--- In [EMAIL PROTECTED], "Ma Biring-PerBerastagi"
<[EMAIL PROTECTED]> wrote:


Mejuah juah,



Program Visit Indonesia Year telah dimulai puluhan tahun yang lalu (
kalau tidak salah Visit Indonesia Year 1991-red). Nach, sekarang
pemerintah mencanangkan kembali Visit Indonesia Year 2008. Lalu
bagaimana dengan promosi wisata dari Kuta Kemulihen ¡§ Taneh Karo
Simalem¡¨ terkait dengan VIY 2008 ini?



Nomi menuliskan:¡¨ Memajukan pariwisata sangat membutuhkan komitmen
dan juga semangat yang tinggi dan tidak cepat menyerah. Memang selalu
butuh kerjasama dengan pemerintah..



Jadi, bagaimana sudah kesiapan dari ¡§Bapa-Bapanta Sinigugung¡¨
mempromosikan Karo Simalem dengan segala potensi yang dimiliki.
Semoga
tidak ada indikasi diantara para petinggi Karo, ¡§Sila mbaba uang
masuk man banta ndai kap e!¡¨ dalam arti buat keuntungan pribadinya
saja. Beberapa tahun sudah tidak ada lagi gaung Pesta Budaya Mejuah
Juah
dan juga Pesta Bunga dan Buah di Kabupaten Karo. Disamping itu, tidak
adanya kesadaran yang ditumbuhkembangkan kepada masyarakat pelaku
wisata
berupa arahan maupun pelatihan manajemen wisata dari instansi terkait
membuat geliat wisata di Karo semakin terpuruk. Yang ada Cuma tren
kunjungan kerja atau studi banding untuk melihat pengelolaan wisata
ke
kota lain dari para pejabat , setelah itu ¡§what?¡¨. (ya, paling
cerita dan tunjukin poto-poto kepada kelurga dan rekan-rekan di
kantor
kali ya?...sentabi nake!)



Membawa tim kesenian ke luar daerah maupun keluar negeri, bisa jadi
membawa ketertarikan bagi orang yang melihatnya. Lantas, bagaimana
setelah aktraksi budaya itu berlalu? Apakah disiapkan pegelaran seni
budaya di wilayah Karo? Apakah ditindak lanjuti dengan pembenahan
fasilitas dan sarana di lokasi wisata yang ada? Apakah diberikan
pelatihan dan pembinaan manajemen kepada pelaku wisata di Karo?
Apakah
masyarakat di didik untuk sadar wisata dengan menjaga kebersihan dan
merawat fasilitas yang telah ada? Dan seterusnya¡K..(gedang denga nge
me kin?!)



Jangankan dengan Trully-nya Asia oleh Malaysia, dengan beberapa
daerah
tujuan wisata yang lain saja kita masih jauh¡Kachh!! Sangat jauh
tertinggal!

Masih teringat puluhan tahun yang lalu, sekitar tahun 80-an saat
Pesta
Mejuah Juah untuk pertama sekali digelar di ¡§Tanah Lapang Kuda¡¨
(lokasi open stage mejuah juah sekarang ini). Ketika itu lokasi itu
dipenuhi dengan pertunjukan dan aktraksi budaya Karo secara lengkap.
Tidak hanya berupa pagelaran budaya tetapi juga pemajangan bentuk-
bentuk
ornamen dan kelengkapan yang merupakan bagian dari kebiasaan Suku
Karo.
Misalnya pantar (gubuk yang dibangun agak tinggi di sawah/ladang yang
sedang ditanami padi tempat untuk menghalau burung) lengkap dengan
kap-kapnya (terbuat dari bambu yang dibelah sedemikian rupa sehingga
dapat mengeluarkan bunyi dengan menggerakkanya yang dihubungkan
dengan
pantar untuk menghalau burung), lige, jambur, tampak depan rumah adat
Karo lengkap dengan ture-nya, dsb. Bahkan salah satu pagelaran budaya
yang dipertontonkan adalah ¡§ngerintak kayu¡¨ dengan filososi
kebersamaan dan semangat gotong-royong. Juga ada lomba naki-naki di
ture, lomba mbayu amak mbentar dan sebagainya. Sehingga pagelaran itu
sungguh memberi arti kepada pengunjung terlebih kepada kaum muda
untuk
dapat mengerti dan belajar akan sebagian dari budaya Karo.



Lokasi wisata misalnya, begitu banyaknya ¡§ kerna si e kuakap enggom
sieteh kerina me kin nake?!¡¨ Hanya, bagaimana pembenahan dan
penataan lokasi wisata itu telah dilakukan oleh para pejabat di
Kabupaten Karo. Hal ini masih perlu dipertanyakan secara mendalam.
Misalnya, Gua ¡§Liang Dahar¡¨ di sekitar Lau Buluh. Sempat
bertanya-tanya juga ¡§Liang Dahar, uga nge ndia berita kena?¡¨ dan
mungkin masih banyak lagi tempat-tempat lain yang menarik untuk
dikunjungi di Kabupaten Karo tetapi perlu pembenahan secara serius.



Namun begitu, tidak sepenuhnya juga semua ini adalah kelalaian
¡§tuan-tuan¡¨ yang terkait di Pemkab Karo. Peran serta masyarakat
juga membuat kita kehilangan orientasi wisata di Kabupaten Karo.
Bagaimana masyarakat Karo yang notabene adalah aku, anda, kita semua
menjaga dan melestarikan peninggalan budaya suku kita. Emaka labo
kuakap
salah adi kataken, ¡§beluh kita mbagunsa tapi la kita ngasup njaga
ras pekena-kenasa!¡¨. Beberapa tahun lagi, mungkin anak dan cucu kita
tidak dapat lagi melihat rumah adat Karo ¡§Si Waluh Jabu¡¨ berdiri
kokoh di kesain kuta, di wilayah Karo itu sendiri. Piga nari nge
kalak
Karo si beluh mbayu uis sinikataken uis kalak Karo? Piga nari nge si
beluh erbahan sarune, kulcapi, keteng-keteng, balobat, surdam ras
sibeluh makesa? Ketidakperdulian masyarakat ini semakin ditambah
dengan
sikap apatis sebagian besar masyarakat Karo dengan budaya-nya. Suka
atau
tidak suka begitulah kita, seolah-olah ¡§si la man rananken siakap
kerna pekena-kena adat budaya-nta enda¡¨. Sehingga tidak heran satu
persatu warisan budaya baik berupa benda, keahlian dan adat istiadat
mulai lenyap, hilang bagai ditelan bumi.



Di belahan dunia lain, tempat yang pernah kita kunjungi betapa
masyarakat dan pemerintahnya begitu peduli dan atusias menjaga
kebudayaan mereka. Baik benda, keahlian dan adat istiadatnya masih
tetap
bertahan. Tanda mata khas dari daerah tersebut dengan mudah dapat
kita
jumpai di lokasi wisata mereka. Pelayanan publik yang sedemikian rupa
membuat kita betah dan ingin berkunjung kembali.



Bersyukur beberapa diantara kita masih begitu besar kepedulian dan
perhatiaannya akan masalah kebudayaan ini. Sehingga mereka masih
berusaha menjaga, melestarikan dan membenahinya. Promosi wisata di
Karo
tidak terlepas dari peran serta seluruh elemen di dalamnya. Benar
kata
Nomi, butuh komitmen yang mengakar kuat untuk memajukan wisata di
Karo
Simalem. Lirik lagu dalam Taneh Karo Simalem, ¡§¡Kmbelang kal kap
beritana sebelang-belang dunia¡K¡¨ Wisata Karo bangkitlah kembali,
semoga!



Sentabi ras Mejuah juah,

Erdian Sembiring- Perberastagi.

Kirim email ke