Salam Silat...

Meneruskan suatu kutipan tulisan bagus dari seorang rekan tentang pengalaman 
pribadinya.

salam,
Dedy

----------------------------
Tulisan oleh Bapak Sutono Joyosuparto


Allahuma shali ala Muhammad wa ala ali Muhammad wa salam. Al Fatiha.
[Judul asli] 2 Sutono Belajar Shalat
Cara menambah fokus pada shalat yang saya bicarakan di akhir bagian 1 itu, lama 
baru bisa saya susun. Ketika naik haji, itu belum terbentuk. Jadi waktu itu 
saya 
masih memerlukan melek ketika shalat. Selain memahami bahwa shalat adalah 
semacam memulihkan tenaga (charging), ada lagi yang lebih mendasar tentang 
shalat ini yang bisa dikumpulkan/ digali, di luar yang bersifat spiritual.
.......
.......
.......

Sesampai di Jakarta lagi dalam rangka mencari sumber dana yang mau mendukung 
proyek proyek tadi, seorang teman mengajak saya ke Puncak guna bertemu dengan 
pak Subur Rahardja, yang isterinya adalah seorang warga USA. Ny.Subur ini 
dikenal sebagai spesialis yang mempertemukan investor dengan pemilik proyek. 
Berangkat sore sesampai di tujuan pas waktu makan malam. Ternyata pak Subur 
Rahardja itu adalah Guru Besar Perkumpulan Gerak Badan Bangau Putih, sebuah 
perkumpulan silat yang berpusat di Bogor dan yang kami datangi itu adalah salah 
satu padepokannya.
Ternyata teman yang membawa saya menemui pak Subur itu ketinggalan info. Pak 
Subur sudah bercerai dari isterinya itu, yang sudah pulang mudik ke USA. Pak 
Subur yang ramah sekali itu, langsung mengajak kami semua untuk makan malam. 
Seperti standing party gitu. Tidak duduk. Sambil menikmati hidangan, pak Subur 
menarik saya ke pojok ruangan, sambil bilang tahukan pak Tono bahwa shalat itu 
adalah sebuah gerak silat yang sangat tangguh sekali. Wah? Saya berhadapan 
dengan seorang yang dikaruniai sensitifitas tinggi. Memang saya menemui dia 
untuk mencari pendanaan buat proyek saya, tetapi dalam jantung saya yang dalam 
saya sedang mencari makna shalat. Dan rupanya dia merasakan kebutuhan saya itu.
Lalu dia cerita sekilas tentang dirinya. Dia memang kecanduan ilmu silat. Beda 
dengan saya yang hanya kecanduan membaca cerita silat Cina seperti Pasangan 
Pendekar Rajawali Sakti. Pak Subur ini adalah cucu dari pendekar silat 
perguruan 
Siau Lim Pay, yang migrasi ke Indonesia. Kemudian ilmu itu diturunkan ke 
anaknya, dan anaknya itu menurunkan ke cucunya, Subur Rahardja. Sejak kecil dia 
memperlihatkan perhatian yang besar kepada ilmu silat dan memiliki tulang yang 
bagus untuk belajar silat. Setelah akil balik, merantaulah dia ke seantero 
Nusantara, dari Aceh sampai Irian untuk belajar silat masing masing daerah.
Setelah puas mengembara, dia menetap di Bogor dan merangkum seluruh ilmu silat 
yang dimilikinya itu di dalam satu ilmu silat baru yang dia sebut Perkumpulan 
Gerak Badan (PGB) Bangau Putih. Disebut begitu karena dia memandang bahwa 
bangau 
memiliki keluwesan dan kecepatan gerak yang menjadi ciri ilmu silatnya. Dan ada 
seekor bangau yang telah jinak yang menjadi burung peliharaannya, yang sempat 
saya lihat di padepokannya di Cipanas itu.
Dan selama mukim di Cipanas ini dia bergaul baik dengan para pesilat lokal yang 
juga kiai. Melihat cara shalat orang muslim, dia tertarik sekali. Setelah 
memperhatikan secara saksama dia menyimpulkan bahwa shalat itu adalah ilmu 
silat 
yang luar biasa. Dia mengatakan tak akan berani menyerang seorang pesilat yang 
sedang sujud. Karena dalam posisi itu, dalam tarung jarak dekat, dalam posisi 
sujud itu dia dapat melemparkan serangan yang mematikan terhadap lawan yang 
mendekat untuk melakukan serangan. Itu dikatakan seseorang yang adalah Guru 
Besar Ilmu Silat PGB Bangau Putih. Saya tidak bertanya apa apa malam itu, 
karena 
kaget mendengar keterangannya. Jadi tidak tahu apakah pernyataannya tentang 
orang sujud itu, memasukkan unsur spiritual bahwa seorang abdi Allah yang 
ikhlash, pasti mendapat perlindungan Allah, atau pandangan murni sebagai 
seorang 
pakar/ahli ilmu gerak bela diri.
Lebih lanjut dia mengatakan bahwa seorang yang selalu melakukan wudhu dengan 
benar tidak mungkin tangannya dikunci lawan tanpa bisa melepaskannya. Dan kalau 
sudah terbiasa ruku’ dengan benar seseorang tidak akan terkena sakit 
pinggang/punggung atau lower back pain, sementara betisnya akan sekeras kayu 
seperti betis saya ini, sambil menarik tangan saya supaya merasakan betis nya 
yang memang sekeras kayu itu, tanpa nampak ada upayanya untuk mengeraskan 
betisnya ketika saya pegang. Ketika ada kesempatan untuk bertanya kepada murid 
seniornya apakah mereka tahu tentang hebatnya shalat, mereka menjawab tidak ada 
yang diberi tahu tentang hal itu. Yang paling mengesankan adalah dia tetap 
meninggal sebagai seorang budhist, meskipun dia, sebagai pecandu ilmu silat, 
tahu bahwa shalat adalah ilmu silat paling tangguh yang diketahuinya. 
Sesungguhnyalah, iman adalah hadiah dari Allah kepada siapapun yang dikehendaki 
Nya. Subhan Allah. Alahamdulillah. Astaghfirullah.
Malam itu saya sampai kembali ke rumah lewat tengah malam.
....
....
....


      

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke