajaran 
silat itu sendiri yg terkadang masih menggunakan stigma2 lama, publikasi yang 
salah (silat identik dengan hal2 klenik/kesaktian), sikap yang menomorsatukan 
dirinya sendiri-tidak masu sharing dengan orang lain dan peran serta pemerintah 
yang masih menomorduakan silat itu sendiri.
  Berkaitan dengan pernyataan Mas Kiki dan Mas Amal, harus ada suatu sistem 
baru dan cara pandang baru dalam pengembangan dan pelestarian silat di generasi 
muda kita;
  Perubahan sistem itu terkait pada aspek metodologi pengajaran silat dan 
sistematisasi silat itu sendiri "Tanpa meninggalkan Falsafahnya", Silat harus 
tampil/menggunakan baju yg baru dalam tampil keluar, Silat itu harusnya tampil 
Sistematis, logik dan scientific dan uptodate/moderen-wah bahasanya !!!! bikin 
mumet ya....he he he
  Perubahan cara pandang: 
  Silat itu bukan hanya sekedar pukul, tangkis, hindar, tendang dan sebagainya 
serta bukan hanya tools/alat untuk berkelahi/membela diri, silat itu harus 
diposisikan sebagai suatu produk kebudayaan manusia (olah rasa, karsa dan 
cipta), Silat lahir dari interaksi manusia akan alamnya dan penciptanya....
  Kalau cara pandang terhadap silat sudah seperti itu, silat itu bukan lagi 
hanya sekedar selingan tetapi adalah suatu kebutuhan ("Jalan"), suatu prinsip 
dalam hidup kita. Mudah2 silat bisa mencapai tahap itu......kalau itu 
terjadi...bukan kita yang mencari orang untuk latihan, tetapi mereka sendiri 
yang mencai silat.

  Mumet ya bacanya..... he he he


  Eko Hadi S
  Corporate Legal & Compliance
  PT. TEMPO INTI MEDIA Tbk
  Telp: 021-3916160, Ext.212 

    ----- Original Message ----- 
    From: Kiki Rizki 
    To: silatindonesia@yahoogroups.com 
    Sent: Tuesday, March 06, 2007 2:12 PM
    Subject: Re: [silatindonesia] Mari Menghayati Silat


    "Nah kalau sepakat untuk menerima perbedaan" saya setuju,

    contoh yang paling real H. Ibrahim yang memang sudah demikian mumpuni
    ilmunya dan belajar ke berbagai macam guru bersedia mengakui bahwa silat
    sabandar mama H. kosim sama hebatnya dengan silat cikalong yang beliau
    kembangkan bahkan anak muridnya pun belajar juga kepada mama H.kosim ini
    seperti gan enoch dan gan obing ibrahim.

    kendala terbesar kita adalah kita tidak bisa dengan mudah meyakinkan nilai
    silat yang utama ini (deadly dan efficient MA) menjadi suatu nilai yang bisa
    di lihat dan dihargai bangsa sendiri. jangankan bangsa lain bangsa
    sendiripun kadang masing memandang sebelah mata pada silat, dianggap kuno,
    ketinggalan jaman, ilmu klenik dan sebagainya yang kontra produktif dengan
    pengembangan silat sebagai beladiri bangsa

    saya setuju dan sependapat mari kita jadikan silat sebagai Prinsip dan bukan
    cuman metoda

