Sahabat Silat dan stasiun televisi Perancis 
Apr 22nd, 2009 | By admin | Category: Information, Sahabat Silat | Edit Visited 
49 times, 13 so far today 
Pagi itu Jum'at 17 Aril 2009, waktu sudah lewat jam setengah delapan. 
Berdasarkan janji dari sms yang dikirim Bang Ochid dan Bang Ajad, hari ini kami 
harus berkumpul di gedung Hidro jam setegah sembilan untuk mengantarkan dua 
orang tamu Sahabat Silat dari sebuah stasiun televisi Perancis, Singh dan 
Lionel yang akan meliput maenpo Cikalong di tempat asalnya Cianjur. Begitu 
mepetnya waktu pagi itu dan karena takut ketinggalan kutelpon lebih dahulu kang 
Wiwit yang biasanya paling on-time untuk sekedar memberi kabar jangan sampai 
ditinggalkan jika terlambat barang sepuluh lima belas menit. Maklum jika dalam 
rombongan perjalanan yang menjadi "kepala suku" adalah bang Ajad, maka kawan 
yang satu ini akan dengan tegaan meninggalkan yang terlambat.

Setelah merapikan semua persiapan dan meminta "exit permit" ke sang istri 
tercinta, jam delapan pas dengan motor bebek dekil kesayangan yang mulai butut 
kupaksakan ngebut melibas jalan yang mulai agak lengang. Belum sampai dua kilo 
perjalanan dari rumah, ahhhh kameraku ketinggalan..dengan terpaksa dan dongkol 
ku kembali ke rumah. Waktu yang tinggal sedikit memaksa kembali menelpon kang 
Wiwit untuk setidaknya meminta atau sedikit merayu bang Ajad atau bang Ochid 
jika sampai aku tak sampai tepat waktu.

Sepanjang perjalanan menuju ke Cawang, terlintas ingatan beberapa obrolan 
dengan kedua tamu kita dari Perancis tersebut. Setelah dua kali pertemuan 
dengan mereka baik di tempat latihan Beksi Tradisional Haji Hasbullah, di 
Kebagusan yang tak jauh dari rumahku atau di rumah guru Perguruan Gerak Saka 
bapak Muhammad Sani, jalan H.Jamhur II - Ciganjur mengenai pencak silat itu 
sendiri, keduanya selalu bilang bahwa orang Indonesia sangat ramah dan 
beruntung memiliki kakayaan seni bela diri yang begitu beragam dan unik. Kadang 
dalam pikiran ini juga sebenarnya antara takut dan khawatir jika penerimaan 
kita tak sebaik yang mereka bayangkan.

Namun dengan beberapa kali pertemuan baik dari awal dengan Silek Harimau, Beksi 
Tradisional H. Hasbullah, Gerak Saka dan Golok Suliwa ternyata alhamdulillah 
semuanya selalu memberikan kejutan bagi mereka..Beruntung sepanjang jalan 
Lenteng Agung dan Pasar Minggu tidak terlalu padat, meski di beberapa 
perempatan jalan ada sedikit tersendat sehingga dengan motor bebek kesayanganku 
dapat dengan leluasa melenggang sampai di gedung Hidro-Cawang dengan 
keterlambatan waktu tak lebih dari tujuh menit.

Ternyata kedua "kepala suku" untuk perjalanan ke Cianjur belum muncul, 
beruntung juga saat itu karena Cuma kang Wiwit yang baru hadir. Setelah telpon 
sana-sini baik ke Uda Alda maupun ke bang Ajad dan Bang Ochid akhirnya mobil 
yang akan digunakan ke Cianjur tampak!!!! wah . kedua kawan kita ini masih 
menggunakan seragam dinas instansinya.he he he, mungkin ini yang sering kita 
dengar antara kegilaan dan kecintaan pada pencak silat begitu tipis. Meski 
menertawakan segala tingkah dan cara "meminta izin" ke atasannya yang saya tahu 
itu sebenarnya bukan hal yang lucu, karena dari kedua penuturan baik bang Ochid 
maupun bang Ajad yang rela "mabur" cuma untuk mengantarkan tamu Sahabat Silat 
di hari kerja ini di dalam hati secara pribadi saya salut buat kedua kawan kita 
ini, ternyata pengorbanannya tak sebatas omong semata..

Kamipun meluncur ke arah UKI - Cawang untuk menjemput Singh dan Lionel di 
Padepokan Pencak Silat Indonesia yang mungkin telah lama menunggu. Kali ini 
yang membawa mobil adalah bang Ochid, entah antara bingung atau apa rute yang 
seharusnya lurus ke arah UKI malah berbelok arah kembali ke arah Cililitan..dan 
kita hanya tertawa ketika bang Ajad yang kita tahu kantornya di BKN rada sewot 
karena setelah "mabur" eh malah kembali mendekat ke kantornya.

