Sahabat silat

Jaman akan terus bergulir musim pun  akan beerganti, biarkan saja suatu saat 
akan bosan sendiri, seperti kita mengenali pencak silat dulu sangat bersemangat 
lupa anak lupa istri, sekarang sudah bosan akan pencak silat. 
kehendak alam semuanya akan mengerucut seperti piramide.

Wassalam

O'ong maryono
 


----- Original Message ----
From: Agus Suprayogi <agus.supray...@gmail.com>
To: voisin_kencana_gr...@yahoogroups.com; silatindonesia@yahoogroups.com; Elex 
95 <ele...@yahoogroups.com>; adi rachmadi <a...@mail.tempo.co.id>; 
ary...@tempo.co.id; Izoel <iz...@mail.tempo.co.id>; mfa...@mail.tempo.co.id; 
Eko Hadi <h...@mail.tempo.co.id>
Cc: fikri_nu...@yahoo.com; d_moely...@yahoo.com; Wibowo Tri 
<twibow...@yahoo.com>; yeapri...@gmail.com; Yoda Pralandono 
<praland...@yahoo.com>; Prasetya C Saputra <prasety...@yahoo.com>; Joni S 
Widodo <jswid...@yahoo.com>; politeknik...@yahoogroups.com
Sent: Tuesday, September 29, 2009 8:10:45 AM
Subject: [silatindonesia] HP dan Anak Remaja Indonesia

HP dan Anak Remaja Indonesia

Di sebuah ruang tunggu dokter gigi. Seorang ibu dan anak duduk berdampingan.
Si ibu terlihat marenung, entah mungkin menahan sakit. Si anak-seorang
gadiis remaja- asyik mengutak-atik HP nya. Bahkan ketika si ibu hendak
minum, dia mengambilnya sendiri dengan gontai sementara si anak masih tetap
asyik. Selama masa menunggu itu, takada percakapan diantara mereka. Sepi,
hanya ada suara jari-jari yang sibuk.

Di sebuah angkutan umum. Seorang ibu dengan dua anak dan barang bawaannya
naik angkutan dengan kerepotan. Seorang anak berseragam sekolah dasar duduk
tepat di pintu masuk. Tangannya sibuk dengan sebuah HP. Tak ada reaksi dari
anak itu melihat kerepotan si ibu. Jangankan inisiatif untuk membantu,
menggeser duduknya saja tidak. Jari-jarinya masih terus sibuk.

Di halaman sebuah kampus. Hujan baru saja turun. Pasangan suami istri dan
seorang anak balitanya ikut berteduh. Si anak merengek minta duduk. Tapi
sayang, tempat duduk sudah penuh mahasiswa yang juga tengah berteduh. dan
mereka semua menggenggam HP. Semuanyapun larut konsentrasi dengan HP mereka.
Bahkan rengekan si anak yang berubah menjadi tangisan tak menggoyahkan
mereka. Jari-jari mereka tetap sibuk.

Di sebuah warung kecil. Seorang ibu akan membeli beberapa bumbu dapur.
Sementara si gadis penunggu warung sedang sibuk dengan HP-nya. Beberapa kali
dia salah memberi barang yang diminta si ibu. Si ibupun sudah terlihat
kesal. Dan si gadis penjaga warung itu masih saja sibuk dengan HP nya.

Empat ilustrasi di atas bukan sebuah rekaan atau bikinan semata. Tapi
kejadian-kejadian yang memang nyata terjadi di sekeliling kita, bahkan
mungkin sering kita temui dalam kehidupan sehari-hari di sekitar kita, dalam
bentuknya yang lain. Inilah gambaran paling nyata dan terdekat dengan
kondisi remaja kita sekarang ini. Ya, remaja-remaja Indonesia telah berubah
menjadi generasi yang begitu gandrung dengan HP—entah itu sekadar ber-SMS
ria ataupun yang lebih banyak ber-Facebook-an.

Pemandangan ini niscaya kita temukan di mana saja dan kapan saja. Siang dan
malam, di jalanan, di pinggir sekolah, di pelataran parkir, di dalam angkot,
di tempat penungguan, di halte bis, dan sebagainya. Mau tidak mau HP telah
mengubah wajah remaja kita sekarang ini.

Dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, dalam dua tahun belakangan ini
harga HP memang sangat terjangkau. Hanya dengan bilangan ratusan ribu rupiah
saja, sudah bisa mendapatkan HP yang bisa mengakses internet. Hampir tidak
ada remaja yang tak memiliki HP sekarang ini.

Dan harus kita ketahui, di tangan remaja Indonesia sekarang ini, HP telah
bergeser fungsinya menjadi sesuatu yang membatasi mereka dalam dunia yang
sendirian. Bahkan ketika mereka nongkrong atau kumpul sesama mereka pun,
mereka tenggelam asyik dengan HP mereka (kalau sudah begini, apa artinya
lagi bersosialisasi secara nyata?). Mereka menjadi pribadi-pribadi yang
individualis dan sedikit demi sedikit, rasa empati terhadap sekeliling
mereka tergerus. Belum lama ini di sebuah stasiun televisi swasta ada satu
iklan yang memperlihatkan seorang anak remaja yang terus-menerus memainkan
HP-nya sampai-sampai kemudian dia tidak tahu ada dimana dia berada.

Sekarang, coba sejenak mungkin lihat anak-anak, atau-atau adik kita yang
beranjak remaja: ketika mereka berinteraksi dengan HP-nya, seberapa intens?
Adakah mereka menjadi sangat tergantung dan terus-menerus memainkan HP-nya?
Jika iya, ada baiknya mungkin kita mulai membatasi mereka (atau diri kita
sendiri?) dalam berinteraksi dengan HP. (umi/sa)

Foto: Innet

-- 
Agus Suprayogi
_______________________________________________________________________
”Kita hidup bukanlah mencari seseorang yang sempurna untuk kita cintai,
namun kita belajar  untuk mencintai orang yang tidak sempurna dengan
sempurna.”


[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------------------

----------------------------------------------------
Tempat berSilaturahim Pesilat Indonesia
Komunitas Pencak Silat Indonesia
----------------------------------------------------
Forum Board : http://www.sahabatsilat.com
Website : http://www.silatindonesia.com
Post message : silatindonesia@yahoogroups.com
-------------------------------------------------------
Subscribe : silatindonesia-subscr...@yahoogroups.com
Unsubscribe : silatindonesia-unsubscr...@yahoogroups.com
List owner : silatindonesia-ow...@yahoogroups.com
Archive : http://www.mail-archive.com/silatindonesia@yahoogroups.com/
---------------------------------------------------
Segala bentuk PROMOSI di Luar dari Informasi Pencak Silat akan di anggap SPAM. 
dan keanggotaan SPAMMER akan di Hapus dari keanggotaan Milis SILATINDONESIA
---------------------------------------------------




KOMUNITAS-KITA
Ngobrol yuk di forum diskusi dengan beragam komunitas lainnya di:
http://www.komunitas-kita.web.id
----------------------------------------------------Yahoo! Groups Links




      

Kirim email ke