    On 3/6/07, Amal Ihsan <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
    >
    > Kang Kiki, yang dimaksud Kang Yan, "memfokuskan pada perbedaan" bukan
    > "belajar
    > dan sepakat dalam perbedaan".
    >
    > Skr ini msh banyak praktisi silat yang belum belajar untuk menerima dan
    > hidup
    > dalam perbedaan dan justru terjebak "fanatisme sempit aliran".
    >
    > Cirinya, selalu menganggap aliran atau perguruannya lebih baik, lebih
    > hebat
    > atau lebih sakti dari aliran yang lain. Sementara ajaran aliran lain
    > dianggap
    > tidak efektif, tidak benar dan tidak berguna.
    >
    > Ketika itu terjadi, tidak ada yang menonjolkan pencak silatnya. "ini loh
    > silat
    > Betawi, aliran X". Tetapi yang justru menonjolkan aliran. "Ini loh aliran
    > X,
    > yang paling hebat".
    >
    > Sikap ini biasanya lahir karena kurangnya wawasan, pergaulan dan
    > pengetahuan
    > mengenai betapa luas, beragam dan kayanya warisan budaya kita.
    >
    > Selain itu. masih adanya sikap ini, justru menunjukkan banyak praktisi
    > silat
    > telah gagal memahami dan menghayati filosofi silat itu sendiri.
    >
    > Ini satu masalah tersendiri. Saat ini, silat bagi banyak praktisinya hanya
    >
    > dipandang sebagai "sport" dan "fighting art". Silat hanya dipandang
    > sebagai
    > sebuah olahraga dan pengetahuan teknik bertarung untuk dipelajari dan
    > diaplikasikan.
    >
    > Tidak ada masalah memandang silat demikian, tetapi menjadi masalah ketika
    > sikap hidup kita justru mengingkari nilai-nilai yang diajarkan dalam
    > silat.
    >
    > Menganggap diri dan aliran paling hebat, meremehkan aliran dan orang lain
    > menunjukkan pengingkaran banyak pesilat terhadap nilai dan ajaran luhur
    > filosofi silat itu sendiri.
    >
    > Belajar pencak silat sesungguhnya harus dimaknai bahwa sang praktisi
    > menjalani
    > hidupnya dengan berpedoman pada ajaran-ajaran dan nilai-nilai yang
    > diberikan
    > dalam silat itu sendiri.
    >
    > Kenyataan bahwa silat dikembangkan oleh leluhur kita dengan belajar
    > terus-menerus dari alam dan meminta inspirasi dari Sang Pencipta,
    > menunjukkan
    > seorang pesilat harus terus belajar untuk bersikap rendah hati, selalu
    > ingin
    > belajar dan menambah wawasan, menghargai sumber2 ilmu dan orang lain serta
    >
    > berusaha hidup dijalan yang diinginkan Tuhan.
    >
    > Intinya, mari menghayati silat yang kita pelajari.
    >
    > Wassalam
    >
    > On 03/06/2007 11:41 am, Kiki Rizki wrote:
    > > Kalau menurut saya mas, kalau memang sudah beda yang engak perlu
    > > dipaksa-paksa biar sama.
    > >
    > > yang paling penting bagaimana perbedaan itu menjadi hikmah untuk
    > kemajuan
    > > pencak silat dunia. lihat CMA, mereka berusaha menyamakan aliran yang
    > ada
    > > namun tetap saja kungfu adalah tradmerk CMA, mau Tai chi, Wing cun, atau
    > > pun wushu tetap saja CMA.
    > >
    > > silat pun demikian, saya tidak setuju dengan anggapan bahwa penyeragaman
    > > akan memajukan silat sekarang, justru perbedaan lah yang menyebabkan
    > silat
    > > memiliki ke khasan sendiri.
    > >
    > > kalau kita lihat nyaris engak ada bedanya perandingan silat dan karate
    > > sekarang ini, bandingkan dengan jaman dulu dimana nuansa silatnya sangat
    > > kental.
    > >
    > > makanya sudah saatnya aliran tradisional di angkat kembali untuk
    > > mengembalikan ke khasan silat, dan pemikiran tentang menyeragaman atau
    > > standarisasi jurus hanya akan mematikan perkembangan silat tradisional
