kalo bini ane dilatih cingkrik goning ama kang Iwan....!!?? wah ane
mesti siap2 beli kolor besi neh...... takut diajarin jurus yg enggak2
sama boss Iwan.... hehehe.....

regards.

--- In silatindonesia@yahoogroups.com, "Yudhy Haryantho"
<[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Wah setuju tuh Kang Iwan, kalo nggak salah denger Pak Bambang juga wkt
> itu udah sempet omong2 mengenai pelatihan singkat self defense.
> Khan Kang Iwan juga udah siap utk ngelatih cingkrik ..he.he..he..
> 
> By the way tadi mlm aku kebetulan juga liat acara di Jak TV atau O
> Channel ya ?(lupa).., yg ngebahas Women Self Defense, dg narasumber
> Sdr. Deddy. Menarik juga...& menurutku bbrp tekniknya cingkrik cukup
> aplikatif utk Women Self Defense.
> 
> Gimana Kang Iwan, siap2 buat ngelatih ya...
> 
> Yudhy
> http://puragabaya.blogspot.com
> 
> 
> 
> --- In silatindonesia@yahoogroups.com, iwan setiawan <wan711225@>
> wrote:
> >
> > Gimana kalo usulin Cingkrik buat kelas beladiri khusus perempuan...?
> >   
> > Persesion dua bulan 2 kali latihan, untuk mahasiswa dan karyawati....
> >    
> >   bisa kok silat juga...
> >    
> >   salam,
> >   wans
> > kumalahijau <kumalahijau@> wrote:
> >           ..Dear All...
> > Mungkin Forum kapan-kapan mengadakan semacam program beladiri untuk 
> > perempuan dengan sistem paket beberapa kali pertemuam dan yang 
> > diajarkan hanya beladiri praktis utk digunakan baik di jalan maupun 
> > tempat2 lain..
> > 
> > seperti tulisan berikut ini..
> > 
> > MMMmm..untuk anak2 bagus juga tuh, biar anak2 kita pada belajar 
> > silat sejak awal...belum ada program untuk anak-anak ya??...Mas 
> > Yudhy pasti mendukung sekali ttg ini :)..begitu yang kubaca dari 
> > blog beliau..The soul of puragabaya..that's nice blog and writing, 
> > maju terus, tetap semangat dan menulis terus..:)
> > 
> > tabik,
> > Ian 
> > 
> > ==
> > Women's Self Defense (1): Kernet Bus Juga Ikut 
> > 
> > JAKARTA, KCM - Seorang ibu rumah tangga warga Cempaka Putih, Jakarta 
> > Pusat, Ny YA (47), menjadi korban tindak kekerasan terhadap 
> > perempuan (KTP). Minggu malam lalu (25/2) di Jalan Raya Perjuangan, 
> > Teluk Pucung, Bekasi Utara, ketika ia dalam perjalanan memenuhi 
> > undangan ke rumah temannya, mobilnya serta surat-surat penting, 
> > uang, dan telepon genggamnya dirampas oleh dua lelaki. Mulut dan 
> > hidungnya dibekap, lalu ia dilempar ke jalan (Pos Kota, 27 Februari 
> > 2007). 
> > 
> > Itu cuma satu dari banyak kasus KTP (kekerasan terhadap perempuan) 
> > yang menimpa perempuan kita. Komite Nasional Anti Kekerasan Terhadap 
> > Perempuan (Komnas Perempuan) memiliki data mengenai KTP, yang 
> > dihimpun dari lembaga-lembaga mitra yang menangani kasus KTP. Data 
> > dari 2001 hingga 2005 itu menunjukkan bahwa jumlah kasus KTP yang 
> > mereka tangani terus meningkat. 
> > 
> > Pada 2001 ada 3.169 kasus. Jumlah itu meningkat menjadi 5.163 kasus 
> > pada 2002. Pada 2003 jumlah tersebut naik menjadi 7.787 kasus. Pada 
> > 2004 jumlah itu menjadi 14.020 kasus. Pada 2005 jumlah tersebut naik 
> > lagi menjadi 20.391 kasus.
