Posted by:      "aries radhmandy"      
      jimmy_jon...@yahoo.com      
               
        
          jimmy_joni40 
        
          
    
      Tue Aug 10, 2010 4:19 am        (PDT)    

    
                  


      (sekedar share)

Oleh : Mega Simarmata, Pemimpin Redaksi KATAKAMI.COM

Pesan Tulus Nan Sederhana Pada Ustadz Abu Bakar Baasyir



Jakarta 25/5/2010 (KATAKAMI) Nama saya Mega Simarmata. Seorang anak bangsa 

Indonesia yang secara total bekerja sebagai jurnalis independen. Saya membenci 

semua aksi kekerasan di muka bumi ini. Terutama kekerasan dan kejahatan 

kemanusiaan yang bernama TERORISME. Uniknya, saya bisa bersahabat dengan sangat 

baik dan begitu menyentuh hati kepada orang yang paling dituding sebagai 

Bapaknya Teroris di Indonesia ini yaitu dengan Ustadz Abu Bakar Ba'asyir selaku 

Pemimpin Pondok Pesantren Islam Al Mukmin Ngruki Sukoharjo. 



Saya memanggil beliau dalam kontak-kontak kami dengan panggilan Ustadz Abu. 

Persahabatan yang unik inipun memang benar-benar unik karena dari sekian tahun 

kedekatan yang menyentuh hati itu, tak sekalipun kami pernah bertemu. 
Komunikasi 

kami hanya lewat orang ketiga yang menjadi tangan kanan atau orang kepercayaan 

beliau. Biasanya, saya mengirim pesan singkat SMS kepada Ustadz Abu Bakar 

Baasyir melalui tangan kanan dan atau orang kepercayaannya ini. Begitu juga 

sebaliknya, Ustadz Abu juga kerap membalas pesan-pesan saya lewat orang ketiga 

yang begitu dipercayainya tadi. 



Perjalanan waktu selama bertahun-tahun terakhir ini, persahabatan dan 
komunikasi 

antara kami sering ditandai dengan keluh kesah saya sebagai jurnalis tentang 

maraknya aksi-aksi terorisme di Indonesia. Insting saya sebagai jurnalis 
mencium 

gelagat bahwa target sesungguhnya yang ingin dibidik oleh Tim Anti Teror Polri 

adalah Ustadz Abu Bakar Ba'asyir. 



Tetapi Tim Anti Teror Polri kesulitan mendapat indikasi keterlibatan (apalagi 

bukti-bukti yuridis) yang sangat kuat untuk bisa menjerat, menjebak, dan 

menyeret Ustadz Abu ke muka Pengadilan. 



Sebab Indonesia memang secara nyata tak mampu membuktikan tudingan bahwa Ustadz 

Abu adalah teroris. 



Membuktikan Ustadz Abu sebagai teroris saja tidak mampu, apalagi membuktikan 

bahwa Ustadz Abu adalah Bapaknya Teroris Indonesia. Pada proses peradilan yang 

digelar beberapa tahun lalu, Majelis Hakim menyatakan Ustadz Abu bersalah hanya 

dalam kesalahan administrasi menyangkut paspor yang dimiliki Ustadz Abu.



Dari perjalanan panjang periode tahun 2005- Desember 2006 terkait proses hukum 

yang ditimpakan kepada Abu Bakar Ba'asyir yaitu dari Pengadilan Tingkat Pertama 

di Pengadilan Negeri, Pengadilan Tingkat Banding di Pengadilan Tinggi hingga 

akhirnya tahapan PK atau Peninjauan Kembali di Mahkamah Agung, diputuskan bahwa 

Abu Bakar Ba'asyir dinyatakan tidak terlibat dalam kasus-kasus terorisme. 



Kesalahan atau perbuatan melanggar hukumnya hanya sebatas pelanggaran imigrasi 

semata. 



Tidak ada yang berbau terorisme. Tidak terbukti secara legal di muka hukum 
bahwa 

Ustadz Abu adalah teroris. Itu permasalahannya. 



