baskara wrote:

> Hutang itu ada, salah satunya adalah karena "rayuan" proyek.
> Contoh: perusahaan jasa atau barang di luar negeri (atau melalui pihak
> ketiga, yaitu pemerintah negaranya) menawarkan produk
> elektronik/transportasi/mekanik atau jasa konstruksi ke perusahaan di
> Indonesia atau ke pemerintah langsung. Untuk pembiayaannya, ditawarkan
> "bantuan". Mereka akan mengurus proposal permintaan "bantuan
> finansial" ke pemerintah negaranya. Yang menjadi partner di Indonesia
> tentu saja semangat mendukung. Ada kerjaan kok. :-)
>
> Saya pernah hadir di sebuah presentasi yang menawarkan skema seperti
> itu oleh sebuah vendor perangkat komunikasi wireless 2.4GHz (+5.x GHz
> ) untuk keperluan Internet.

Call me cruel, tapi saya pernah mengerjakan proyek2 seperti itu.
Counter part saya di negara lain punya "produk/solusi" lalu melobby
depkeu atau instusi keuangan negaranya untuk memberikan "soft loan"
kepada Indonesia.

Kerjaan disini mencari client yg biasanya instusi negara atau
pemerintahan juga atau tinggal cari list2 "daftar isian proyek" di
Bappenas. Berhubung koneksi saya kuat (lewat boss tentunya), saya
biasanya bisa dapat "yes" dari institusi tersebut lalu tinggal sekarang
ngelobby depkeu + bappenas dimana tentunnya juga punya koneksi. Begitu
semuanya OK, lalu tinggal buat "ceremony"nya deh untuk G-to-G
aggreement ttg loan tersebut.

Cerita diatas adalah sangat disederhanakan sekali tetapi tetapi
gambarannya seperti itu. Seperti saya bilang sebelumnya life was good,
work was fun and money was easy ;)

--alex

--alex

Kirim email ke