kalo ada reshuffle = nambah musuh SBY sendiri --> otomatis melemahkan posisi 
politiknya yang sudah lemah.

Apapun pilihanya, jalan sampai 2014 mungkin "wouldnt be pretty". Paling 
berpindah dari satu krisis ke krisis lainya.

Pembangunan Ekonomi = Nol.

4 hari lagi liberaliasi ekonomi dengan china akan dimulai....kita liha t teori 
mana yang akan terjadi. Apakah akan terjadi masif PHK ?

--- In tanahkaro@yahoogroups.com, "gintingmu" <gintin...@...> wrote:
>
> penilaian dan rekomendasi yang sangat kenna sasaran. 
> SBY tak perlu tuduh LPI 'makar' atau 'fitnah' tapi cukup 
> dengan berpikir dan bertindak, disamping perlu juga mengurangi 
> peranan tukang-tukang gembos dan tukang kepul didalam barisan PD.
> MUG
> 
> --- In tanahkaro@yahoogroups.com, kontan tarigan <kontan_tarigan@> wrote:
> Minggu, 27 Desember 2009 | 22:03 WIB
> JAKARTA, KOMPAS.com - Berdasarkan hasil kajiannya, Lembaga Pemilih Indonesia 
> (LPI) melansir rapor pemerintahan SBY-Boediono tahun 2009. Meski pemerintah 
> baru berjalan dua bulan, LPI memastikan program 100 hari telah gagal. 
> 
> "Kami merekomendasikan kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono untuk 
> me-reshuffle sepuluh dari 34 menteri," kata Direktur LPI yang juga pengamat 
> politik UI Boni Hargens di kediaman mantan Menko Perekonomian Rizal Ramli, 
> Jakarta, Minggu (27/12/2009).
> 
> Sepuluh menteri tersebut, yakni Menteri Koordinator Perekonomian Hatta 
> Radjasa, Menteri Hukum dan HAM Patrialis Akbar, Menteri Keuangan Sri Mulyani 
> Indrawati, Menteri Perdagangan Marie Elka Pangestu, dan Menteri Perhubungan 
> Freddy Numberi. Lalu, Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Muhaimin 
> Iskandar, Menteri Kesehatan Endang Rahayu Sedyaningsih Menteri Komunikasi dan 
> Informasi Tifatul Sembiring, Menteri Riset dan Teknologi Suharna Surapranata, 
> dan Menteri Negara Pemberdayaan Aparatur Negara EE Mangindaan.
> 
> Kesepuluh menteri itu, mendapat skor dalam rentang 5,5 sampai 5,95. Kritikan 
> paling tajam ditujukan untuk Tifatul dan Patrialis. "Mereka berapor merah," 
> tegas dia sembari merinci satu persatu hasil kajian LPI.
> 
> Tifatul, dalam kajian LPI mendapat skor 5,5. Kontroversi RPP Penyadapan, 
> menjadi faktor utama jebloknya nilai dia. "Menkominfo tidak punya kewenangan 
> mengesahkan RPP ini sebagai payung hukum bagi (penyadapan) KPK. Kalau 
> dipaksakan, ini memperlihatkan kompetensinya diragukan, ujarnya.
> 
> Sementara Patrialis, terperangkap pernyataannya dalam perkara cicak versus 
> buaya. Meski demikian, skor Patrialis masih lebih bagus daripada Tifatul. 
> Yaitu 5,8. "Dia kecolongan tidak paham logika negara hukum dalam kasus cicak 
> buaya," ujar Boni.
> 
> Kepada sejumlah menteri lainnya yang mendapat skor di bawah 6, LPI memberikan 
> banyak catatan dari kajian yang dilakukan menggunakan variabel kepemimpinan, 
> kapasitas pemetaan masalah, dan program strategis ini. Hasil kajian ini juga 
> berdasarkan metodologi, di mana varibel yang ada diolah melalui focused group 
> discusion (FGD).
> 
> Hatta Radjasa mendapat skor 5,91 karena dianggap tidak fokus mengurus 
> ekonomi. Hatta justru terlalu agresif membela Boediona dalam skandal Bank 
> Century. Salah satunya dengan membuat pernyataan bahwa Boediono dan Sri 
> Mulyani akan tetap menjabat hingga 2014.
> 
> Sri Mulyani mendapat skor 5,5 karena dinilai sama sekali tak bisa lagi 
> bekerja seiring mencuatnya skandal Bank Century. Sementara Marie Elka 
> Pangestu dinilai terlalu mengikuti arus pasar global semata dan tak memiliki 
> pendirian tentang ekonomi nasional. Karenanya Marie mendapat skor 5,7.
> 
> Selama Freddy Numberi menjadi menteri perhubungan, LPI menilai belum ada satu 
> pun kebijakan strategis di bidang itu yang sudah lahir. Skor Freddy adalah 
> 5,9. Muhaimin mendapat skor tertinggi untuk penilaian di bawah 6, dengan skor 
> 5,95. Tapi, Muhaimin dianggap tidak berhasil membuat perbaikan mengenai 
> standardisasi TKI dan keamanan TKI di luar negeri.
> 
> Adapun Menteri Kesehatan perlu diganti, karena Menkes Endang tidak menyikapi 
> kasus buruknya layanan rumah sakit dalam perkara Prita. Hal ini ditambah 
> rekam jejaknya yang buruk terkait dugaan penjualan spesimen virus flu burung, 
> dalam masa kementerian sebelumnya. Skor Endang adalah 5,9. 
> 
> Menteri Riset dan Teknologi Suharna Surapranata mendapat skor 5,9, karena 
> dianggap tidak memiliki program strategis untuk kementeriannya. Demikain juga 
> EE Mangindaan yang mendapat skor 5,73, karena belum adanya hasil atas 
> reformasi birokrasi.
> 
> Dari 34 menteri, hanya Menteri Agama Suryadharma Ali dan Menteri Negara 
> Urusan Koperasi dan UKM Syarifudin Hasan yang mendapat skor 7,1. Itu pun 
> bukan karena mereka bagus, tetapi karena tidak ada pelanggaran mencolok yang 
> ditemukan dari keduanya. Bahkan, Suryadharma masih mendapat catatan soal 
> kekerasan horisontal yang memperlihatkan rendahnya toleransi umat beragama di 
> lapangan.
> 
> Secara umum, menjelang seratus hari masa jabatan kabinet ini, rata-rata skor 
> kabinet ini hanyalah 6,25. Mayoritas menteri tidak bekerja optimal. "Bisa 
> dipastikan program seratus hari Pemerintah gagal. Tak usah menunggu seratus 
> hari (untuk tahu)," kata Boni.
> 
> Ia menambahkan, dalam 100 hari kerja ini, Presiden Yudhoyono menghabiskan 
> terlalu banyak energi untuk memulihkan dan menjaga popularitasnya terkait 
> skandal Bank Century. Pengamat politik UI ini menilai evaluasi internal 
> kabinet pun tak berjalan optimal. Wakil Presiden pun, sibuk menyelamatkan 
> dirinya dari skandal Bank Century. "Kabinet terlalu disibukkan dengan isu 
> makar dan sebagainya," tandasnya.
> 
> LPI menyarankan Presiden segera kembali fokus pada koordinasi kabinet. Salah 
> satunya dengan memecat menteri-menterinya yang tidak kompeten. Sebaiknya 
> Presiden mengganti Wakil Presidennya. "Mau dipertahankan dan mengganggu 
> kinerja (Pemerintahan) atau diikhlaskan saja?" kata dia.
> 
> LPI menegaskan, Evaluasi semacam ini bukanlah bermaksud menjatuhkan sebuha 
> rezim politik, sehingga disebut sebgai manifestasi makar atau apapun namanya. 
> "Yang diharapkan adalah adanya perubahan kinerja pemerintah setelah menyadari 
> bahwa sebagian masyarakat masih melihat kinerja pemerintah tidak berhasil 
> sesuai yang diharapkan," ujarnya.
> 
> Ia menambahkan, tujuan utama dari rapor ini adalah sebagai koreksi moral 
> terhadap pemerintahan SBY-Boediono. "Pertanyaan utama kita dalam evaluasi ini 
> adalah akankah program 100 hari pemeirntah berhasil? Apakah akan mengakhiri 
> tahun 2009 ini dengan peluang prestasi yang bagus atau hanyalah kerja melukis 
> lahit," katanya. (Persda Network/COZ)
>

Kirim email ke