Saya sebagai muridnya mensejajarkan Ambu Enny sama
dengan Putri Prabu Siliwangi Diah Patiloka.

Tepat di pilih sebagai pahlawan nasional wanita
Indonesia sejajar dengan Dewi Sartika, Ibu Inggit dan
RA Kartini.

Kang Yana
New York City

--- gusman_mi6 <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

> Saya setuju, bahkan lebih dari itu penghargaan
> pemerintah terhadap keterlibatan mami 
> Enny dalam perang kemerdekaan sudah selayaknya
> diberikan.
> 
> Menurut ibu saya, mami Enny dikenal seorang yang
> pemberani terutama dalam 
> penyusupan ke markas lawan. Beliau bergabung dengan
> kesatuan Pangeran Papak, Garut. 
> Yang sangat disegani lawan terutama DI/TII.
> Seangkatan beliau yang juga menurut ibu 
> saya top adalah artis kawakan Serma Sofia WD (Alm).
> Kebetulan dibawah komandonya 
> Mami.
> 
> --- In silatindonesia@yahoogroups.com,
> "Baruklinting" <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> >
> > Mami Enny Rukmini Sekarningrat musti dapet
> penghargaan dari MURI sebagai pendekar 
> silat tradisional perempuan yang paling panjang
> umurnya.
> > 
> > Mami Enny, seharusnya mendapat penghargaan budaya
> dari Departemen Pendidikan 
> Nasional, sebagai tokoh pelestari budaya nasional
> > 
> > 
> > Baruklinting
> > 
> > http://www.margaluyu-pusat.net
> > http://apps.margaluyu-pusat.net
> > http://margaluyu-pusat.blogspot.com
> > http://baruklinting.blogspot.com 
> >   ----- Original Message ----- 
> >   From: dedyhbw 
> >   To: silatindonesia@yahoogroups.com 
> >   Sent: Monday, May 05, 2008 19:50
> >   Subject: [silatindonesia] "Mami" Enny Rukmini
> > 
> > 
> >   FW-an dari Jawa Pos
> > 
> >  
> http://jawapos.co.id/index.php?act=detail&id=10418
> >  
> <http://jawapos.co.id/index.php?act=detail&id=10418>
> > 
> >   Senin, 05 Mei 2008,
> >   "Mami" Enny Rukmini, Usia Hampir Seabad Pimpinan
> Para Jawara
> >   Banten
> > 
> >   Ompong Sejak Umur 40 Tahun, Mampu Buat Orang
> Kelenger
> >   Usianya hampir mencapai seabad. Namun, semangat
> dan fisik Enny Rukmini
> >   tak ikut terkikis habis. Walaupun tidak seaktif
> saat muda, dia masih
> >   rutin melatih para jawara dari berbagai daerah.
> > 
> >   DIAN WAHYUDI - Garut
> > 
> >   GURAT kecantikan di usia muda masih tampak di
> raut muka Enny Rukmini,
> >   93, yang telah berkeriput di sana-sini. Kulit
> putih dan hidungnya yang
> >   mancung, bahkan akan membuat orang yang pertama
> bertemu mengira dirinya
> >   memiliki darah blasteran. Padahal, perempuan
> kelahiran Bandung pada 1915
> >   itu asli Indonesia. Ayahnya, (alm) Abah Aleh,
> asli keturunan Banten dan
> >   ibunya, (alm) Ma Uki, asli Garut. "Kamu bukan
> yang pertama. Sudah banyak
> >   yang bilang saya keturunan Belanda," ujar Enny
> Rukmini, kepada Jawa Pos
> >   Selasa (29/4).
> > 
> >   Saat pertama bertemu perempuan yang akrab disapa
> "Mami" itu, kesan dan
> >   persepsi umum masyarakat terhadap orang yang
> berusia lanjut langsung
> >   terhapus. Langkah dan gerak tubuhnya masih
> ringan. Bicaranya pun lantang
> >   serta tetap terdengar jelas.
> > 
> >   "Ya, sekarang ini kan masih genit-genitnya.
> Maklum, masih berumur tiga
> >   puluh sembilan tahun (kebalikan 93 tahun, Red),"
> katanya, lantas tertawa
> >   sehingga tampak seluruh giginya yang sudah
> tanggal.
> > 
> >   Menurut Mami, seluruh giginya itu rontok secara
> serentak pada suatu
> >   malam Jumat saat umurnya masih sekitar 40 tahun.
> Sebelumnya dia merasa
> >   giginya memanjang dan terasa linu. "Tapi, jangan
> mikir yang aneh-aneh.
> >   Hanya kebetulan atau juga mungkin karena
> penyakit," pesannya.
> > 
> >   Enny tinggal di Desa Sumur, Sukowening, Garut.
> Rumah sederhananya
> >   terletak di tengah perkampungan penduduk di kaki
> Gunung Sadakening. Di
> >   kompleks perguruan Enny, ada dua bangunan. Satu
> untuk tempat tinggal
> >   keluarga dan satu untuk kegiatan melatih
> murid-muridnya. Di gedung
> >   berbentuk seperti aula berukuran 10 x 30 meter
> persegi yang dipenuhi
> >   foto dan simbol perguruan itu setiap minggu Mami
> Enny melatih sekitar
> >   120 muridnya.
> > 
> >   Perguruan Silat Panglipur yang didirikan ayah
> Mami Enny sejak 1909 itu
> >   berkembang hingga sekarang. Ratusan cabang
> Perguruan Silat Panglipur
> >   telah tersebar di mana-mana. Bahkan, ada cabang
> di luar negeri, seperti
> >   di Malaysia, Belanda, Prancis, dan Arab Saudi.
> Murid-murid dari
> >   mancanegara itu tertarik menjadi murid Mami Enny
> karena terpesona dengan
> >   kelincahannya saat beraksi pada acara kebudayaan
> yang diadakan
> >   perwakilan Indonesia di luar negeri
> > 
> >   Mami Enny sendiri memimpin perguruan silat
> warisan keluarga itu sejak
> >   1950. Ayahnya yang meminta dirinya menggantikan
> posisi terhormat di
> >   kalangan para jawara itu. "Saya tidak tahu
> alasan Abah, kenapa kok saya
> >   yang ditunjuk," ujarnya.
> > 
> >   Meski sejak kecil sudah akrab, silat bukanlah
> satu-satunya keterampilan
> >   nenek energik ini. Mami Enny juga pernah belajar
> yoga, menjahit, bahkan
> >   belajar dansa ala pemuda-pemudi Belanda saat
> itu. "Tapi yang utama,
> >   mungkin karena silat inilah. Alhamdulillah badan
> saya masih bugar sampai
> >   sekarang," ujar nenek beranak satu dan 12 cucu,
> yang beberapa juga sudah
> >   beranak-pinak itu.
> > 
> >   Menurut Mami Enny, kesehatan dan kebugaran
> dirinya sebenarnya tidak
> >   semata kekuatan fisik. Namun, lebih pada
> kekuatan mata hati. Kondisi
> >   itu, menurut dia, tidak akan ikut tergerus oleh
> makin bertambahnya usia.
> >   "Percuma kekuatan tangan (fisik), kalau tidak
> dibarengi keselarasan mata
> >   dan hati," ujarnya.
> > 
> >   Kebugaran tubuh Mami Enny tersebut dibuktikan
> sendiri oleh Jawa Pos.
> >   Setelah berdiri di hadapannya, dia mendorong
> bahu wartawan koran ini
> >   dengan kedua tangan. Pada dorongan pertama itu
> posisi bahu hanya
> >   bergoyang sedikit. "Ini kalau tidak pakai hati.
> Tubuh setua ini
> >   kekuatannya juga tidak akan seberapa," ujarnya
> lantas tersenyum.
> > 
> >   Namun, dorongan kedua yang dilakukan Mami Enny
> membuat wartawan koran
> >   ini sampai terjengkang beberapa langkah.
> Padahal, entakan tangan yang
> >   sudah renta itu sebenarnya terasa hampir sama
> dengan dorongan pertama.
> >   "Kalau dilakukan sungguh-sungguh, bahkan bisa
> buat orang tidak bisa
> >   bangun," katanya. Dia lalu tersenyum lebih
> lebar.
> > 
> >   Penguasaan Mami Enny terhadap seni beladiri
> tradisional Indonesia itu
> >   juga sempat dimanfaatkan untuk melawan penjajah.
> Tepatnya pada 1947, dia
> >   bergabung dengan Letkol Abimanyu dan Mayor U.
> Rukman untuk ikut
> >   bergerilya sampai hijrah ke Jogjakarta. Ketika
> itu dia sudah berpangkat
> >   kapten.
> > 
> >   Pada 1950 Mami Enny mengakhiri pengembaraan di
