On Mon, Jan 16, 2006 at 04:55:48PM -0800, Muhamad Carlos Patriawan wrote: > obatnya menurut Pak Budi: mesti banyak engineer Indonesia yang > belajar-bekerja di research center.
bicara soal 'obat', sebenarnya sudah merambah ranah (domain) yang lain (ok.. belajar menulis dalam bahasa sendiri hi..hi..). kalau kita memandang secara menyeluruh, perilaku SDM TI (yang bisa belajar-bekerja di luar negeri atau pusat penelitian) bisa didekati dengan logika perjalanan alamiah penyakit (gunakan font monospace). I II III IV agen ----------------------> inang (host) ^ | lingkungan intervensi (bisa berupa obat) bisa dilakukan pada fase I (inisiasi masalah/penyebab/agen), II (inang mulai terpapar), III (mulai menunjukkan gejala klinis). fase IV adalah hasil (outcome). kita bisa memandang SDM TI kita sebagai inang. nah .. untuk melakukan intervensi kita perlu tahu dulu apa yang menjadi agen (kausa) dan lingkungan seperti apa yang memediasi inang bisa terpapar oleh agen, serta pada fase mana intervensi perlu dilakukan. dalam hal ini, 'belajar-bekerja di pusat penelitian' adalah hasil yang diharapkan (expected outcome). jadi, kita perlu terlebih dahulu mendefinisikan: - agen, - lingkungan, dan - intervensi yang cukup pada tiap-tiap fase untuk ketidakmampuan belajar-bekerja SDM TI kita. kalau untuk intervensi tsb. kita perlu 'obat', ya kita definisikan juga apa 'obat' yang dimaksud di sini. kalau tidak ya hasil yang diharapkan tidak akan pernah tercapai. kalau dalam PAP (perjalanan alamiah penyakit) disebutkan bahwa kegagalan intervensi menimbulkan keadaan berupa cacat atau mati pada fase IV. kalau logika ini diterapkan di permasalahan SDM TI kita ini, berarti pada fase IV, diharapkan SDM TI kita mampu belajar-bekerja, atau kalau intervensi gagal, ya jadi tukang patri (untuk menambal panci yang bolong). he..he.. Salam, P.Y. Adi Prasaja