Pada tanggal 01/11/07, Popo <[EMAIL PROTECTED]> menulis:
> dear milis,
> ada ulasan menarik yang aku ambil dari milis sebelah :), dari ulasan ini
> jadi ada pertanyaan mungkin nggak ya komunitas open source bersatu
> memberikan solusi yang menarik untuk negeri ini, dengan meninggalkan atribut
> distro nya ?
> maaf jika ada kata yang kurang pas.
>
> salam,
> Popo
>
> > From: Ahmad Shalahuddin Zulfa <[EMAIL PROTECTED]>
> > >
> > >  nambahi dikit dari seorang pemula, sebelumnya aku pake linux cuma coba2
> > >  aja, kebetulan begitu kerja jg pake win*, berhubung penasaran, akhirnya
> > >  kupaksa pake linux (ubuntu), perasaan puas ketika sampe skrg pake
> linux,
> > >  tool2 yg jelas gratis, mau di otak2 sesuai keinginan bisa, bahkan kalo
> > >  mau lebih "rajin", banyak otomatisasi yg bisa kita ciptakan sendiri di
> > >  linux, misal spt paperless office, klo pake win* duuuhhh... paling
> nggak
> > >  harus cari cd bajakan, itu aja baru program develop nya :(.
> > >  pake linux adalah sarana yg bagus untuk pembelajaran bangsa, minimal
> > >  nantinya kita tidak tergantung ma Ms%, tentunya harus dimulai dari kita
> > >  sendiri :) ^_^, tapi sayang nya sampe skrg aku belum bisa meyakinkan
> > >  lingkungan kerja untuk migrasi ke Linux, paling tidak di departemen IT
> > >  nya dulu :(, ada saran ? :)
> > >  terima kasih sebelum dan sesudahnya.
> > >
> > >  Popo.
> > >
> >
> > Itu dia Pak Popo. Salah satu kesulitan untuk migrasi ke Software Bebas
> > (baik yang free license price hingga juga free open source code)
> > adalah masalah keyakinan perusahaan. Untuk perusahaan skala besar yang
> > duitnya banyak, mereka selalu ingin punya solusi yang jaminannya
> > sustainable. Seperti yang telah disitir Pak Sufehmi sebelumnya, bahwa
> > banyak vendor yang hit-and-run. Dari yang pasang sistem terus kabur
> > atau bahkan umur perusahaannya nggak lama (bangkrut, dll). Lantas
> > siapa yang meneruskan support seandainya sistem sudah live dan
> > memasuki masa production.
> >
> > Karena itu banyak perusahaan besar cenderung memilih pakai brand
> > terjamin (entah Microsoft, Sun, IBM, HP, dsb.) sehingga jika
> > seandainya ditinggal vendornya masih ada alternatif dari
> > principal-nya. Selain itu masing-masing principal mengembangkan
> > partnership seperti Microsoft/IBM/Sun/HP Gold/Silver/etc Partner. Jadi
> > client dapat juga menilai kualitas vendor dari tingkat partnership
> > dengan Principal. Tentunya terkait risk management.
> >
> > Salah satu Bank yang pernah jadi client saya juga saat ini push semua
> > solusi dari vendor harus Microsoft-based. Sudah sulit untuk diterima
> > solusi aplikasi, database, dll kalau bukan Microsoft (kecuali yang
> > critical dan tidak ada alternatif lain). Sampai intrik-intrik bilang
> > Tokonya Microsoft :D. Whatever intriknya, policy jalan terus untuk
> > memudahkan maintenance management dari production system.
> >
> > Saya yakin konsep enterprise system (centralized maupun distributed)
> > semestinya kelompok UNIX sudah sangat matang, lha wong jauh lebih dulu
> > dibanding jenis Windows dkk. Solusi desktop mungkin seperti catatan
> > Mbak Titiek masih dalam persaingan ketat dengan Microsoft. Tampaknya
> > persoalan terbesar ada pada sangat beragamnya solusi dan terbatasnya
> > jaminan sustainability yang mungkin diberikan tanpa harus bergantung
> > pada satu vendor. Misalkan implementasi alfresco sebagai solusi
> > document management dilakukan oleh satu vendor, dan vendor tersebut
> > kabur atau bangkrut maka kemudian kira-kira sebanyak apa cari vendor
> > penggantinya.
> >
> > Mungkin kalau kelompok open source dapat menguatkan barisan untuk
> > menyaring solusi-solusi enterprise sejak NOC/data center hingga
> > desktop management agar lebih selektif dalam memberikan alternatif
> > boleh jadi akan ada peralihan kecenderungan dari client yang saat ini
> > proprietary-based. Paling tidak ada pasar di level small-med
> > enterprise dan government lah yang siap menampung solusi sustainable
> > tersebut.
> >