    > > kita.
    > >
    > > makanya porsi budaya juga harus lebih diutamakan daripada hanya silat
    > olah
    > > raga saja. menjamurnya perguruan silat di luar sebenarnya hampir
    > sebagian
    > > besar tertarik karena silat memiliki kekhasan tersendiri, bukan karena
    > > adanya unsur pertandingan silat olah raga semata.
    > >
    > > ini juga menjadi salah satu penyebab ketika PPSI di dirikan di bandung,
    > dan
    > > perguruan yang tergabung pada PPSI ini tidak menjadi anggota dari IPSI.
    > >
    > > On 3/6/07, Y a n w e k a <[EMAIL PROTECTED] <yanwedya%40yahoo.co.id>>
    > wrote:
    > > > Pada alenia terakhir pada tulisan ini cukup membuktikan bahwa orang
    > > > lainpun dapat melihat perkembangan silat yang lebih memfokuskan pada
    > > > perbedaan, sayangnya sampe sekarang pendekar2 tsb masih saja senang
    > > > dengan gaya perbedaannya.
    > > >
    > > > heran
    > > >
    > > > ----- Original Message -----
    > > > From: BlueSea
    > > > To: silatindonesia@yahoogroups.com 
<silatindonesia%40yahoogroups.com><silatindonesia%40yahoogroups.com>
    > > > Sent: Monday, March 05, 2007 11:35 PM
    > > > Subject: [silatindonesia] Tertatih-tatih Berjalan Sendiri
    > > >
    > > > Tertatih-tatih Berjalan Sendiri
    > > >
    > > > By : Korano nicolash Lms
    > > >
    > > > Buat Bung korano gabung di milis dong...., gimana putranya udah besar
    > > > sekarang ya mas...top dech
    > > > salam dari anak laut.
    > > >
    > > > Negeri Matahari Terbit tentu sangat bangga dengan sejumlah ilmu seni
    > bela
    > > > diri yang mereka miliki. Mulai dari judo, karate, kempo, aikido, dan
    > > > masih banyak lagi. Sedangkan bangsa yang terkenal dengan ginsengnya
    > juga
    > > > punya ilmu seni bela diri khusus menyerang dan bertahan dengan kaki,
    > kita
    > > > kenal dengan taekwondo.
    > > >
    > > > Negeri Paman Mao juga sangat bahagia karena perguruan seni bela diri
    > > > Shaolin sudah kesohor ke mancanegara lewat layar perak. Kita juga
    > harus
    > > > bangga karena Indonesia sebagai bagian dari rumpun Melayu juga
    > memiliki
    > > > ilmu seni bela dirinya sendiri, pencak silat. Sekalipun memang tidak
    > > > semua wilayah di negeri ini memiliki bahkan juga ikut mengembangkan
    > > > pencak silat.
    > > >
    > > > Hanya kebanggaan itu belum genap karena hingga sekarang pencak silat
    > > > masih belum juga mendapat tempat terhormat di pesta olahraganya
    > > > masyarakat Asian, di Asian Games. Padahal, kalau mau dilihat dari
    > upaya
    > > > Pengurus Besar Ikatan Pencak Silat Indonesia (PB IPSI) yang menangani
    > > > berbagai hal tentang perkembangan pencak silat sebagai ilmu seni bela
    > > > diri orisinal Indonesia, tidak kurang istimewanya.
    > > >
    > > > Begitu pula ketika Persekutuan Pencak Silat Antarabangsa (Persilat)
    > yang
    > > > didirikan pada 11 Maret 1980 di Jakarta, semua urusan untuk
    > > > memperkenalkan seni ilmu bela diri pencak silat ini pun langsung
    > beralih
    > > > tangan. Tentu dengan harapan selain menyebarkan ilmu seni bela diri
    > > > pencak silat ke penjuru dunia, Persilat juga dapat memasukkan pencak
    > > > silat ke Asian Games atau bahkan ke Olimpiade.
    > > >
    > > > Sejauh ini sudah banyak usaha yang dilakukan Persilat untuk
    > > > memperkenalkan pencak silat ke mancanegara. Sebagai bukti, tunjuk
    > > > Presiden Persilat Eddie Marzuki Nalapraya dengan adanya Kejuaraan
    > Pencak
    > > > Silat Se-Eropa yang biasa di gelar dua tahun sekali. Begitu juga
