Oleh :  Donny Winardi ( Wartawan Tabloit Bola ) 

Untuk Jenderal Prabowo 

Selamat Jenderal atas terpilihnya Anda sebagai Ketua Umum PB IPSI periode 
2007-2011. Sayang, kita tak sempat berbicara panjang lebar karena Anda tidak 
bersedia memberikan waktu untuk wawancara. Padahal, waktu untuk melakukan itu 
sangat terbuka karena Anda sedang santai dan terlihat gembira pada Jumat (24/8) 
siang di Padepokan Pencak Silat setelah memenangi kursi Ketua Umum PB IPSI. 
Akhirnya saya tak tahu pemikiran Anda dalam memimpin PB IPSI empat tahun ke 
depan. You know your best-lah. 

Saya tidak tahu mengapa Jenderal begitu alergi terhadap media. Terpaksa pidato 
Anda di depan anggota munas yang saya muat di rubrik ini. Padahal, saya 
menginginkan bahasan yang lebih dalam dari Anda. 

Namun, sepertinya kita memang tidak berjodoh untuk membina hubungan dekat. 
Pertama, dari tanggapan Jenderal saat pertama bertemu saya di toilet depan 
ruang makan hotel Padepokan menjelang makan siang. Anda langsung berkomentar: 
"Oh, Majalah BOLA ya? Bukannya kamu wartawannya Rachmat Gobel?" Wah, saya sama 
sekali tidak kenal Rachmat Gobel, yang saat munas diposisikan sebagai rival 
berat Anda dalam berebut posisi ketua umum. 

Saya anggap itu joke. Maklum, saya pikir saat itu hari menjadi milik Anda untuk 
bergembira, because you won the battle. Semua masih mulus saja, bahkan saya tak 
ambil pusing saat mantan Sekum IPSI, Herizal, menjelaskan bahwa kemenangan Anda 
adalah fair. All the strategies are yours dan Herizal bersedia mengatur waktu 
untuk wawancara setelah makan siang. Bahkan saya dan rekan wartawan lain 
dipersilakan untuk makan. 

Tak Nyaman 

Mendadak semua skenario berubah total setelah makan siang. Dimulai dari seorang 
rekan wartawan yang menyodorkan pertanyaan, entah apa, yang membuat Jenderal 
merasa tak nyaman. Akhirnya suasana jadi tegang. Saya yang merasa sudah 
dijanjikan wawancara untuk rubrik ini memang ngotot karena kantor menugaskan 
itu. Semua keramahan jadi sirna. 

Entah dengan alasan apa Muhdi P.R., yang mewakili perguruan Tapak Suci, 
berkomentar: "Rachmat Gobel itu bukan level Prabowo. Munas ini semua dibiayai 
Prabowo, tapi lihat malah spanduk Panasonic yang berkibar di mana-mana!" Sekali 
lagi saya bingung karena belum satu pertanyaan pun saya lontarkan untuk 
Jenderal. Maksud Muhdi soal "level" itu apa? 

Herizal juga hilang keramahannya. "Jangan maksa dong! Kalau beliau tidak mau 
kan ada wakilnya," begitu katanya kepada saya sembari melotot. Saya memang 
ngotot untuk wawancara karena Anda-lah sang Ketua Umum PB IPSI yang baru. 
Jenderal-lah yang paling berhak berbicara kepada media. Bukan orang lain di 
sekitar Anda yang ikut-ikutan memarahi saya. 

Setelah peristiwa itu, saya tetap mengikuti acara penutupan hingga selesai. 
Bahkan sambutan singkat Jenderal juga saya rekam demi mendapatkan bahan berita. 
Saya jadi teringat saat hendak meliput persiapan tim Kopassus yang akan mendaki 
puncak gunung tertinggi di dunia, Mount Everest, tahun 1997. Ketika itu Anda 
menjabat sebagai Danjen Kopassus. 

Saya menelepon seorang anggota tim yang memang pendaki top Indonesia dan 
memberitahukan niat untuk meliput persiapan. Namun, dia melarang. Katanya 
rencana pendakian itu masuk ketegori "operasi sandi". 

Mungkin Jenderal merasa nyaman jika jauh dari media. Baiklah, saya tak akan 
memaksa atau menyarankan Anda untuk sering berhubungan dengan media. Yang pasti 
media memantau terus setiap langkah organisasi yang Anda pimpin untuk periode 
kedua ini. Hasil yang diperoleh adalah fakta yang akan diberitakan. Saya tak 
punya usul, bahkan yang usil sekalipun kali ini. Semoga jurus Anda membuahkan 
hasil manis, Jenderal. Selamat bekerja! 
>> Kembali ke Atas 

http://www.bolanews.com/edisi-cetak/usul.htm




[Non-text portions of this message have been removed]

Reply via email to