Dear Naomi, 

Menarik membaca tulisanndu. 
Aku cuma menambahkan satu point saja ( tanpa mengurangi sama sekali point yang 
kam sudah paparkan), :
menaikkan dana pendidikan (tentu oleh pemerintah) tetapi   baru tadi malam saya 
baca kompas 26 feb, bahwa 
anggaran pendidikan akan diturunkan. Kadang memang kita bertanya untuk apa dana 
yang besar? Bukankah
dengan belajar dengan keras sudah cukup memadai? Aku selalu berandai-andai, 
kalau bisa semua guru-guru kita
itu diberikan kesempatan untuk studi banding ke luar negeri ( katkanlah guru 
bahasa inggris studi banding/atau 
belajar di Singapur atau Australia beberapa saat). Semua siswa yang lulus IKIP 
sejak dari awal sudah mendapat beasiswa, 
semua yang lulus kedokteran mendapat beasiswa, etc. Semua sekolah dari SMP 
memiliki komputer dengan jaringan internet,
etc. Membuat film yang bagus yang bermuatan pendidikan ( seperti yang di buat 
dengan Doctor House) yang bisa membantu
refleksi orangtua ( masyarakat) untuk melihat dan memberi semangat dalam dunia 
pendidikan. Ini semua butuh biaya, yah...
tapi mau bagiamana kalau dana pendidikan malah dipotong pula. 

Sibar em bujur. 
Advent Tambun

----- Original Message ----
From: nomi sinulingga <[EMAIL PROTECTED]>
To: tanahkaro@yahoogroups.com; [EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED]
Sent: Tuesday, February 26, 2008 6:50:27 PM
Subject: [tanahkaro] Mau Kemanakah Generasi Karo Masa Depan ?

                    
Mau Kemanakah Generasi Karo Masa Depan ?
    
  Beberapa kali aku bertanya kepada anak TK dan SD di Kabanjahe, mau jadi 
apakah mereka kalau sudah besar nanti. Banyak jawaban mereka ’TIDAK TAHU’. 
Ketika aku sedang bertamu ke rumah seorang saudara, anaknya laki-laki yang 
sedang duduk di kelas I SD sangat serius menonton TV. Aku usik dia dengan 
pertanyaan, ”Mau jadi apakah kalau sudah besar nanti?” ”Aku tidak tahu. Kan aku 
belum besar. Kita lihat nanti kalau sudah besar!” ”Apakah kamu tidak mau 
menjadi dokter atau pilot?” ”Apa enaknya menjadi dokter atau pilot?” responnya 
sambil terus tidak mengalihkan matanya dari layar kaca menonton sinetron. 
    
  Ketika bekerja di Banda Aceh sebagai trainer untuk memotivasi pemuda dan 
anak-anak korban tsunami, pertanyaan yang sama sering aku tanyakan. Hampir di 
semua barak-barak penampungan yang kami ajar, jawaban dari pertanyaan ”mau jadi 
apa kalau sudah besar” akan terdengar sama. Sudah ada semacam kosa kata yang 
sama yang akan digunakan oleh anak-anak untuk menjawab cita-cita mereka. 
Cita-cita mereka tidak akan jauh-jauh dari menjadi tentara atau polisi, dan 
hanya sedikit yang akan menjadi dokter atau perawat, dan yang lain-lain.  Hal 
itu sangat aku maklumi karena mereka sejak kecil sudah hidup dalam ketakutan 
karena konflik yang berkepanjangan. Mereka sering mendengar suara tembakan dan 
menyaksikan korban peluru nyasar. Sehingga menjadi tentara atau polisi yang 
bisa memiliki senjata akan memberikan rasa aman bagi mereka.
    
  Fenomena apa yang sebenarnya sedang terjadi dengan orang Karo dalam hal 
pendidikan? Apakah orang tua muda saat ini yang punya anak Balita, TK atau SD 
sudah sangat jarang menanyakan cita-cita anaknya? Sehingga anak kecil itu tidak 
pernah terpikir untuk menjadi apa di masa yang akan datang? Mungkinkah ini yang 
membuat anak-anak semakin malas untuk belajar. Mereka tidak tahu apa gunanya 
belajar. Anak yang masuk TK hanya tahu supaya bisa masuk SD mereka harus sudah 
bisa membaca dan menulis. Banyak anak-anak tidak menemukan model yang bisa 
ditiru dalam hal membaca di rumah. Selain itu tujuan dan manfaat bisa membaca 
dan menulis itu tidak pernah meresap ke dalam diri anak. Malas membaca bukan 
hal yang asing lagi bukan? Bahkan itu sudah menjadi budaya masyarakat kita yang 
perlu didobrak. Tanpa punya tujuan dan harapan akan masa depan yang dia 
cita-citakan,
 siapakah yang mampu hidup disiplin dan berjuang dalam hidup ini.
    