Jam sembilan empat puluh tujuh menit kita berempat sampat di padepokan dan 
berlima menuju ke arah Cianjur. Kali ini yang membawa mobil adalah bang Ajad 
yang dengan seragam instansinya mirip supir taksi Citra (sorry bang.) namun 
begitu biasanya untuk mengejar waktu, abang kita yang satu ini memang mahir 
dalam kebut-kebutan sehingga tak hanya kita yang mengakui kelihaiannya tapi 
kedua tamu kita juga mengacungkan jempol untuk bang Ajad . Di kilo meter dua 
pulu empat tol Jagorawi arah ke Bogor, kita di beritahu untuk bertemu pak Eddie 
Marzuki Nalapraya di kediamannya di Cipayung oleh Uda Alda. Dan pak Haji Azis 
Asy'arie pun sedang dalam perjalanan menuju ke sana.

Sepanjang perjalanan yang banyak diisi obrolan ringan dan canda sehingga tak 
terasa kita sampai di kediaman pak Eddie sekitar jam sepuluh lima puluh lima. 
Sambutan pak Eddie-pun tak kalah hangatnya dengan sambutan saudara-saudara dari 
berbagai perguruan, canda tawa, singkong goreng dan kopi hangat menjadi awal 
pembuka sambutan pak Eddie. Perkenalan, perbincangan seputar pencak silat juga 
obrolan yang berkaitan dengannya menjadi semakin seru, apalagi menurut Singh, 
baru kali ini dapat sambutan langsung dari seorang pionir ketua organisasi bela 
diri dunia atau seorang sesepuh yang menjabat presiden PERSILAT hingga 2008 
menyambut dengan hangat dan bersahabat. Malah pak Eddie menawarkan pada Singh 
dan Lionel untuk bermalam jika pulang dari Cianjur terlalu malam ke Jakarta di 
tempat kediamannya di Cipayung.

Beberapa saat kemudian pak Haji Azis Asy'arie datang, hingga suasana 
perbincangan semakin ramai dan hangat. Tak lupa setelah berwawancara dengan pak 
Eddie, baik Singh maupun Lionel diberikan kesempatan untuk melihat beberapa 
album foto kegiatan yang pernah diikuti oleh pak Eddie di berbagai manca Negara 
mempromosikan dan mengembangkan pencak silat. Saat waktu menunjukkan jam 
sebelas empat puluh menit, dengan dua mobil bersama pak Eddie berangkat menuju 
masjid terdekat untuk menunaikan ibadah shalat Jum'at sementara kedua tamu, 
kita persilahkan beristirahat di kamar tamu yang disediakan oleh tuan rumah.

Selesai shalat Jum'at, kami kembali kembali ke rumah pak Eddie yang telah 
disediakan makan siang... ada hidangan iga kambing, ayam, sambal, lalap, sayur 
wah.komplit. Sebelum makan saya sempat bertanya kepada Singh, apakah dia 
seorang vegetarian atau tidak? Ternyata alhamdulillah dia bukan dan boleh 
memakan daging (karena sebelumnya kita khawatir jangan-jangan tidak boleh 
memakan daging karena alasan kepercayaan misalnya) Meski sedang alergiku datang 
he he he demi menghormati tuan rumah (juga menghormati santapan lezat) makan 
siang itu kita sikat dengan lahap. Selesai makan pak Eddie menyuguhkan atraksi 
pencak silat dari perguruan setempat, perguruan pencak silat Paku Bumi yang 
diasuhnya. Kedua tamu inipun langsung melaksanakan tugas jurnalistiknya, 
sementara kita melanjutkan obrolan, bang Ochid ikutan mendokumentasikan. Pada 
jam tiga kurang lima belas, bang Ajad, bang Ochid, saya, kang Wiwit, kedua tamu 
kita dan pak Haji Azis berpamitan untuk segera melanjutkan perjalanan ke 
Cianjur. Dan saat melepas pak Eddie tak lupa menawarkan kembali kepada kedua 
tamu dari Perancis ini untuk bermalam, dan jika setuju tinggal sms saja..

Perjalanan dilanjutkan menuju Puncak, beberapa panorama yang memang indah 
menarik perhatian kameramen Lionel untuk mengambil beberapa gambar. Atas 
kesepakatan maka saat di Puncak pass kita berhenti untuk sekedar mengambil 
beberapa gambar, suasana dan pemandangan. Beberapa pedagang batu cincin 
menawarkan pada Singh, dengan maksud membantunya saya mencoba memberitahu bahwa 
tamu Perencis ini tidak akan membeli, eh tukang dagang itu malah berkata, "saya 
mah tidak menawarkan pada bapak.tapi pada orang itu." sambil pergi meninggalkan 
kita wah..??!! Beberapa menit berlalu, pengambilan gambarpun selesai dan kami 
kembali ke mobil untuk bergegas ke Cianjur yang telah menunggu bapak Wakil 
Bupati Drs H. Dadang Sufianto MM dan Guru Besar Paguron Maenpo Cikalong Pancer 
Bumi, pak Haji Ceng Suryana dan para pengurus. Sepanjang jalan Puncak - 
Cianjur, kedua tamu kita mulai terasa kelelahan dan tertidur. Sementara yang 
lain tetap meneruskan obrolannya.

Memasuki gerbang Cianjur kita membangunkan kedua tamu kita untk pengambilan 
gambar gerbang masuk kota Cianjur. Dan tiba di kota Cianjur sekitar jam empat 
sepuluh menit sebelum menuju tempat latihan, kami mampir terlebih dahulu ke 
rumah pak haji Azis untuk mengambil baju latihan. Di tempat latihan, semua yang 
menunggu telah bersiap untuk latihan. Seperti biasa, begitu tamu datang selalu 
tersedia jamuan berua kue-kue dan minuman hangat. Sehingga membuat tamu terasa 
betah karena tak dianggap sebagai orang lain. Beberapa kali Singh terlibat 
perbincangan dengan pak WaBup, pak Dadang dan pak Haji Ceng Suryana. Beberapa 
kawan dari paguron ikut serta dalam perbincangan yang meambah seru suasana. 
Sesekali kita menyarankan Lionel atau Singh untuk sekedar "tempelan" tangan 
dengan pelatih atau guru paguron ini malah dengan WaBup Cianjur yang juga 
seorang praktisi maenpo Cikalong.

Semakin lama suasana semakin mengasyikan, kedua tamu yang telah menyelesaikan 
liputannya semakin asyik hanyut "bermain" dengan para guru dan pelatih maenpo 
Cikalong. Teknik yang didapat semakin membuatnya terkagum-kagum akan 
pengetahuannya tentang keberagaman pencak silat yang dilihat dan disaksikan 
langsung. Selepas maghrib semua menunaikan shalat maghrib, dan sekitar jam 
tujuh kami berpamitan untuk kembali ke Jakarta. Kelelahan yang dirasakan tamu 
kita dari Perancis membuatnya ingin segera kembali Ke Hotel di Jakarta dan 
dengan menyesal mereka meminta maaf kepada kita bahwa mereka tak dapat menginap 
di pak Eddie..kamipun berpamitan kepada para sesepuh paguron, pengurus dan pak 
WaBup Cianjur untuk kembali ke Jakarta.

Sepanjang perjalanan ke Jakarta, kedua tamu ini bilang sangat disayangkan waktu 
yang mereka miliki sedikit. Andaikan ada waktu sekitar satu atau dua bulan, 
mereka akan habiskan waktu untuk belajar pencak silat yang menurut mereka 
sangat unik. Persaudaraan yang diperlihatkan sangat tulus dan menyenangkan. 
Menurut mereka inilah makna sesungguhnya dari pelajaran bela diri yang 
dipelajari, bahwa bela diri sesungguhnya mewarnai persahabatan dalam kehidupan. 
Inilah yang menarik hati mereka..

Kelelahan membuat tamu kitapun tertidur kembali diperjalanan pulang menuju 
Jakarta, sekitar satu setengah jam perjalanan membuat perut terasa keroncongan. 
Bang Ochid, bang Ajad yang kembali menjadi "pilot", kang Wiwit dan saya saling 
bertanya makan apa kita kali ini? Tepat di rumah makan Sunda, kami turun dan 
memesan makanan khas rumah makan ini, dan bang Ochid lah yang bertindak sebagai 
bos yang membayar semua makanan (he he he ketiban pulung lagi). Dua nasi goreng 
babat, jus strawberry, empat nasi timbel lengkap plus pete bakar membuat 
kekhusukan dan kelahapan makan bertambah. dan tamu kitapun disuguhkan nasi 
timbel lengkap yang juga dimakan dengan lahap he he he nyobain timbel..

Tiba di Jakarta lewat jam sebilan duapuluh malam, mobil begitu keluar tol 
Cawang dibelokkan ke arah Cililitan untuk mampir ke kantor bang Ajad yang 
memarkir mobilnya hingga malam dan tinggal mobilnya sendiri yang berada di 
sana. Kedua tamu kita hanya tertawa dan kagum begitu mendengarkan pengorbanan 
yang dilakukan para anggota Sahabat Silat untuk mempromosikan pencak silat 
hingga berani "mabur" dari kerja untuk kegiatan ini. Di deapan kantr BKN 
Cawang, bang Ajad berpamitan pada semua. Kamipun melanjutkan perjalanan kembali 
ke gedung Hidro dimana sepeda motor bebek kesayanganku terparkir sampai malam...