Ini seperti telur dan ayam, tapi IMHO hukum pasarlah yang akan menentukan.
Dan tampaknya "kelompok-kelompok Open Source" yang dimaksud sudah sedang
berkembang tanpa bisa dihambat seiring semakin populernya OS yang OpenSource.
Waktulah yang akan membuktikan, tapi trendnya ke arah positif, itu sudah pasti.


> > Misalkan (maaf kalau sudah ada karena saya jarang browsing hal ini)
> > dapat dibuat sebuah asosiasi solusi open source dengan portal bersama.
> > Di sana ada ragam solusi untuk modul/fungsi-fungsi tertentu dari mulai
> > application server, database server, network and security, desktop
> > management, specific application (ERP, accounting, dll.). Di daftar
> > juga perusahaan anggota asosiasi dan pengalaman-pengalaman dalam
> > mengimplementasikan dan memberikan support pada setiap jenis solusi.
> > Ada juga knowledge-based, best-practice, success story, dll dalam
> > implementasi solusi. Dengan demikian, asosiasi/komunitas tersebut bisa
> > jadi sebuah knowledge & social capital yang berpeluang memberikan
> > jaminan terhadap keberhasilan dan sustainability solusi-solusi open
> > source. Sehingga risk yang ditanggung organisasi pengguna akan jauh
> > lebih kecil. Kita dapat rating vendor solusi open source seperti
> > Platinum/Gold/Silver partner dengan mengungkapkan jenis
> > implementasi/support yang pernah diberikan dan rating kepuasan dari
> > client.
> >
> > Dengan adanya komunitas/asosiasi dengan one-stop-solution-and-warranty
> > di Indonesia, saya yakin sosialisasi dan propagasi penggunaan open
> > source akan lebih baik dan berhasil. Biaya lebih kecil (lisensi maupun
> > jasa implementasi karena terjadi persaingan internal) dan risiko biaya
> > tak terduga dari project yang fail atau discontinue dapat lebih
> > dimitigasi.
> >
> > Satu hal yang mungkin perlu disosialisasikan kepada pengguna IT di
> > Indonesia adalah sering dilupakannya alokasi anggaran untuk
> > maintenance & development dari aset/service IT. Pengennya beli putus
> > satu produk/jasa  setelah itu nggak perlu keluar uang lagi sama
> > sekali. Kalau mentalitasnya masih begini, boleh jadi akan berat bagi
> > para pengusaha jasa solusi open source. Kalaupun trend kedepannya
> > masih akan begini, it's ok. Boleh jadi vendor penyedia training open
> > source dan pemasok tenaga ahli open source akan meningkat
> > permintaannya (sekaligus di-rating juga dalam asosiasi).
> >

Kayaknya ada yang ndak nyambung disini jika dilihat dari paragraf2 sebelumnya.
Kelihatannya ada 2 jenis perusahaan yang dibicarakan: yang satu punya
dana besar dengan kebutuhan support terjamin, yang kedua yang dananya
pas-pasan yang tidak ingin/ tidak bisa  bayar support.
Untuk jenis yang pertama, IMHO ya silahkan saja pakai produk
proprietary, jika uang bukan masalah dan benar-benar nekad mau
di-vendor-locked-in. Tapi untuk perusahaan jenis kedua, solusi open
source justru bakal lebih kena, dengan syarat staf  IT-nya harus
mati-matian belajar dan rajin cari support di forum-forum linux yang
terbuka seperti milis ini.


> > Terima kasih atensinya. Mohon maaf jika ada kesalahan termasuk karena
> > ketidaktahuan saya terhadap kondisi dan solusi yang sudah ada. Yang
> > penting, never step back dan kita terus dorong Indonesia agar dapat
> > segera berperan nyata dalam Masyarakat Informasi Global.
> >
> > Salam,
> >
> > Ahmad
> >
> >

salam,

dekrit.

-- 
FAQ milis di http://wiki.linux.or.id/FAQ_milis_tanya-jawab
Unsubscribe: kirim email ke [EMAIL PROTECTED]
Arsip dan info milis selengkapnya di http://linux.or.id/milis

Kirim email ke