    > dengan
    > > > Kejuaraan Pencak Silat Antarnegara Islam di wilayah Timur Tengah sana,
    > > > yang juga berdurasi dua tahun sekali.
    > > >
    > > > Bukan hanya itu, di negerinya Ratu Yuliana, tambah Rustadi Effendi,
    > Humas
    > > > Persilat, sejumlah perguruan pencak silat yang ada di berbagai tempat
    > di
    > > > Indonesia juga punya cabang di Negeri Kincir Angin sana.
    > > >
    > > > Di tingkat Asia Tenggara sendiri yang menjadi pusat rumpun Melayu
    > sudah
    > > > jelas sebab pencak silat memang menjadi ilmu seni bela diri dari
    > beberapa
    > > > negara di region tersebut, seperti Malaysia, Singapura, Brunei
    > > > Darussalam, Filipina, dan Thailand. Makanya, pencak silat menjadi
    > salah
    > > > satu cabang yang dipertandingkan di SEA Games.
    > > >
    > > > Itu merupakan buah dari hasil IPSI dan Persilat memperkenalkan pencak
    > > > silat ke mancanegara. Tetapi, bagaimana dengan upaya Persilat
    > > > menghadirkan pencak silat di pentas Asian Games. Rasanya masih banyak
    > > > persoalan yang harus dikerjakan, baik oleh perguruan pencak silat yang
    > > > ada di Tanah Air, di mancanegara, hingga IPSI sendiri, selain menjadi
    > > > pekerjaan rumah abadi Persilat, selama pencak silat belum resmi masuk
    > > > dalam pentas Asian Games.
    > > >
    > > > Bangsa Asia
    > > >
    > > > Sebenarnya bila merujuk pada upaya keras Persilat yang sudah dilakukan
    > > > tentu tidak terkatakan lagi karena kerja mereka tanpa dukungan apa pun
    > > > dari pemerintah. Lihat saja pengakuan General Assembly Olympic
    > Committee
    > > > of Asia di Pusan, Korea Selatan, tahun 2000 yang menyatakan pencak
    > silat
    > > > sebagai olahraga bangsa Asia.
    > > >
    > > > Menyusul setelah pengakuan tersebut di Asian Games XIV Busan 2002,
    > pencak
    > > > silat diterima sebagai salah satu cabang yang dipertandingkan,
    > sekalipun
    > > > baru menjadi cabang eksibisi. Saat itu ada delapan negara peserta
    > dengan
    > > > 51 pesilat. Masing-masing Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam,
    > > > Thailand, Filipina, Jepang, Indonesia, dan tuan rumah Korea Selatan
    > > > sendiri.
    > > >
    > > > Sehubungan dengan Asian Games XV Doha 2006 nanti, kembali Persilat
    > > > mengirimkan utusannya dengan harapan pencak silat dapat diterima
    > secara
    > > > resmi sebagai cabang yang dipertandingkan pada pertengahan Juni 2004.
    > > > Saat itu pejabat yang terkait dengan pelaksanaan Asian Games XV Doha,
    > > > seperti Abdulla K Al Qahtani dan Khaleel Al Jabir, sudah memberikan
    > lampu
    > > > hijau agar pencak silat dapat dipertandingkan resmi.
    > > >
    > > > Bahkan, mereka sudah menentukan tempatnya di Omar bin Khattab School.
    > > > Kelas yang dipertandingkan pun sudah ditentukan, yakni sembilan kelas.
    > Di
    > > > mana putra lima kelas dan putri dua kelas ditambah dua nomor jurusnya.
    > > > Ternyata sebulan kemudian janji itu bukannya semakin mengental dibawa
    > > > perwakilan NOC Indonesia yang menghadiri Council Meeting di Doha,
    > Qatar,
    > > > sana. Tetapi justru berubah menjadi pembatalan secara lisan.
    > > >
    > > > Alasan yang diusung Qatar, pencak silat belum memiliki Federasi Asia.
    > > > Pencak silat juga baru dikenal di dua region serta disebutkan pencak
    > > > silat hanya memiliki 15 negara di Asia. Tentu hal itu tidak berdasar,
    > > > kata Eddie. Sebab, Federasi Pencak Silat Asia sudah ada makanya pencak
