Satu tulisan yang bagus.
Semoga JIL yang jadi pembela Israel segera tobat dan
sadar. Jangan ketinggalan zaman. Wong Amerika sendiri
sudah menyadarinya....

"Israel, Berhentilah Berlagak Menjadi Korban"
http://republika.co.id/berita/27238.html
JAKARTA--Dalam bukunya "They Dare to Speak Out" yang
diterbitkan pada 1985, mantan anggota Kongres, Paul
Findley, mengungkapkan betapa kuatnya cengkeraman lobi
Yahudi dan Israel di Amerika Serikat, terutama dalam
masalah Timur Tengah, sehingga orang Amerika atau
Barat yang berani mengkritik Israel dicap sebagai anti
Yahudi dan pendukung Nazi.

Findley mengungkapkan, orang-orang kritis yang
posisinya lemah telah diintimidasi dan disingkirkan,
sementara yang lebih kuat diasingkan untuk kemudian
dimiskinkan secara politik dan ekonomi, dideskreditkan
oleh media massa, bahkan dilenyapkan sama sekali.

Senator Joseph Raymond McCarthy dari Partai Republik
adalah salah seorang korbannya. Dia diasingkan dari
ranah politik AS dan dideskreditkan oleh media massa
sebagai komunis, bahkan penyebab kematiannya pun tidak
jelas.

Kini, setelah agresi Israel ke Gaza, sebagian orang
Amerika dan Barat mulai mengeluarkan kritik tajam pada
Israel, bahkan beberapa di antaranya cenderung anti
Yahudi.

Di Yunani, pada 29 Desember, Harian Avriani mengaitkan
Perang Gaza dengan lobi Yahudi, "Setelah Yahudi
Amerika menguasai kembali (sistem) kemakmuran dunia
dan menenggelamkan dunia dalam satu krisis keuangan
yang tak pernah terjadi sebelumnya, mereka mulai
berlatih untuk (persiapan) Perang Dunia Ketiga."

Sementara itu, di Italia, asosiasi dagang bernama
Flacia-Uniti menyeru warga kota Roma untuk memboikot
segala produk usaha buatan komunitas Yahudi.

"Kami tidak bisa terus diam terhadap apa yang sedang
terjadi di Gaza. Kami telah membuat daftar pengusaha
(Roma) yang berhubungan dengan Tel Aviv karena rakyat
(Italia) tidak tahu siapa mereka," kata Giancarlo
Desiderati, otak di balik prakarsa boikot itu.

Di AS, suara kritis terhadap Israel menyalak, bukan
hanya dari keturunan Arab, tapi juga non Arab yang
muak pada eksploitasi nasib buruk Israel di masa pasca
Perang Dunia Kedua, demi membenarkan serangan kejinya
ke Palestina.

Salah seorang warga AS yang mengkritik Israel adalah
aktor, sastrawan, sosiolog, dan pengarang buku
terkenal "The Pursuit of Loneliness," Philip Slater.

Dalam Huffington Post edisi 6 Januari 2009 yang
dipublikasikan lagi Middle East Times pada 19 Januari,
Philip menyampaikan opini berjudul, "A Message to
Israel: Time to Stop Playing the Victim Role."

Berikut adalah terjemahan artikel Philip.

Di awal tulisannya, Philip menyatakan dia tak bisa
memahami Israel yang selama ini dibela bangsanya,
berubah menjadi agresor dengan masih saja
mendramatisasi nasibnya di masa lalu sebagai korban
permusuhan Arab.

"Kalian tak perlu lagi pura-pura menjadi korban.
'Israel yang malang' terdengar aneh manakala kalian
justru menjadi kekuatan dominan di Timur Tengah," kata
Philip.

Saat kalian menduduki beberapa tetanggamu, membom dan
menaklukannya di medan perang, menguasai tanah mereka,
dan mengusirnya dari rumah-rumah mereka, maka saatnya
untuk berhenti berpura-pura tertindas.

Ya benar, negara-negara Arab menolak keberadaanmu,
mengancam akan membuang kalian ke laut, dan semua itu
retorika palsu. Faktanya adalah kalian kuat, mereka
(Arab) tidak. Kalian punya senjata canggih, mereka
tidak. Kalian bersenjata nuklir, mereka tidak. Jadi
berhentilah bersikap cengeng. Itu tak laku lagi.

Ya, saya tahu, kami rakyat Amerika mesti berbicara dan
selalu bergetar saat mendengar nama teroris, "negara
brandal" dan "kekaisaran iblis" saat kami memiliki
cukup nuklir untuk meledakkan dunia dan berbelanja
senjata lebih besar dari negara manapun. Tetapi, hanya
karena kami hipokrit dan gelisah, tidak berarti kalian
harus seperti kami.

Philip berkata, menyebut Hamas agresor sungguh tidak
pantas karena Jalur Gaza lebih dari sebuah kamp
konsentrasi besar Israel di mana warga Palestina
diserang semau Israel dan harus menderita kesulitan
makan, bahan bakar, energi, bahkan suplai obat-obatan.

"Mereka tidak bisa berkeliaran dan mesti membuat
terowongan untuk menyelundupkan kebutuhan hidup
sehari-harinya. Mereka tak akan kalian perhatikan jika
tidak menembakkan roket-roketnya pada kalian."

Philip menulis, lobi Israel bereaksi sejadi-jadinya
manakala mereka dituduh mengadopsi metodologi Nazi
yang telah menyiksa mereka, untuk menghukum sebuah
bangsa dengan menyerang bagian kecil bangsa itu dan
secara konsisten dilakukannya di Gaza.

Israel, demikian Philip, telah melanggar hukum
internasional, sebuah hukum yang ironisnya pernah
diterapkan untuk mengadili praktik keji yang dilakukan
Nazi kepada bangsa Yahudi semasa Perang Dunia Kedua.

"Ayolah, pisahkan kami dari kemunafikan dengan
mengatakan setiap upaya Israel adalah demi mencegah
korban sipil. Saat kalian menjatuhkan bom-bom di satu
kota padat penduduk, kalian membom peradaban. Bom tak
pernah bertanya apa KTPmu."

Bom adalah pembunuh rakyat sipil. Bom-bom dirancang
untuk menjatuhkan semangat sebuah bangsa dengan
membantai keluarga-keluarga. Bom digunakan selama
Perang Dunia Kedua oleh semua pihak dengan tujuan
meruntuhkan semangat bangsa. Dan ini pula yang
dilakukan di Gaza.

Ayolah Israel, cobalah tahan diri kalian untuk tak
berkilah dengan argumen menyesatkan yang dipinjam dari
Bush, bahwa para pemimpin Hamas bersembunyi di tengah
rakyatnya, meninggalkan rumah-rumah mereka.

Yang sesungguhnya terjadi adalah Israel ingin
menggiring mereka ke tempat-tempat yang tidak ada
penduduknya, padahal tak ada satu pun lahan kosong
penduduk dan pemukiman di Gaza. Jadinya, para pejuang
Hamas bolak balik di daerah padat penduduk itu."

Philip melanjutkan, Israel telah membom tiga sekolah
PBB dan membunuh lusinan anak-anak serta orang dewasa,
meskipun faktanya PBB memberi kalian koordinat semua
sekolahnya di Gaza agar sekolah-sekolah itu tidak
menjadi sasaran pemboman karena PBB ingin mencegah
jatuhnya korban sipil dengan tanda itu sehingga kalian
tak mungkin membomnya. Alih-alih Israel membom
sekolah-sekolah itu.

"Tampaknya kalian merasa bisa membunuh siapapun,
kapanpun dan dimanapun kalian suka, hanya karena
kalian mendapat restu dari Amerika Serikat," kata
Phiilip.

Setiap hari serangan yang dilancarkan ke Pelestina,
kalian semakin terlihat melecehkan PBB, masyarakat
internasional dan hidup manusia. Persis perilaku
negara berandal.

Kalian mungkin juga memberi perhatian pada fakta bahwa
kebijakan kuno kalian yang sok jagoan --kebijakan yang
kalian lakukan berdekade-dekade-- tidak berhasil!

Bangsa Palestina itu manusia. Mereka bukan anjing yang
bisa kalian perintah. Makin buruk kalian perlakukan
mereka, makin ingin mereka melawanmu. Itulah arti
menjadi manusia. Semakin keras kalian tindas, semakin
kuat mereka melawan.

Kami (AS) pernah membom Vietnam dengan jumlah lebih
banyak dari seluruh bom yang dijatuhkan selama Perang
Dunia Kedua. Itu belum termasuk bom napalm (bom
curah), herbisida (bom biologi) dan semua jenis ranjau
darat canggih. Tapi, apakah mereka (bangsa Vietnam)
lantas bersujud dan mencium lutut penjajahnya? Tidak,
mereka pantang tunduk.

Kalian mesti membunuh mereka semua. Dan saat kalian
melakukan itu, kalian akhirnya tidak akan lagi
didukung siapapun, bahkan Amerika Serikat.

Ingatlah, bahwa dukungan Amerika kepada kalian
seluruhnya didasarkan pada gagasan bahwa tidak ada
satu pun politisi (AS) memenangkan pemilu tanpa
dukungan suara Yahudi.

Tapi tak semua Yahudi Amerika berpikir Israel
mengemban misi agung dari Tuhan. Banyak warga Yahudi
Amerika lebih mempercayai hukum dan keadilan
internasional.

Saya bisa mengerti Israel jengkel mendapat pelajaran
seperti ini dari seorang Amerika. Tapi bukankah ini
yang telah kami orang Amerika lakukan? Mendatangi
negara orang lain, membantai 95% penduduknya untuk
kemudian mengambilalihnya?

Ketika yang dirampas tanahnya serentak melawan,
agresor (Israel di tanah Arab) panik dan segera
menyebut agresinya ke tanah orang lain itu sah
meskipun dengan melakukan pembantaian genosidal.

"Mohon maaf saya mesti katakan padamu wahai Israel,
kalian ketinggalan zaman. Alasan genosida tidak lagi
laku. Saya tahu ini tak adil, kalian memiliki hak
untuk tersinggung dengan semua ini, namun dunia itu
semakin kecil, gaya koboy itu sudah kuno, dan para
algojo tidak lagi menjadi pahlawan," kata Philip
menutup tulisannya.Ant/Ya/Huffington Post dan Middle
East Times

===
Paket Umrah 2009 Mulai US$ 1.1490
Informasi selengkapnya ada di:
http://www.media-islam.or.id

Syiar Islam. Ayo belajar Islam melalui SMS

Untuk berlangganan ketik: REG SI ke 3252

Untuk berhenti: UNREG SI kirim ke 3252. hanya dari Telkomsel 
Informasi selengkapnya ada di http://syiarislam.wordpress.com


      Warnai pesan status dengan Emoticon. Sekarang bisa dengan Yahoo! 
Messenger baru http://id.messenger.yahoo.com

Reply via email to