Uda Alda, kalo FP2STI tetep harus ada, karena ntar nggak wadah
penampungan untuk orang2 yang 'gila silat' atau  'gila beneran'...?
he..he...

Yudhy
http://puragabaya.blogspot.com

--- In silatindonesia@yahoogroups.com, "Alda Amtha" <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Ternyata Bupati Kab. Tanah Datar, Bapak Ir. Shadiq Pasadigue, yg
> berbaik hati mendanai kunjungan Silek Kumango ke Jakarta, adalah
> pesilat yg juga ketua IPSI Sumatera Barat..... Kalau semua Bupati di
> Indonesia ini juga seperti beliau, dan mau berbuat sesuatu untuk
> pencak silat tanpa embel2 kepentingan politik, saya 100% setuju dg
> pendapat pak Bambang Sarkoro, FP2STI gak perlu ada..... (eh emang
> FP2STI ngapain sih...? nggak ngapain2 juga kan ya.... we're just
> having fun with pencak silat tradisional, no more..... right....?!)
> 
> Salam Pencak Silat.
> AFA 
> 
> 
> --- In silatindonesia@yahoogroups.com, Ian Samsudin <kumalahijau@>
> wrote:
> >
> > Dear Sahabat Silat,
> >    
> >   tulisan dari Djamboe..tentang kondisi dan keprihatinan terhadap
> silek di ranah minang; 
> >   sebuah kondisi yang kelihatannya tidak hanya terjadi di
> minangkabau saja tapi di banyak tempat yang merupakan asal dan sumber
> aliran silat baik di jawa, sumatra, bali, kalimantan, pulau
> madura/bawean dan lain-lain...
> >    
> >   semoga berguna
> >    
> >   salam
> >   Ian S
> >    
> >   ==
> >   Silek Minangkabau
> >   Warisan Budaya Yang Perlu Diselamatkan
> >    
> >    
> >    
> >   Gerimis secara perlahan membasahi bumi Kota Payakumbuh. Debu yang
> menutupi lapisan atas jalan beraspal di kota itu, perlahan luruh
> disiram hujan. Di sela gerimis tersebut, di beranda sebuah pondok yang
> terletak di Kubu Gadang, tepat di pinggir ruas jalan lingkar utara,
> seorang lelaki tua yang rambutnya sudah memutih dan kumis melintang
> yang juga telah memutih, terlihat duduk tenang. Di kepalanya yang
> berambut jarang tersebut, sebuah topi ala koboi tertonggok.
> > 
> > Lelaki tua itu adalah Bahmar. Di usianya yang sudah 71 tahun, lelaki
> dengan postur tubuh tidak terlalu besar, terlihat masih kekar.
> Penglihatan dan pendengarannya masih bagus. Begitu juga dengan
> bicaranya, mengalir tenang, dan hampir semua kata-kata yang keluar
> dari mulutnya bernada satire, yang membutuhkan terjemahan lebih lanjut. 
> > 
> > Kesan agak sangar yang terlihat pada awal pertemuan, langsung luruh
> ketika diajak bicara, orang tua yang menjadi tepat mengadu orang-orang
> yang memiliki persoalan kebatinan ini, ternyata "suko bagarah" dan
> tidak pernah menyombongkan diri. Padahal, jika ingin sombong pun orang
> akan percaya, karena di Payakumbuh khususnya, bapak dari 8 orang anak
> ini dikenal sebagai salah satu tuo silek yang memiliki murid dalam
> jumlah sangat banyak, dan tersebar di seantero Sumbar. 
> > 
> > "Waalaikum salam, mau duduk di dalam atau di beranda ini saja?" ujar
> Bahmar, yang sehari-hari dikenal dengan panggilan Mak Bamar, saat
> menjawab salam ketika dikunjungi beberapa waktu lalu. 
> > Silek Minangkabau, Warisan Budaya Yang Perlu Diselamatkan 
> > Laki-laki tua yang dikenal sebagai paranormal kelas wahid di
> Payakumbuh ini, dengan ramah kemudian mempersilahkan tamunya duduk di
> kursi kayu panjang yang terdapat di beranda pondoknya tersebut. Lalu
> dengan sikap tenang, di mendengar dengan seksama ketika dismpaikan
> maksud dan tujuan mengunjunginya. 
> > Sumber: www.ranah-minang.com/berita/559.html 
> > "Sekarang ini memang sudah sulit mencari guru. Tuo silek yang ada di
> Payakumbuh ini saja, paling jumlahnya tak lebih dari 5 orang lagi,"
> katanya, ketika ditanyakan kepadanya, berapa jumlah tuo silek
> seangkatannya yang kini masih "tersisa". Tapi walaupun tinggal
> sedikit, Mak Bamar dengan yakin mengatakan, silek asli Minangkabau
> yang telah membesarkan namanya itu, tidak akan pernah punah dimakan
> waktu, ditelah zaman. 
> > Silek Minangkabau, Warisan Budaya Yang Perlu Diselamatkan 
> > "Silek itu untuk mencari kawan sebanyak-banyaknya. Jadi sampai kapan
> pun tidak akan pernah punah. Bagaimanapun caranya orang mengupayakan,
> silek Minangkabau itu tetap akan ada," ujarnya sangat yakin. 
> > Sumber: www.ranah-minang.com/berita/559.html 
> > Walaupun dia sangat menyadari kalau pakar-pakar silek seangkatannya
> yang tersisa tak lagi cukup dalam hitungan jari, namun dengan jumlah
> murid yang pernah dilatihnya, Mak Bamar yakin silek Minangkabau akan
> tetap eksis. 
> > Silek Minangkabau, Warisan Budaya Yang Perlu Diselamatkan 
> > "Murid-murid saya masih sangat banyak. Di antara mereka itu, ada
> beberapa orang yang saya beri izin untuk menerima murid. Kepada mereka
> saya sudah berpesan, agar kepandaian yang mereka terima tersebut,
> diajarkan kepada orang lain," ungkap Mak Bamar. 
> > Sumber: www.ranah-minang.com/berita/559.html 
> > Bercerita dengan Mak Bamar membutuhkan konsentrasi ekstra. Sama
> dengan orang-orang tua Minangkabau yang cenderung berbicara dengan
> menggunakan bahasa-bahasa pantun dan kata-kata bersayap, Mak Bamar
> juga demikian. Setiap kalimat yang diungkapkannya memaksa pendengarnya
> harus bisa mengartikan sendiri apa makna yang terkandung di balik
> kalimat yang diucapkan. Walaupun didesak dengan pertanyaan-pertanyaan
> yang membutuhkan jawaban langsung dan tegas, Mak Bamar tetap dengan
> tenang dan sedikit senyum, menjawab dengan kalimat-kalimat sejuk dan
> membutuhkan penafsiran lebih lanjut dari yang mendengar. 
> > Silek Minangkabau, Warisan Budaya Yang Perlu Diselamatkan 
> > Misalnya ketika ditanyakan kepadanya, berapa lama dulu dia menjadi
> murid untuk mempelajari silat yang dikuasainya, sampai kemudian dia
> dikenal sebagai salah satu pendekar besar di Payakumbuh. 
> > Sumber: www.ranah-minang.com/berita/559.html 
> > "Kalau belajar itu sejak dari ayunan sampai ke liang lahat," ujarnya
> tenang, tanpa memberikan penjelasan lebih lanjut. 
> > Silek Minangkabau, Warisan Budaya Yang Perlu Diselamatkan 
> > Ketika didesak terus, tuo silek yang mengaku menganut aliran silek
> Lintau Buo ini, hanya menjawab telah menerima kepandaian bersilat
> sejak dari datuk, bapak dan kemudian menurun kepada dirinya. Sedangkan
> mengenai kepandaian kebhatinan yang membuatnya banyak didatangi
> orang-orang yang meminta pertolongan, juag dijawab dengan cara yang
sama. 
> > Sumber: www.ranah-minang.com/berita/559.html 
> > "Soal itu hanya masalah rasa dan perasaan. Dan perasaan itu tidak
> bisa diraba. Jadi bagaimana mau menceritakan rasa, karena rasa itu
> tidak tampak. Kalau rasa itu tampak, mungkin akan sangat banyak orang
> yang berilmu di bumi ini. Tak mungkin Allah itu menyampaikan semua
> rahasia-Nya begitu saja kepada manusia," katanya tetap dengan nada
> yang sejuk. 
> > Silek Minangkabau, Warisan Budaya Yang Perlu Diselamatkan 
> > Namun yang jelas, sebagai tuo silek yang juga dilengkapi dengan ilmu
> kebatinan, Mak Bamar sering menyelipkan kalimat-kalimat Al-Quran dalam
> setiap pembicaraannya. Karena menurutnya, silat Minangkabau itu
> identik dengan Islam. 
> > Sumber: www.ranah-minang.com/berita/559.html 
> > "Semua gerakan silat Minang itu, dari aliran manapun, bisa dicari
> falsafahnya yang selalu bersumber dari Al-Quran. Mulai dari langkah
> pertama sampai langkah-langkah berikutnya, semuanya mengandung
> ayat-ayat Al-Quran," ungkapnya. 
> > Silek Minangkabau, Warisan Budaya Yang Perlu Diselamatkan 
> >   ***
> >   
> > Lain Mak Bamar lain pula Mak Baran. Laki-laki tua berbadan kecil
> yang sudah berusia 72 tahun ini, ketika ditemui di pondok ladangnya di
> Tanjuang Pati, bercerita lebih terbuka dan terkadang lebih mengarah ke
> pokok pembicaraan. Namun tetap saja, kalimat-kalimatnya banyak yang
> membutuhkan penafsiran lanjutan. Hanya saja, sebagai salah seorang tuo
> silek, Mak Baran tetap memiliki persamaan dengan Mak Baran. Sama-sama
> tidak pernah meninggi dan menyombongkan diri, serta banyak berbicara
> dengan kalimat-kalimat satire yang membutuhkan penafsiran lebih lanjut. 
> > Sumber: www.ranah-minang.com/berita/559.html 
> > Persamaan lainnya, Mak Baran juga masih memiliki penglihatan dan
> pendengaran yang bagus. Selain itu, dia juga suka bergurau, sehingga
> pembicaraan berlangsung dalam suasana yang cair. Selain itu, Mak Baran
> tak segan-segan memperlihatkan langkah dan kemudian menerangkan apa
> makna dari langkah tersebut. 
> > Silek Minangkabau, Warisan Budaya Yang Perlu Diselamatkan 
> > Dan sama dengan Mak Bamar, Mak Bamar juga sangat yakin jika silat
> asli Minangkabau tidak akan punah ditelan zaman. Sama dengan adat
> Minangkabau yang katanya "ndak lakang dek paneh ndak lapuak dek hujan". 
> > Sumber: www.ranah-minang.com/berita/559.html 
> > Walaupun yakin tak akan punah, namun Mak Bamar dan Mak Baran
> sama-sama mengakui, kalau saat ini mencari guru untuk berlatih silat
> Minangkabau sudah bukan perkara gampang lagi. Mak Baran memperkirakan,
> saat ini keinginan generasi muda Minangkabau untuk mempelajari silat
> asli Minangkabau masih cukup tinggi. Hanya saja, mereka tidak
> mengetahui kemana harus pergi berguru. Sementara tuo-tuo silek yang
> ada saat ini, banyak yang sudah mengundurkan diri dan tidak lagi
melatih. 
> > Silek Minangkabau, Warisan Budaya Yang Perlu Diselamatkan 
> > "Sudah tidak kuat lagi. Aia tu sekali gadang sekali suruik," kata
> Mak Baran. Entah apa maknanya. Begitu juga dengan Mak Bamar. Dia juga
> mengaku sudah tidak kuat lagi untuk menerima dan melatih murid.
> Walaupun ketika ditemui, kedua tokoh silat tua ini masih kuat
> mengayunkan cangkul di sawah dan ladangnya masing-masing, namun untuk
> melatih seseorang bersilat, tak semudah mengayunkan tangkai cangkul. 
> > Sumber: www.ranah-minang.com/berita/559.html 
> > Kekhawatiran itu pula mungkin yang mendasari Pemko Payakumbuh
> kemudian gencar mengundang para tuo silek tersebut untuk berkumpul
> sekali dalam sebulan, yang dilakukan di halaman rumah dinas Wali Kota
> Payakumbuh. Ketika ditemui di ruang kerjanya Rabu (2/3) lalu, Wali
> Kota Payakumbuh H Josrizal Zain menjelaskan, ide awal dilakukannya
> pertemuan para tuo silek tersebut, karena mulai merajalelanya maksiat
> di Kota Biru tersebut. 
> > Silek Minangkabau, Warisan Budaya Yang Perlu Diselamatkan 
> > "Banyak yang positif dari silat, mungkin karena silat itu sejiwa
> dengan agama Islam. Orang yang belajar silat, dididik dulu dengan
> pengetahuan yang berkaitan dengan agama. Contohnya, harus bisa
> mengaji, tidak sombong dan sabar. Tapi waktu pertama kali datang lagi
> ke Payakumbuh ini untuk menjadi Wali Kota, saya melihat kegiatan itu
> sudah tidak ada lagi. Jadi saya menganggap, munculnya maksiat karena
> masyarakat tidak punya pilihan lagi yang positif. Makanya kita harus
> menciptakan pilihan-pilihan itu," urai Josrizal, yang memberi
> keterangan didampingi Kepala Bagian Humas Pemko Payakumbuh, Rida
> Ananda, serta Kepala Bagian Kesra Maharnis Zul. 
> > Sumber: www.ranah-minang.com/berita/559.html 
> > Kedua kepala bagian yang mendampingi Josrizal, di Payakumbuh juga
> dikenal sebagai pengurus persatuan tuo silek yang baru saja dibentuk.
> Josrizal sendiri bukan orang baru dalam "dunia persilatan"
> Minangkabau. Masa kecilnya di Payakumbuh salah satunya dihabiskan
> dengan mempelajari silat ke beberapa guru, yang kini telah menjadi tuo
> silek disegani di kota galamai tersebut. Setelah beranjak dewasa,
> barulah Josrizal "turun gunung" dan merantau ke daerah lain di
> Indonesia, sampai kemudian kembali lagi ke Payakumbuh setelah terpilih
> menjadi Wali Kota. 
> > Silek Minangkabau, Warisan Budaya Yang Perlu Diselamatkan 
> > "Dengan menguasai silat itu, percaya diri kita menjadi tinggi. Saya
> merasakan sekali ketika saya pergi merantau. Silat itu banyak membantu
> saya," katanya. Dengan dasar itu pula, dia tidak mengelak ketika
> dianggap idenya untuk mengumpulkan kembali para tuo silek di
> Payakumbuh, tak lepas dari unsur nostalgia. 
> > Sumber: www.ranah-minang.com/berita/559.html 
> > "Nostalgia memang ada. Tapi setidaknya saya melihat itu juga sejalan
> dengan program kembali ke surau yang dicanangkan gubernur. Karena dulu
> itu, pelajaran silat cuma ada di surau. Makanya, untuk pertama kali
> kita melaksanakan pertemuan tuo silek di halaman rumah dinas. Saat
> itu, semua aliran silat seperti Kumango, Balubuih, Pauah, Matua, Bonjo
> dan lainnya berkumpul. Guru-gurunya pun ternyata masih ada, dan
> gerakannya enak luar biasa. Malah saya melihat ada gerakan yang sudah
> langka dan jarang terlihat. Selain itu, masyarakat yang datang juga
> menjadi terhibur. Dengan begitu, diharapkan minat generasi muda untuk
> mempelajari lagi silat Minangkabau itu kembali meningkat. Jadi ini
> sekaligus untuk mambangkik batang tarandam," urainya. 
> > Silek Minangkabau, Warisan Budaya Yang Perlu Diselamatkan 
> > Dan Josrizal justru menantang ketika ditanyakan berapa lama dulu dia
> mempelajari silat. "Mau mancubo?" katanya diiringi tawa lepas. 
> > Sumber: www.ranah-minang.com/berita/559.html 
> > Kekhawatiran akan kepunahan aliran silat asli Minangkabau memang
> mulai menyeruak, mengingat generasi muda sekarang lebih tertarik
> mempelajari beladiri modern seperti karate, kempo, yudo, taekwondo,
> kungfu dan sebagainya. Tapi semua itu tidak terlepas dari sosialisasi
> gencar yang dilakukan untuk menarik minat. Seperti diketahui, berbagai
> ilmu beladiri modern justru dipromosikan sampai melalui film-film
> layar lebar produksi Hollywood dan Mandarin. Sedangkan silat
> Minangkabau? Hampir tak terdengar promosinya. 
> > Silek Minangkabau, Warisan Budaya Yang Perlu Diselamatkan 
> > "Ini memang menjadi tugas kita bersama, karena silat Minangkabau itu
> aset budaya asli Minang yang mesti dijaga kelestariannya," ujar Shadiq
> Pasadugue, Ketua Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) Pengurus Cabang
> (Pengcab) Sumbar, yang ditemui Jumat (4/3) lalu.
(Bonk/Ranah-Minang.Com) 
> >     
> > ---------------------------------
> >   
> >   
> > Disadur dari Ranah-Minang.Com 
> > http://ranah-minang.com/berita/559.html 
> > 
> > 
> >     
> > ---------------------------------
> >   
> >   Berita ini dicetak dari Djamboe WebDesign 
> > http://www.gufron.com/demo/berita/27.dw
> >    
> > 
> >        
> > ---------------------------------
> > Ahhh...imagining that irresistible "new car" smell?
> >  Check outnew cars at Yahoo! Autos.
> > 
> > [Non-text portions of this message have been removed]
> >
>


Kirim email ke