> > 
> > Jumlah KTP terus meningkat bisa saja karena makin banyak korban atau 
> > saksi yang berani melaporkan tindakan itu dan jumlah lembaga mitra 
> > yang memasukkan data kepada Komnas Perempuan bertambah. Lepas dari 
> > itu, di tengah potensi besar perempuan menjadi korban kekerasan 
> > fisik, bahkan yang sampai mengancam keselamatan, sudah seharusnya 
> > perempuan memiliki kesadaran untuk menghindari kondisi tersebut. Di 
> > samping itu, kalaupun terpaksa atau tanpa sengaja masuk ke dalam 
> > kondisi membahayakan, sudah seharusnya pula perempuan memiliki 
> > kemampuan untuk melawan sehingga tidak menjadi korban. Aksi bela 
> > diri praktis dan efektif, yang diperoleh lewat latihan singkat, 
> > agaknya bisa menjadi salah satu pilihan untuk penyelamatan diri.
> > 
> > ***
> > Ada yang menamakannya women's self defense (WSD). Ada pula yang 
> > menyebutnya self defense for women (SDFW). Menurut para 
> > penyelenggara latihan tersebut, gerakan-gerakan di dalamnya berpijak 
> > pada kewaspadaan dan ketenangan diri serta berupa pukulan, 
> > tendangan, dan manipulasi sendi. Menurut mereka pula, gerakan-
> > gerakan itu bukanlah merupakan aliran baru bela diri dan tak 
> > mengatasnamakan satupun aliran bela diri. 
> > 
> > Latihan-latihannya kini telah diselenggarakan oleh sejumlah pihak di 
> > Jakarta dan Bandung. Contohnya, di Hilton Executive Club, Jakarta, 
> > sejak pertengahan 2004 ada WSD (Women's Self Defense), yang dilatih 
> > oleh Teuku Rizal Djohan, yang mendalami jujitsu, kickboxing, dan 
> > aikido, serta Galih Ilham, yang mendalami jujitsu, capoeira, pencak 
> > silat, karate, dan kickboxing. 
> > 
> > Awalnya, dengan referensi luar dan dalam negeri, Rizal mengonsep WSD 
> > bersama Deddy Wigraha dan Rigga. Pada 2002 mereka memberi latihan 
> > bagi para perempuan warga negara asing (WNA) dari American Council 
> > for International Labor, Jakarta. Lalu, hal yang sama juga mereka 
> > lakukan untuk para perempuan WNA dari Sekretariat ASEAN, 
> > Jakarta. "Kebanyakan dari mereka merupakan wanita aktif, traveler, 
> > dan sering berada di lingkungan dengan lebih banyak laki-laki 
> > daripada perempuan di dalamnya," kata Rizal.
> > 
> > Dari sana, kemudian, 2002 hingga awal 2004, Rizal cs menyentuh para 
> > perempuan dari kalangan umum dengan membuka kelas di Grande Body 
> > Life, Pasaraya Blok M. Sesudahnya, mulai pertengahan 2004 hingga 
> > kini, Rizal dan Galih melatih di Hilton Executive Club. Satu 
> > program, 24 pertemuan, seminggu sekali. 
> > 
> > Contoh lainnya, program SDFW versi Fahmi Syarif diadakan tiap Minggu 
> > pagi di rumah sang sensei karate, di Jalan Taman Tanah Abang III 
> > no.19, Jakarta Pusat, setelah berpindah-pindah dari tempat awal, 
> > Pintu VI Stadion Utama Senayan, dan beberapa tempat lainnya. Satu 
> > program, lima kali pertemuan.
> > 
> > Diterangkan oleh Fahmi, para peserta pertama program tersebut, yang 
> > dimulai pada November 2006, adalah para perempuan aktivis. Maklum, 
> > penggagasnya adalah Titiana Dinda, mantan asisten kordinator pada 
> > Komnas Perempuan. Dinda menggagas SDFW atas usul Sensei Dedi Mansur, 
> > yang ketika itu berada di AS dan meminta Fahmi untuk membantu 
> > Dinda. "Di angkatan kedua sekarang, wanita karier--dari sekretaris 
> > sampai guru--dan mahasiswa," terang Fahmi. 