    > > > silat diizinkan tampil di Asian Games XIV Pusan 2002.
    > > >
    > > > Sedangkan untuk negeri yang mengenal sudah ada di empat region.
    > Seperti
    > > > untuk Asia Timur ada Jepang, Asia Selatan ada Nepal, Asia Tengah ada
    > > > Yaman, dan Asia Tenggara ada Singapura, Malaysia, Brunei Darussalam,
    > > > Thailand, Vietnam, Filipina, dan Myanmar. "Sedangkan untuk jumlah
    > negara
    > > > memang baru ada 15 negara, tetapi dalam waktu dekat kami akan merintis
    > > > pembentukan beberapa federasi di kawasan Timur Tengah, seperti di
    > Qatar,
    > > > Kuwait, Jordania, dan kawasan Asia Selatan, seperti di India,
    > Banglades,
    > > > dan Pakistan," ucap pensiunan TNI Angkatan Darat berbintang dua itu.
    > > >
    > > > Eddie juga mengakui kelemahan Persilat dalam memondialkan ilmu seni
    > bela
    > > > diri pencak silat ini setelah hampir lebih dari seperempat abad, yakni
    > > > kepedulian pemerintah.
    > > >
    > > > Sebab, kata mantan Wakil Gubernur DKI Jakarta itu, pemerintah memiliki
    > > > berbagai hal yang tidak dimiliki Persilat, yakni mulai dari dana
    > sampai
    > > > lobi politik.
    > > >
    > > > Terlepas dari upaya IPSI dan Persilat yang mengharapkan tarikan Muslim
    > > > yang mengharapkan pencak silat dapat dipertandingkan secara resmi di
    > > > Doha, Qatar, ada satu hal yang harus dikerjakan semua orang yang
    > terlibat
    > > > dalam seni ilmu bela diri pencak silat ini.
    > > >
    > > > Hal itu ialah mulai memikirkan untuk menciptakan satu teknik dasar
    > yang
    > > > memang harus seragam dan dapat dikuasai baik oleh pesilatnya maupun
    > > > perguruan yang ada di penjuru dunia mana pun.
    > > >
    > > > Tentu dengan adanya teknik dasar yang seragam, semua jurus akan
    > memiliki
    > > > standar tersendiri. Jelas dengan puluhan atau ratusan jurus standar
    > yang
    > > > dibuat tadi, kita berharap pencak silat dapat berkembang di berbagai
    > > > belahan penjuru dunia. Dengan jurus yang standar tadi, secara perlahan
    > > > juga IPSI dan Persilat dapat melompat pada budaya tulis pencak silat.
    > Itu
    > > > artinya ke depan kita bisa menemukan buku jurus-jurus pencak silat
    > yang
    > > > sama di Indonesia atau di Perancis sana, misalnya.
    > > >
    > > > Memang tidak mudah menstandarkan jurus-jurus pencak silat karena di
    > Jawa
    > > > saja sudah banyak perguruan dengan aliran dan ciri khasnya serta
    > > > keistimewaannya sendiri. Bahkan, kalau merujuk dari kisah Rifai yang
    > dulu
    > > > dikenal dengan sebutan Mat Cobra, ada beberapa perguruan yang memang
    > > > merahasiakan kepada muridnya kalau mereka akan memberikan pelajaran
    > seni
    > > > ilmu bela diri.
    > > >
    > > > Kalau ingin berkembang dan dikenal di penjuru dunia, tidak bisa lagi
    > kita
    > > > hanya mengurusi perbendaan antarperguruan. Namun, kita harus mulai
    > > > memikirkan untuk mengembangkan pencak silat secara ilmiah.
    > > >
    > > > [Non-text portions of this message have been removed]
    > > >
    > > > [Non-text portions of this message have been removed]
    > >
    > > [Non-text portions of this message have been removed]
    > 
    >

    [Non-text portions of this message have been removed]



     


----------------------------------------------------------------------------


    No virus found in this incoming message.
    Checked by AVG Free Edition.
    Version: 7.1.413 / Virus Database: 268.18.7/711 - Release Date: 3/5/2007


 


[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke