Habis main-main ke situsnya Pak Baruklinting, ada 1 hal baru yang boleh dibilang membuka mata saya. Karena banyak yang bilang silat adalah media untuk pencarian spritual sepertinya hal ini bisa dibahas di sini.
Untuk Pak Baruklinting, mohon penjelasannya untuk orang-orang muda seperti saya :) Tapi kalau ditanya apa yang mau saya tanyakan, terus terang saya juga bingung...karena saya masih belum bisa mengerti yang tak terhingga tuh seperti apa. Mungkin bisa dimulai dengan lebih menjabarkan mengenai manunggaling kawula gusti dan tak terhingga dan kenapa pembagian dengan 0 bisa jadi 1? Maunggal / Manunggaling kawula Gusti Manunggal adalah kosa kata bahasa Jawa yang artinya bersatu. Kata "Manunggal" merupakan terminologie dari Manunggaling Kawulo GUSTI yang secara harfiah berarti Aku menyatu dengan AKU, Hidup menyatu denganHIDUP. Yang berujung Aku adalah AKU atau Hidup adalah HIDUP. Allah sebagai Dzat yang memiliki ketakterhinggaan memiliki predikat tanpa batas atau Yang Maha..... Karena Ketakterhinggaanya (tak bisa dijangkau) melekat pada kuasa,kebesaran, kesucian, keadilan yang sulit dijangkau nalar. Konsep manunggal sebagai pengertian yang menembus pada area ketakterhinggaan. Yang pada awal merupakan wewarah atau ajaran filsapat ternyata dapat dibuktikan secara ilmiah melalui matematik teori limit keterhinggaan yang menembus rahasia ketakterhinggaan. Sehingga Manunggal tidak lagi merupakan filsafat, tetapi berubah menjadi ilmu yang ilmiah yang bisa dinalar secara universal terlepas dari unsur keberpihakan keyakinan manapun. Orang bijak mengatakan bahwa jika suatu pengertian jika bisa dibuktikan secara matematis, maka pengertian akan menjadi ilmu yang ilmiah. Dan sebaliknya jika belum bisa dibuktikan secara matematis maka pengertian itu hanya merupakan satu filsafat. Pertanyaanya, apakah Manunggal / manunggaling kawula GUSTI berbentuk Filsafat atau berbentuk Ilmu ? Mari kita telaah bersama. Dalam teori limit matematik, bahwa suatu bilangan jika dibagi dengan Nol menjadi tidak terhingga (X / 0). Jika X = Y , maka jika X / Z menjadi sama dengan Y / Z. Hal tersebut adalah matematik normal yang menjadi "syariat" operasi matematik. Coba kita lihat jika ketakterhinggaan ditembus (membolehkan pembagian 0 dibagi 0), dengan hukum "syariat matematik" X : X = 1 atau 10 : 10 = 1 atau suatu bilangan dibagi dengan bilangan yang sama hasilnya sama dengan satu. Maka terjadilah 0 : 0 = 1 (0 x 5) : 0 = (0 x 1000) : 0 (1 x 5)= (1 x 1000) 5 = 1000 Dengan cara pengerjaan tersebut (membolehkan pembagian dengan angka 0), maka terbongkarlah sesungguhnya rahasia angka-angka 1, 2, 9, 1000, atau 10000 atau berapapun itu sama saja, tidak ada bedanya. Dalam bahasa agama, mulai dari raja, presiden, wali, kere, pengemis, kiayi, ustad, polisi, seniman, itu sama nilainya derajatnya jika dihadapkan kepada mereka yang mampu menembus rahasia ketakterhinggaan (yang membolehkan pembagian dengan angka 0: menenggelamkan bulatan dunia sebagai pusat orientasi). Masalah utamanya adalah "wali matematik" tidak membolehkan pembagian dengan angka 0. Dalam logika "wali matematik" pembagian dengan menggunakan angka 0, adalah melanggar "syariat matematik", yang hanya akan merusak jagad perhitungan matematik. Dengan bahasan ini. Wewarah manunggal adalah berstatus ilmu pengetahuan (science) yang sejajar dengan ilmu pengetahuan lainya. Wassalam Bambang Sarkoro 1 Maret 2008 Referensi: Makrifat burung Surga dan ilmu Kasampurnan DR. Abdul Munir Mulkhan -- It is not the strongest of the species that survives, nor the most intelligent that survives. It is the one that is the most adaptable to change. (Charles Darwin)