Kamipun berpisah malam itu, sambil menunggu taksi datang Singh dan Lionel 
sangat berterima kasih atas segala kebaikan dan keramahan yang diterimanya 
selama liputan juga begitu bersahabatnya semua pesilat yang diperkenalkan 
kepadanya, sehingga mereka berdua berjanji suatu saat nanti jika mempunyai 
waktu akan kembali mengunjungi kita ntuk belajar pencak silat...

Taksipun datang, kami bersalaman dan saling mengucapkan selamat tinggal, semoga 
apa yang mereka dapat menjadi suatu kenangan baik dihatinya dan menjadikan 
mereka duta yang menyampaikan pada dunia sana bahwa pencak silat tak hanya 
melulu sebagai alat perkelahian, pertempuran dan teknik membela diri tapi jauh 
di dalam sana ada persahabatan, keceriaan, kesediaan saling berbagi dan 
menghormati yang hanya akan dirasakan jika datang dan merasakannnya..

Untuk liputan Cingkrik Goning dan Gerak Gulung Budi Daya dipersilahkan pada 
teman-teman lainnya.

Jakarta, 18 April 2009

Iwan Setiawan

Laporan di Padepokan Sabtunya,

Jam 9.00 WIB - Datang ke Padepokan kasih titipan yang udah lecek 3 hari di 
dompet ke Pak Bambang dengan bisikan : "Titipan surat cinta dari Bos Alda 
katanya salam sayang dari beliau", Pak Tb Bambang ngikik. Diteruskan melihat 
Kong Nizam menjelaskan ke Tim Transporter 3 (Singh,and Lionel)     Jam 9.30 WIB 
-11.45 WIB -  Datang paman guru dari Pondok Cabe (Kang Eryanto) beserta Tante 
Guru, Beliau meneruskan menemani Tim Transporter 3  dan Pak Bambang (Edisi 
Cingkrik Goning), dengan keahlian tata bicara yang luar biasa Kang Ery 
menjelaskan secara mendetail dan translate dari Pak Tb Bambang. Kala Pak TB dan 
kang Ery ngurus tuh bule, Kong Nizam bikin ngikik Tante Guru, dengan cerita 
bagaimana bercekerama dan menjelaskan silat tradisional yang dia ketahui 
hauuahahhahhaha     Jam 11.45 WIB - 12.02 - Wawancara dengan Kang Nanong 
ditranslate dengan Hendro/ dan Janu. beserta Body language dari Kong Nizam 
huahahhahahhaa

Jam 12.02 -Jam 13.30 - ngajak tim transporter 3 makan cendol.. (dia bilang tape 
itu pepaya. huahhahahha gue gak tahu tape dari apaan jadi iyah2 aja hauhahaha) 
muter2 dan ngeshoot Taman Anggrek huahahahahha dia bilang gapuranya dari Bali 
huahuahahahhaha, Sholat di Taman Anggrek. Tinggalin dia ngeshoot Taman Anggrek 
disangkanya bagian dari Padepokan TMII huahuhahahhaha     Jam 13.30 - Mereka 
ngobrol lagi sama Kong Nizam, dari ttg india sampai kundalini. (kayak main 
tebak gerak, Singh said "Its meditation with moving, is it right?", dan kong 
Nizam ngangguk kayak mainan bergerak selancar dan nunjuk.. benar !! ane diamin 
karena kocak..ampe ada kata kundalini dan suruh tarik pantatnya semua pake 
gerak hauhahuahahaha yang paling lucu terangin nafas gaya kong nizam.. kayak 
orang bengek.huahauhhahahhahha  )
Jam 14.00 go to Ciomas Bogor , ane pulang. hehehehhehehhe

[Alamsyah] 

  a.. Special thank's : Bapak Eddie Marzuki Nalapraya
  b.. Bang Ochid (juragan batik yang baik hati)
  c.. Bang Ajad (pembalap SS)
  d.. Witarsa (adi sapaguron)
  e.. Bapak Sabenuh M dan bang Ali juga perguruan Beksi
  f.. Tradisional H. Hasbullah
  g.. Bang Nani, kang Didit, mas Agus S, Raka, PS. Gerak Saka
  h.. Pak H. Azis Asy'arie, pak H. Ceng Suryana, Kang Ujang Saefuddin, kang 
Dani, pak Junaidi dan Paguron maenpo Cikalong Pancer Bumi
  i.. Wakil Bupati Cianjur Drs. H. Dadang Sofianto MM
  j.. Paguron Pencak Silat Paku Bumi - Bogor
Nb: Bang Ochid tambahin fotonya..ane up loadnye lame banget


[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke