Email dari Pakcik, 18 May 2005, 12:17:15 +0900: > > cara pandang yang lain lagi dari sisi developer, ajax itu javascript > which is lebih banyak muatan politik daripada teknis (very bad > language) belum lagi masalah compatibility. javascript mungkin masih > bisa di toleransi kalau untuk program yang 100 lines codes, lebih dari > situ mungkin jadilah spaghetti. sekarang dengan adanya ajax, mungkin > desktop juga mau dipindah ke web. is it a good idea?
---akhir kutipan--- Pemakaian skrip untuk perambah memang dilematis, dan kebetulan yang jadi tudingan untuk saat ini adalah keluarga Java (sisi klien). Saya termasuk yang tidak suka halaman Web "diacak-acak" oleh skrip di perambah. Seharusnya, menurut saya, semua urusan Web itu diselesaikan di server dan datang ke klien sudah berupa dokumen bersih ("clean"), sehingga seandainya pun terjadi persoalan, cukuplah server Web yang menanggung. Java sudah saya set "disable", tapi untuk JavaScript? Nanti dulu, kendati rekomendasi tentang keamanan di Firefox akhirnya ke arah JavaScript juga, sekarang ini sudah terlalu banyak situs Web yang bertumpu pada JavaScript. Pertimbangan lainnya: ternyata saya memakai perambah bukan hanya untuk membaca dokumen, melainkan termasuk menjalankan aplikasi seperti halnya Webmail. Kenyataan yang tidak enak memang. -- amal - http://coretmoret.web.id The devil finds work for idle glands.