... On 11/22/05, Pakcik <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > om Baskara dan teman2 yang lain mungkin banyak juga yang merasa itu > realistis dan gak muluk2, ok, go ahead. Sampai saat ini yang > realistis saya liat itu adalah usaha2 kecil itu. Karna itu yang ADA > (REAL) di Indonesia. Itu yang perlu dirame kan, di bagusin. bukan > mengharap2kan big company, bukan long digits dollar. :) ...
Gak papa pakcik. Saya sudah mencoba menjelaskan hal ini di darat, dengan ngomong langsung ke beberapa orang, membutuhkan waktu yang cukup lama. Apalagi via email ya. Saya coba sekali lagi, setelah itu saya akan mencari cara lain untuk menjelaskan dengan lebih baik. Begini. Kita-kita, atau saya saja deh, ini tidak punya "pendidikan" dalam mengembangkan sebuah produk/servis dari industri besar (sungguhan). Kebanyakan kita "belajar" dari sekolah sehingga kita lulusan sekolah. Nah, untuk mengetahui "pendidikan industri" maka semestinya juga kita "bersekolah" di industri. Menurut pak Samaun, inilah yang dilakukan oleh Singapura. Mereka dengan sadar mendatangkan perusahaan2 besar itu untuk "bersekolah" di perusahaan tersebut. Tentu saja untuk "bersekolah" ini ada biayanya dan tidak murah juga. Tapi tujuannya adalah bukan sekedar membuka perusahaan besar tersebut saja. Di "sekolah" ini kita bisa belajar: - bagaimana memanage project besar (misal, bagaimana memanage pekerjaan dengan 100 programmer?) - bagaimana melakukan pemecahan project2 itu? - dst. dst. dst. Setelah "lulus", baru kita bisa buat sekolah sendiri. Jadi orang-orang seperti Carlos, MDAMT, Ariya, dsb. itu mereka sedang "bersekolah" di perusahaan besar. Suatu saat nanti (10? 15? 20? 25? years down the road) mereka kembali ke Indonesia dan dapat mengajarkan cara kerja mereka ... dengan membuka perusahaan di Indonesia. Begitu pakcik. Saya berharap juga pakcik bisa tetap berjalan dengan yang kecil-kecil. Siapa tahu yang kecil-kecil ini bisa membuat lapangan pekerjaan bagi 100.000 pekerja, seperti yang ada di industri lain. Prove me wrong, pak. ps: sekarang di tempat pakcik ada berapa orang pekerja? -- budi