> hutan belantara. Ditandai
> >   dengan turunnya para pengungsi ke Bandung, dia
> pun kembali menjadi
> >   masyarakat biasa. "Kalau dulu berjuang dengan
> senjata, sekarang berjuang
> >   melestarikan pencak silat," katanya.
> > 
> >   Aktivitas sebagai pemimpin perguruan silat cukup
> tua di Indonesia itu
> >   sebenarnya tidak lagi dijalani seperti saat usia
> Mami Enny masih muda.
> >   Pada latihan rutin yang berlangsung tiap Sabtu
> malam dan sepanjang
> >   Minggu, dia hanya mengawasi. "Sekarang saya
> hanya mengajar para guru
> >   yang memimpin cabang-cabang di berbagai daerah,"
> ujarnya.
> > 
> >   Pertemuan rutin para pimpinan cabang Panglipur
> saat ini setidaknya
> >   dilakukan satu bulan sekali. Di situlah Mami
> Enny memberikan latihan
> >   ataupun sekadar petuah terhadap para jawara yang
> juga telah berumur.
> >   "Mereka inilah yang sering protes ke saya,
> karena badannya lebih dulu
> >   bungkuk dan matanya sudah rabun," katanya.
> > 
> >   Menurut Mami Enny, para jawara dari berbagai
> daerah itu kerap menanyakan
> >   resep sehat dirinya. "Saya hanya tersenyum kalau
> ditanya seperti itu,"
> >   ujar ibunda Etty Sumartini, 62, itu.
> > 
> >   Dia mengungkapkan, sebenarnya tidak ada resep
> khusus soal kesehatan
> >   dirinya yang masih terjaga hingga saat ini.
> "Paling, saya ini hanya
> >   rajin tirakat," ungkapnya.
> > 
> >   Dia mengaku sejak muda terbiasa jarang makan.
> Biasanya, kata Mami Enny,
> >   dia makan sekali setiap tiga hari. Itu pun hanya
> kentang rebus beberapa
> >   butir. Untuk minum, selain air putih, setiap
> hari dia minum dua gelas
> >   besar susu ukuran setengah liter. "Saya juga
> banyak tidur," candanya
> >   sekali lagi dengan mengungkapkan fakta yang
> sebaliknya.
> > 
> >   Kenyataan sesungguhnya, setiap hari Mami Enny
> tidur hanya sekitar 3 jam.
> >   Itu pun baru dilakukan setelah salat subuh.
> Sekitar pukul 5 pagi, dia
> >   mulai istirahat, tapi sudah bangun sekitar pukul
> delapan. Sepanjang
> >   malam dia pun lebih banyak menghabiskan waktu di
> kamar. "Untuk mengingat
> >   dan tafakkur ke Allah," ujar perempuan, yang
> pernah menikah tiga kali
> >   itu.
> > 
> >   Ketajaman batin Mami Enny, tampaknya, memang
> menjadi kekuatan tersendiri
> >   perempuan lanjut usia ini. Jawa Pos kembali
> membuktikannya sendiri.
> >   Malam sebelum berpamitan, Mami Enny sempat
> memberikan oleh-oleh khusus.
> > 
> >   Sambil duduk bersila di ruang tengah
> kediamannya, Mami Enny meminta
> >   salah satu murid seniornya mengambil sebutir
> telur ayam. Telur mentah
> >   tersebut ditaruh di piring, lengkap dengan
> sendoknya. "Ayo dibuka,"
> >   pintanya.
> > 
> >   Saat perlahan dipecah, sepintas isi telur tampak
> seperti pada umumnya.
> >   Namun, ternyata di dalamnya terdapat selembar
> daun pandan, seukuran 10 x
> >   0,5 cm. Lafal Arab tergurat di atasnya. "Itu
> disimpan, bukan sekadar
> >   jimat, tapi agar tetap ingat saja sama Allah,"
> ujarnya. (*)
> > 
> >   [Non-text portions of this message have been
> removed]
> > 
> > 
> > 
> >    
> > 
> > 
> > [Non-text portions of this message have been
> removed]
> >
> 
> 
> 
> 



      
____________________________________________________________________________________
Be a better friend, newshound, and 
know-it-all with Yahoo! Mobile.  Try it now.  
http://mobile.yahoo.com/;_ylt=Ahu06i62sR8HDtDypao8Wcj9tAcJ

Kirim email ke