Mejuah juah.. Salut untuk Aktifis Aksi Damai di Benteng Putri Hijau. Saya Ady Sembiring lahir di Dumai-Riau sekarang saya berdomisili di Duri-Riau, saya sangat tertarik dengan berita ini, saya pernah mendengar sedikit tentang legenda Putri Hijau, kerajaan Aru, Pawang Ternalem tetapi saya masih kurang jelas dengan legenda tersebut diatas. Jadi disini saya ingin lebih mengetahuinya lagi tentang legenda / cerita rakyat karo tersebut diatas, mungkin Bang Juara atau Kak Ita atau siapapun saudar-saudara ku yang mengetahui ceritanya mungkin dapat menceritakannya kepada saya melalui milis ini. Sebelumnya saya ucapkan terimakasih. Mudah-mudahan Tanah Karo Simalem semakin Maju
Seperti pepatah Melayu mengatakan "Takkan Melayu Hilang di Bumi" "Bagem Pe Kalak Karo". Bang Juara Ginting Mengatakan "Enda Karo Ndai" Bujur ras Mejuah Juah. Ady JP Sembiring --- On Mon, 10/6/08, Juara Ginting <[EMAIL PROTECTED]> wrote: From: Juara Ginting <[EMAIL PROTECTED]> Subject: [tanahkaro] Re: Aksi Damai di Benteng Putri Hijau To: [EMAIL PROTECTED], "tanah karo" <tanahkaro@yahoogroups.com>, [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], "Bual-bual Pembaca" <[EMAIL PROTECTED]>, "Milis Sora Sirulo" <[EMAIL PROTECTED]>, [EMAIL PROTECTED], "Perkumpulan Karo Eropah" <[EMAIL PROTECTED]> Date: Monday, October 6, 2008, 7:01 PM Ada sayangnya ada untungnya kegiatan yang kita lakukan di situs Benteng Putri Hijau kemarin. Sayangnya, demikian banyaknya media yang sudah menyatakan akan meliput, hanya Kompas dan Pos Metro yang tiba di lapangan. Metro TV tidak dapat mengejar waktu ke lapangan karena masih harus meliput kedatangan korban kapal tenggelam di Bandara Polonia. TV One datang tapi ke Jl. Putri Hijau, Medan, bukannya ke Benteng Putri Hijau (salah ngerti). Sayangnya lagi, karena pengurusan media dikerjakan para mahasiswa, kita lupa satu wartawan Sora Sirulo adalah juga wartawan Medan Bisnis. Untungnya, di hari terakhir Ita Apulina teringat temannya sesama wartawan yang meliput kasus Durin Tonggal (dari Harian Kompas). Dia pun segera meluncur ke lapangan (setelah meliput kedatangan korban kapal tenggelam di Polonia). Gadis asal Jawa yang lembut namun tegar dari Harian Kompas ini sungguh mengagumkan. Dia sendiri bahkan menyumbangkan beberapa pemikiran dalam acara diskusi di lapangan. Katanya: "Keprihatinan akan punahnya Benteng Putri Hijau selama ini hanya dari orang-orang senior (sudah berumur, red.). Ini adalah harapan baru, 30 orang muda mulai bergerak menunjukkan keprihatinannya. " (24 diantaranya adalah mahasiswa antropologi USU, 2 alumni antropologi USU, 1 alumni Teknik Industri USU, 1 dosen antropologi USU, 1 mahasiswa Fisika Unimed, 1 alumni ekonomi Univ. Nomensen, 1 mahasiswa elektro Unpad Bandung yang akan pindah kuliah ke Medan). Diantara 30 orang itu, 10 adalah pekerja Tabloid SORA SIRULO: J. Ginting (Pemimpin Umum), Ita Apulina (Pemimpin Redaksi), Karmila Kaban (Dewan Redaksi), Eddy Surbakti (Ka Biro Kab. Karo), Andreas Bangun (staf redaksi), Hendra G. Tarigan (staf redaksi), Nuel Tarigan (Ka Biro Deliserdang) , Maja Barus (anggota baru Biro Medan), Rico Simanjorang (anggota baru Biro Medan), Aldo Sitepu (anggota baru Biro Medan). Bisa dikatakan, SORA SIRULO adalah 'semangat' dari gerakan ini, dengan menggunakan fisiknya Study Group of Culture (SGC) yang dikomandoi Kia Sagala. SGC adalah kelompok diskusi di luar kampus dengan para anggotanya adalah mahasiswa antropologi USU (lebih 10 anggotanya adalah orang Karo yang 6 diantaranya orang SORA SIRULO termasuk saya sebagai pembina). Kegiatan di Benteng Putri Hijau terdiri dari: 1. berkeliling situs (dibimbing oleh Ita Apulina yang telah mengadakan penelitian bersama E.E. McKinnon), 2. diskusi (dipimpin oleh Herry/ Ketua SGC), 3. makan siang, 4. Puisi dan lagu keprihatinan. Lagu-lagu pengantar puisi-puisi adalah Bunga Rampe, Marudut, Tegun Lolo, Berita Cuaca dan Merah Putih. Kegiatan ini akan dilanjutkan dengan mengamen di jalanan dan cafe-cafe Medan sambil menggelar poster dan spanduk mengenai keprihatinan atas hancurnya situs BPH. Tempat, waktu dan sajian ngamen setiap bulannya dapat dilihat di Tabloid SORA SIRULO setiap edisinya. Kita mengundang semua media yang ada untuk meliput acara mengamen ini (TV, radio dan media cetak). Acara mengamen akan menampilkan lagu-lagu Karo, Batak, Melayu dan Indonesia (iringan gitar), puisi, orasi, tari-tarian Karo ciptaan J. Ginting diiringi gendang keteng-ketteng/ kulcapi/ surdam/ belobat. Sebisa mungkin, setiap mengamen disiarkan oleh Radio Karo Access Global (RKAG). Saya dan beberapa teman akan menciptakan lagu-lagu keprihatinan terhadap BPH dan mudah-mudahan kita akan mengeluarkan albumnya nanti dalam bentuk VCD. Dalam waktu dekat, kita akan mengadakan pertemuan dengan arkeolog E.E. McKinnon, ketua Museum Sumut dan beberapa orang terkait dengan BPH. Sasaran kita, BPH harus lestari. Mudah-mudahan UNESCO menyambut baik proposal yang kita layangkan pada mereka dalam waktu dekat. Semoga Tuhan Memberkati dan, kami harap, kata-kata dan tindakan kami yang tak akan pernah berujung ini mampu menyentuh hati dan nurani saudara-saudaraku. Memang kami tidak akan pernah berhenti untuk Karo Enda Ndai, Enda Karo Ndai. Juara R. Ginting --- On Mon, 6/10/08, pelangiharum <[EMAIL PROTECTED] com> wrote: Sodara-sodara sepenggejapen, kemarin kita (Aku, Bang Juara dan Eddy Surbakti beserta kelompok Study Group of Culture mahasiswa Antropologi USU Medan mengadakan aksi damai prihatin dan menangis untuk Benteng Putri Hijau. Hari ini, kegiatan aksi dirilis di harian Kompas. Berikut ini link- nya : http://www.kompas. com/read/ xml/2008/ 10/06/00203934/ putri.hijau. semakin.rata Nanti akan kami susulkan fot0 tambahan selama di lapangan. salam, ita