  Kalau kita mengamati, saat ini banyak sekali anak-anak dan  pemuda Karo yang 
putus sekolah. Alasan tidak lanjut study kebanyakan bukan karena tidak ada uang 
sekolah. Kemalasan, tidak punya semangat dan juga tidak termotivasi sedikitpun 
untuk belajar adalah faktor yang paling utama. Mau kemanakah orang muda Karo di 
era informasi ini?
  Sebagai pengajar, aku sering merenungkan tentang kondisi ini. 
    
  Dengan globalisasi, izajah SMU tidak akan berarti. Kita hanya akan tetap 
menjadi
 pekerja-pekerja yang mengandalkan tenaga fisik dan juga melakukan bisnis yang 
tradisional. Era informasi dan globalisasi pasti akan menciptakan 
peluang-peluang besar bagi mereka yang siap dan mampu untuk memanfaatkannya. 
Perdagangan juga semakin tanpa batas. Oleh karena itu, kemajuan dan keunggulan 
masa depan sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia yang mampu 
bersaing. Ketidakmampuan berarti kemunduran bahkan mungkin kehancuran.
    
  Tapi kenyataannya, SDM kita sedikitpun tidak berbenah bahkan bisa dikatakan 
tidak peduli dengan kemajuan dan perubahan yang sedang terjadi. Anak-anak 
pulang sekolah lebih banyak bermain Play Station, pemuda bersarang di bilyard 
yang bertaburan di lingkungannya. Anak yang menghabiskan banyak waktunya 
bermain play station mungkin hanya tahu bahwa dunia ini adalah play station. 
Pemuda yang
 menghabiskan banyak waktu di bilyard tanpa pernah belajar pelajarannya dengan 
serius akan melihat bahwa dunia ini hanya sebatas meja bilyard. Dunia tidak 
hanya play station atau bilyard tetapi sudah waktunya orang muda dan anak-anak 
dibuka matanya bahwa dunia ini sangat luas dan banyak sekali pilihan di 
dalamnya. Orang tua sudah saatnya mulai lebih tanggap dengan masalah ini. 
Terutama yang di Tanah Karo dan juga di desa-desa karena ketinggalan itu 
semakin nyata. Bahkan semangat meninggalkan kampung untuk sekolah tinggi 
sepertinya sudah asing bagi sebagian pemuda desa. 
    
  Kita harus mengakui kalau pengangguran sangat tinggi di negara ini. Tetapi 
itu bukan berarti kita menjadi pesimis dan malas belajar. Mungkin sekali orang 
yang menganggur itu adalah yang memang waktu kuliah juga tidak serius
 menjalani prosesnya. Mahasiswa Indonesia dekat sekali dengan budaya nyontek, 
kebut semalam, bahkan membayar dosen biar lulus, bukan? Wajarkan kalau SDM kita 
kurang sekali kualitasnya. Budaya kerja keras hampir tidak nyata di kehidupan 
orang muda. Hidup instan membuat kita begitu malas dan juga tidak mampu 
sedikitpun berjuang untuk melakukan yang terbaik sekalipun itu untuk diri 
sendiri.
    
  Sekolah itu perlu untuk membangun dasar jika punya cita-cita dan tujuan. 
Cita-cita dan tujuan ini harus sudah dimulai sejak kecil. Perhatian keluarga 
dengan sering bertanya mau menjadi apa kalau sudah besar akan menolong anak 
memiliki mimpi masa depan. Anak yang memiliki mimpi masa depan tidak akan 
berhenti sekolah ketika masih SD. Semakin banyak anak SD, SMP dan SMA yang 
putus sekolah karena malas, aku pikir
 ini seperti kutukan yang akan kita lihat dampaknya sepuluh atau dua puluh 
tahun mendatang.
   
  Beberapa teman-teman PERMATA di Medan berkumpul membuat kelompok dengan nama 
“Kandu-Kandu” untuk menolong mencarikan beasiswa bagi anak-anak SD jemaat GBKP 
yang putus sekolah. Kelompok ini sudah dibentuk lebih setahun yang lalu. Ketika 
saya menanyakan apakah sudah ada anak yang mereka tolong, jawaban mereka sangat 
membuat hati miris. Karena mereka sulit menemukan anak yang sangat membutuhkan 
bantuan. Kenyataan lebih banyak anak putus sekolah bukan karena tidak ada 
biaya, tetapi karena sejak kecil si anak sudah tidak mau sekolah. Mengetahui 
kondisi ini yang terpikir olehku bukan kelompok PERMATA yang punya hati mencari 
bantuan beasiswa, tetapi yang mau memperhatikan dan memotivasi anak-anak supaya 
menjadi anak
 yang memiliki cita-cita dan berprestasi. 
    