> > 
> > Sementara itu, yang belum lama diselenggarakan adalah SDFW ala 
> > Kushin Ryu Jujitsu, Dojo Kopo, Bandung, yang dipimpin oleh Sensei H 
> > Sofyan Hambally, penyandang Dan VI Karatedo Internasional yang juga 
> > mantan Ketua Dewan Guru Pengurus Pusat Kushin Ryu M karatedo 
> > Indonesia (KKI). Dari 14 Januari hingga 4 Februari 2007, tiap Minggu 
> > pagi, Sofyan dan sejumlah anak didiknya di dojonya, memberi latihan-
> > latihan bela diri praktis dan efektif secara gratis bagi para 
> > perempuan di lingkungan dojo mereka di Jl Kopo Cetarip Timur II/4, 
> > Bandung. Program kedua mereka gelar pada 4 Maret-25 Maret, juga tiap 
> > Minggu pagi.
> > 
> > ***
> > Kalau para peserta di Hilton Executive Club dan di rumah Fahmi 
> > adalah mahasiswa hingga wanita karier, kebanyakan para peserta di 
> > Dojo Kopo adalah ibu rumah tangga. Tapi, ada juga seorang single 
> > mother yang selama empat tahun terakhir bekerja sebagai kernet bus 
> > antarkota. 
> > 
> > Kernet bus itu bernama Ani Juariah (45). Ia pernah menjadi korban 
> > kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). "Mantan suami saya karateka. 
> > Waktu masih jadi istrinya, saya sering jadi sasaran kekerasan dia. 
> > Akhirnya, tahun 1992, saya cerai dari dia," tutur sang ibu empat 
> > anak--kini tiga sudah bekerja dan satu masih bersekolah.
> > 
> > Dalam usahanya bertahan hidup dan menghidupi anak-anaknya, ia 
> > berganti-ganti pekerjaan. Ia sempat terjerumus ke dunia prostitusi 
> > pada 1994. "Saya ditipu. Ada lowongan kerja jadi pembantu masak di 
> > Cirebon. Enggak tahunya, saya dibawa ke Lampung, dijadiin pelacur," 
> > lanjutnya. "Waktu saya sudah di-book oleh seorang laki-laki, saya 
> > lompat dari lantai dua dan melarikan diri," imbuhnya. "Karena 
> > sekarang saya bekerja sebagai kernet bus, bela diri praktis seperti 
> > ini penting sekali buat saya," tegasnya. 
> > 
> > Lepas dari kalangan manapun para perempuan itu, menurut Rizal, 
> > Fahmi, dan Sofyan, yang penting adalah sebanyak-banyaknya perempuan 
> > mau memelajari bela diri praktis dan efektif tersebut. Namun, para 
> > pelatih tersebut sangat sadar bahwa amat tak mudah membuat para 
> > perempuan sampai berlatih. 
> > 
> > "Sambutan mereka untuk ikut memang tinggi. Kalau kita tawarkan 
> > kepada mereka, dari pelajar sampai artis, mereka pasti bilang, 'Mau 
> > dong'. Tapi, ratusan aspek bisa membuat mereka tidak datang ke 
> > tempat latihan. Misalnya, harus ada teman yang juga ikut, harus ada 
> > yang antar pulang, waktu latihan jangan bentrok dengan jadwal 
> > kegiatan lain, jangan sampai terlalu capek," papar Rizal. "Padahal, 
> > ini bukan tips, tidak bisa dikuasai hanya dengan membaca, harus 
> > dengan berlatih," tekannya. 
> > 
> > Penulis: Ati
> > http://www.kompas.co.id/ di download tgl 8 maret 2007 
> > 
> > 
> > 
> >          
> > 
> >  
> > ---------------------------------
> > 8:00? 8:25? 8:40?  Find a flick in no time
> >  with theYahoo! Search movie showtime shortcut.
> > 
> > [Non-text portions of this message have been removed]
> >
>


Kirim email ke