win_hadi wrote: > m.c. ptrwn wrote: > > Ini FYA saja , gak sengaja ketemu setelah baca 10K filing.Kalau persh > > AS/SV/ERropah yang punya facility sw development dan sw testing di > > bangalore atau Shenzen kan sekarang sudah bukan barang aneh lagi ya, > > ini saya baca ternyata ada persh software application (data mining dan > > data manipulation) us-based yang punya swdev dan testing facility di > > Manila , Pilipina. > > Untuk pelajaran dan analisa, kalau misalnya saat ini org indonesia yg > > tua2 banyak yg megang posisi kunci di persh2 IT/biotek di US/Europe, > > bhtv dan outsourcing ke indonesia sudah done deal sepertinya. > > > > -mcp > > oh ya satu lagi yg saya lihat menjadi kendala dasar Indonesia (kendala > lainnya apalagi kalo bukan, tertinggalnya ilmu, mahalnya pendidikan, > tidak adanya koordinasi dari pemerintah dst) untuk ikut bagian di > outsourcing dan bekerja remotely adalah latency dari koneksi yg ada ( > selain juga mahalnya internet backbone tentunya) > > sudah jamak kalo backbone internet di indonesia, untuk menekan harga > (bukan jadi murah, tapi setidaknya tidak mahal), adalah memakai satelit > (atau separuh satelit macam DVB), shg konsekuensiya latency menjadi > diatas rata2 400ms dari US ke indonesia, untuk yg sering bekerja secara > remote mungkin akan merasakan bagaimana tidak optimum/nyaman nya > bekerja spt ini,
kalau latensinya diatas 150ms memang sudah 1/2 wajib pakai wan acceleration box, IA throughputnya naik beberapa puluh kali lipat. Kenaikan throughput ini tidak hanya di level TCP, tapi juga jika menggunakan MAPI (Exchange) dan CIFS ( Samba/Microsoft Share) yang antar servernya diletakan melalui WAN. -mcp