Sehingga, penanganan terorisme harus didudukkan pada posisi yang sebenarnya 

yaitu jika memang patut dapat diduga ada seseorang yang diyakini merupakan 

bagian dari jaringan terorisme maka aparat kepolisian wajib menemukan dan 

mendapatkan bukti-bukti yuridis. Jangan menuding seseorang secara berlebihan 

tetapi ketika orang tersebut digiring ke muka hukum, tak ada satupun tudingan 

tentang keterlibatan dalam jaringan terorisme itu yang terbukti. Kalau memang 

benar Ustadz Abu adalah teroris maka carilah bukti-bukti yuridis yang 

sesungguhnya. Jangan ada rekayasa.

Jangan ada pemaksaan kehendak bahwa manusia yang bernama Ustadz Abu Bakar 

Ba'asyir harus dan wajib diberi stigma sebagai teroris. Indonesia adalah negara 

hukum. Dan biarlah HUKUM menjadi PANGLIMA di negaranya masing-masing.



Yang sangat kuat tersirat, tersurat dan terucap dari figur Ustadz Abu Bakar 

Baasyir adalah kegigihannya untuk menerapkan syariat Islam sebagai fondasi yang 

kokoh bagi Negara Kesatuan Republik Indonesia. Ini dapat dipahami karena latar 

belakang Ustadz Abu sebagai Ulama Islam.

Tak cuma Ustadz Abu, beberapa partai politik yang berbasiskan nilai-nilai 

relijius juga berkehendak menjadikan syariat Islam sebagai dasar negara. Apakah 

karena kehendak yang tulus dari mereka yang berbasiskan agama Islam ini, maka 

mereka akan mendapat stigma yang sama yaitu masuk dalam kategori teroris ? 
Tidak 

sama sekali !



Gerakan Islamisasi bukan bagian dari mata rantai terorisme. Gerakan Islamisasi 

adalah sebuah niatan suci yang sah-sah saja diusulkan untuk diterapkan di 
sebuah 

Negara seperti Indonesia karena memang Indonesia adalah negara berpenduduk 
ISLAM 

terbesar di dunia.



Tapi di Indonesia, gerakan Islamisasi itu akan sulit dijalankan karena para 

FOUNDING FATHER INDONESIA telah membangun dasar-dasar ideologi yang sangat kuat 

bagi Negara Kesatuan Republik Indonesia ini yaitu Pancasila dan Undang-Undang 

1945.



Dan kembali pada sosok Ustadz Abu Bakar Baasyir. Bisa jadi beliau tahu dan 

memang mendapatkan informasi bahwa ada PETINGGI POLRI yang mengaku paling hebat 

dalam penanganan terorisme di negara ini justru patut dapat diduga menjadi 

beking dari mata rantai mafia narkoba internasional.

Ustadz Abu juga pasti tahu bahwa dalam banyak operasi penanganan terorisme di 

Indonesia beberapa tahun terakhir ini memang terkesan membantai umat Islam.



Satu contoh nyata, penembakan brutal di malam takbiran tahun 2006 yaitu Densus 

88 Anti Teror (atas perintah dari seorang petinggi Polri) menembaki sebuah 

Pondok Pesantren di Poso, Sulawesi Tengah.



Komnas HAM menyatakan POLRI secara nyata telah melakukan PELANGGARAN HAM pada 

peristiwa penembakan di malam takbiran tahun 2006 di Poso. Bukan TNI yang 

dinyatakan melakukan PELANGGARAN HAM oleh Komnas HAM atas peristiwa brutalisme 

itu, melainkan POLRI atau tepatnya Densus 88 Anti Teror Polri.



Kemudian atas perintah dari petinggi Polri yang sama, maka Densus 88 Anti Teror 

juga menembaki perumahan warga sipil di Poso tanggal 22 Januari 2007 yang 

menewaskan belasan warga sipil. 



Densus 88 Anti Teror yang mengaku hendak menangkap orang-orang yang dididuga 

teroris serta masuk dalam Daftar Pencarian Orang (DPO) justru menewaskan 
belasan 

umat Islam yang namanya tidak termasuk dalam DPO.



Komnas HAM juga menyatakan bahwa POLRI telah melakukan PELANGGARAN HAM pada 

peristiwa yang brutal dan sadis ini bulan Januari 2007. Sekali lagi, bukan TNI 

yang dinyatakan melakukan PELANGGARAN HAM oleh Komnas HAM atas peristiwa 

brutalisme itu, melainkan POLRI atau tepatnya Densus 88 Anti Teror Polri.



Jujur saja, memang ada tindakan-tindakan Densus 88 Anti Teror yang sudah sangat 

berlebihan dan merugikan umat Islam di Indonesia. Ini fakta. Ini realita. 

Salahkah kalau kalangan Ulama Islam dan Tokoh-Tokoh Islam merasa terpukul dan 

tidak senang atas brutalisme yang mengorbankan umat Islam ?



Islam bukanlah musuh dari setiap gerakan anti terorisme.

Islam adalah sebuah agama dan komunitas yang sangat terhormat di muka bumi ini.

Islam adalah sebuah agama dan komunitas yang memang mengajarkan kasih  sayang 

kepada sesamanya manusia.

Islam adalah kekuatan terbesar yang  memang nyata-nyata ada dan eksis di 

berbagai belahan dunia.



Sehingga dalam penanganan terorisme itu sendiri, banyak hal yang harus 

diluruskan dan dibenahi kembali. Ustadz Abu Bakar Baasyir sibuk menjalani 

kegiatan dakwah dalam hari-hari beliau.

Dituding atau tidak dituding, yang dijalani oleh Ulama Islam yang sangat keras 

ini adalah konsisten melakukan kegiatan dakwah ke berbagai daerah. Menyuarakan 

ajaran Islam tanpa henti.

Tetapi tanpa beliau sadari, kegigihan untuk melakukan gerakan Islamisasi di 

Negara Kesatuan Republik Indonesia ini mendapat sebuah kejutan yang tak 
disadari 

oleh beliau sendiri yaitu “dipertemukan secara unik�, sangat terkesan dan 

memutuskan untuk mau bersahabat baik dengan seorang jurnalis (non Islam), yaitu 

saya sendiri.



Berkali-kali Ustadz Abu mengirimkan pesan agar saya masuk Islam. Dan setiap 
kali 

Ustadz Abu menawarkan hal yang sangat mulia dan baik itu, maka saya juga akan 

mengirimkan jawaban yang sangat santun yaitu, “Pak Ustadz Abu yang saya 
hormati, 

marilah kita bersahabat tanpa mempermasalahkan agama masing-masing. Saya sudah 

sangat bahagia dan akan terus menjunjung tinggi iman kepercayaan saya sebagai 

umat Katolik�. Ustadz Abu tidak pernah tersinggung atas jawaban-jawaban saya.



Dan beliau sudah sangat terbiasa menerima dan membaca pesan-pesan saya yang 

mengeluhkan arogansi oknum perwira tinggi Kepolisian Indonesia yang sering 

menteror terkait pemberitaan di Situs Berita KATAKAMI.COM yang menyoroti 

masalah-masalah pembekingan narkoba dan dugaan rekayasa terorisme.



Yang sering menjadi jawaban dari Ustadz Abu bila saya mengeluhkan berbagai aksi 

kekerasan yang saya terima terkait pemberitaan penuh kritik tadi, Ustadz Abu 

selalu berusaha untuk menguatkan lewat nasihat yang penuh persahabatan. 
“Sabar, 

sabarlah, sebab semua kejahatan akan ada akhirnya,� kira-kira begitulah muara 

dari nasihat Ustadz Abu. 



Dalam hampir semua pesan-pesan singkat saya kepada Ustadz Abu Bakar Baasyir, 

muara utamanya adalah ajakan untuk menjaga serta mendukung sekuat-kuatnya agar 

INDONESIA dan DUNIA secara keseluruhan selalu dalam keadaan aman, sejahtera dan 

sentosa. Tanpa kekerasan. Apalagi kejahatan TERORISME. 



Dan Ustadz Abu selalu menjawab dengan tenang yaitu, “Insya Alloh (akan ikut 

mendukung Indonesia dan Dunia yang aman, sejahtera dan sentosa)�. Bahkan 
dalam 

sebuah pesan singkatnya kepada diri saya, Ustadz Abu pernah mengatakan, “Ya 

Alloh, berkahilah sahabat baru kami ini yang menawarkan dan mengulurkan tangan 

persahabatan dan perdamaian kepada kami�.



Dan jika kita berbicara soal penanganan terorisme yang akhir-akhir ini marak 

dilakukan oleh Densus 88 Anti Teror Polri menjelang kunjungan kenegaraan 

Presiden AS Barack Obama ke Indonesia bulan Juni mendatang, semua pihak menjadi 

berpikir keras tentang kegarangan Densus 88 Anti Teror Polri mengangkat isu 

terorisme ke permukaan.



Ribuan amunisi, senjata-senjata curian, denah-denah peledakan, dan 
target-target 

pembunuhan ke pejabat-pejabat penting, semua ini melekat erat dengan 
sosok-sosok 

teroris yang diklaim Polri kembali merajalela di Indonesia.



Pertanyaannya, apakah benar teroris yang diudak-udak Densus 88 Anti Teror Polri 

itu adalah teroris ?

Atau patutkah dapat diduga itu semua hanyalah rekayasa semata ? Tak jelas.



Satu hal yang sangat amat jelas adalah terorisme memang kejahatan kemanusiaan 

yang patut diperangi oleh semua bangsa di dunia. Tetapi janganlah kiranya, 

terorisme itu dijadikan komoditi dagang untuk dijual ke negara adikuasa atau 

pihak manapun yang diyakini akan dapat mengucurkan aliran dana sederas-derasnya 

atas nama penanganan terorisme.



Tanganilah terorisme dengan sebenar-benarnya. Jangan mau dipermainkan oleh 

kekuatan-kekuatan dunia yang bangga dengan label “super power� tetapi agar 

menjadi kelihatan “manis dan syahdu� maka label tadi kini telah diubah 
namanya 

menjadi “soft power�. Menciptakan teror di tengah rakyat atau masyarakatnya 

sendiri adalah bagian dari terorisme itu sendiri. Jadi, janganlah kiranya 
rakyat 

Indonesia terus ditakut-takuti dan dijejali dengan seribu satu macam kisah 

tentang terorisme yang sangat hiperbola dan berlebihan.



Kekuatan di bidang pertahanan dan keamanan di Indonesia ini sangat kokoh bila 

dibangun kerjasama dan koordinasi antara Polri, TNI, dan Badan Intelijen Negara 

atau BIN. Marilah kita bangun bersama, Indonesia yang kuat, bermartabat dan 

sangat terhormat di bidang pertahanan dan keamanan ini.



Marilah kita bangun bersama, Indonesia yang punya harga diri dan tak suka 

mengemis ke pihak manapun yang tahu kelemahan instansi atau oknum tertentu di 

negara ini yang bisa diperbudak atau dipermainkan atas nama uang, uang dan 
uang. 

Marilah kita bangun bersama, Indonesia yang sangat membanggakan yaitu disegani 

kawan dan ditakuti lawan. Bukan justru kebalikannya, Indonesia mau dibuat jadi 

diperbudak kawan dan diremehkan lawan. (/)

http://www.muslimda
ily.net/jurnalis /6231/pendapat- jurnalis- non-muslim- terhadap-
ustadz-abu- bakar-ba% 27asyir-dan- isu-teroris






 



  






      

[Non-text portions of this message have been removed]

Reply via email to