  Penyiapan SDM menghadapi era informasi dan globalisasi sangat penting dan 
sangat menentukan. Kemajuan ini menuntut  manusia-manusia dengan ketahanan 
iman, moral dan pribadi yang tangguh, keahlian dan kemampuan yang tinggi, daya 
kreasi dan daya cipta yang hebat, wawasan yang luas, produktivitas, efisiensi 
dan disiplin yang tinggi, agar mampu menjadi pengendali, pelaku yang kompetitif 
dalam era informasi dan globalisasi. Oleh karena itu, kita tidak ada pilihan 
lain daripada bekerja keras, berjuang dan berbuat yang terbaik untuk 
meningkatkan kualitas diri sejak kecil. Kalau tidak, kita akan ketinggalan.
(Nomi Br Sinulingga)




 
    

 
      
Looking for last minute shopping deals?  
Find them fast with Yahoo! Search.
    
          
<!--

#ygrp-mkp{
border:1px solid #d8d8d8;font-family:Arial;margin:14px 0px;padding:0px 14px;}
#ygrp-mkp hr{
border:1px solid #d8d8d8;}
#ygrp-mkp #hd{
color:#628c2a;font-size:85%;font-weight:bold;line-height:122%;margin:10px 0px;}
#ygrp-mkp #ads{
margin-bottom:10px;}
#ygrp-mkp .ad{
padding:0 0;}
#ygrp-mkp .ad a{
color:#0000ff;text-decoration:none;}
-->

<!--

#ygrp-sponsor #ygrp-lc{
font-family:Arial;}
#ygrp-sponsor #ygrp-lc #hd{
margin:10px 0px;font-weight:bold;font-size:78%;line-height:122%;}
#ygrp-sponsor #ygrp-lc .ad{
margin-bottom:10px;padding:0 0;}
-->

<!--

#ygrp-mlmsg {font-size:13px;font-family:arial, helvetica, clean, sans-serif;}
#ygrp-mlmsg table {font-size:inherit;font:100%;}
#ygrp-mlmsg select, input, textarea {font:99% arial, helvetica, clean, 
sans-serif;}
#ygrp-mlmsg pre, code {font:115% monospace;}
#ygrp-mlmsg * {line-height:1.22em;}
#ygrp-text{
font-family:Georgia;
}
#ygrp-text p{
margin:0 0 1em 0;}
#ygrp-tpmsgs{
font-family:Arial;
clear:both;}
#ygrp-vitnav{
padding-top:10px;font-family:Verdana;font-size:77%;margin:0;}
#ygrp-vitnav a{
padding:0 1px;}
#ygrp-actbar{
clear:both;margin:25px 0;white-space:nowrap;color:#666;text-align:right;}
#ygrp-actbar .left{
float:left;white-space:nowrap;}
.bld{font-weight:bold;}
#ygrp-grft{
font-family:Verdana;font-size:77%;padding:15px 0;}
#ygrp-ft{
font-family:verdana;font-size:77%;border-top:1px solid #666;
padding:5px 0;
}
#ygrp-mlmsg #logo{
padding-bottom:10px;}

#ygrp-vital{
background-color:#e0ecee;margin-bottom:20px;padding:2px 0 8px 8px;}
#ygrp-vital #vithd{
font-size:77%;font-family:Verdana;font-weight:bold;color:#333;text-transform:uppercase;}
#ygrp-vital ul{
padding:0;margin:2px 0;}
#ygrp-vital ul li{
list-style-type:none;clear:both;border:1px solid #e0ecee;
}
#ygrp-vital ul li .ct{
font-weight:bold;color:#ff7900;float:right;width:2em;text-align:right;padding-right:.5em;}
#ygrp-vital ul li .cat{
font-weight:bold;}
#ygrp-vital a{
text-decoration:none;}

#ygrp-vital a:hover{
text-decoration:underline;}

#ygrp-sponsor #hd{
color:#999;font-size:77%;}
#ygrp-sponsor #ov{
padding:6px 13px;background-color:#e0ecee;margin-bottom:20px;}
#ygrp-sponsor #ov ul{
padding:0 0 0 8px;margin:0;}
#ygrp-sponsor #ov li{
list-style-type:square;padding:6px 0;font-size:77%;}
#ygrp-sponsor #ov li a{
text-decoration:none;font-size:130%;}
#ygrp-sponsor #nc{
background-color:#eee;margin-bottom:20px;padding:0 8px;}
#ygrp-sponsor .ad{
padding:8px 0;}
#ygrp-sponsor .ad #hd1{
font-family:Arial;font-weight:bold;color:#628c2a;font-size:100%;line-height:122%;}
#ygrp-sponsor .ad a{
text-decoration:none;}
#ygrp-sponsor .ad a:hover{
text-decoration:underline;}
#ygrp-sponsor .ad p{
margin:0;}
o{font-size:0;}
.MsoNormal{
margin:0 0 0 0;}
#ygrp-text tt{
font-size:120%;}
blockquote{margin:0 0 0 4px;}
.replbq{margin:4;}
-->






      
____________________________________________________________________________________
Be a better friend, newshound, and 
know-it-all with Yahoo! Mobile.  Try it now.  
http://mobile.yahoo.com/;_ylt=Ahu06i62sR8HDtDypao8Wcj9tAcJ 

Reply via email to