Ada yang berminat bikin startup company di bidang perminyakan?
:)

---------- Forwarded message ----------
From: helmy nurhayati < [EMAIL PROTECTED]>
Date: May 19, 2006 12:16 PM
Subject: [if2k] Fwd: [ruhul-istijabah] Persamaan Helmholtz pecah di Tangan Dosen ITB
To: [EMAIL PROTECTED]

Assalamualaikum wr wb

Informasi yang menarik, semoga bisa menimbulkan inspirasi

Wassalamualaikum wr wb

Note: forwarded message attached.


How low will we go? Check out Yahoo! Messenger's low PC-to-Phone call rates.





---------- Forwarded message ----------
From: brain ahmad <[EMAIL PROTECTED]>
To: ITB 2K <[EMAIL PROTECTED] >, [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED]
Date: Tue, 16 May 2006 05:56:39 -0700 (PDT)
Subject: [ruhul-istijabah] Persamaan Helmholtz pecah di Tangan Dosen ITB
Persamaan Helmholtz Pecah di Tangan Dosen ITB
(Persamaan matematika Helmholtz dipakai untuk mencari titik lokasi
minyak bumi)

* *

Dulu, BJ Habibie menemukan rumus yang mampu mempersingkat prediksi
perambatan retak. Banyak lembaga di berbagai negara memakai rumus ini,
termasuk NASA di Amerika.

Kini, Yogi Ahmad Erlangga mengulang kesuksesan Habibie. Melalui riset
PhD-nya, Yogi berhasil memecahkan rumus persamaan Helmholtz, Desember 2005
lalu. Selama 30 tahun terakhir, tak ada yang berhasil memecahkan persamaan
matematika Helmholtz yang sering dipakai untuk mencari titik lokasi minyak
bumi itu. Persamaan matematika itu sendiri dikenal sejak satu abad silam.

Media Barat menyebut Yogi sebagai matematikawan Belanda. Padahal, ia adalah
pria kelahiran Tasikmalaya, dosen Institut Teknologi Bandung (ITB), dan saat
itu sedang menempuh program PhD di Delft University of Technology (DUT).

Keberhasilan itu memuluskan jalan bagi perusahaan perminyakan untuk
memperoleh keuntungan yang lebih besar dengan biaya lebih rendah. Selama
ini, industri perminyakan sangat membutuhkan pemecahan rumus Helmholtz itu
agar bisa lebih cepat dan efisien dalam melakukan pencarian minyak bumi.
Setelah Yogi memecahkan persamaan Helmholtz yang selama ini justru banyak
dihindari oleh para ilmuwan, perusahaan minyak bisa 100 kali lebih cepat
dalam melakukan pencarian minyak -- bila dibandingkan dengan sebelumnya.

Tak cuma itu, dari kebutuhan *hardware* pun, industri minyak bisa mereduksi
sekitar 60 persen dari *hardware* yang biasanya. Sebagai contoh, program
tiga dimensi yang sebelumnya diselesaikan dengan 1.000 komputer, dengan
dipecahkannya rumus Helmholtz oleh Yogi, bisa diselesaikan hanya dengan 300
komputer.

Yogi mengungkapkan, penelitian mengenai persamaan Helmholtz ini dimulai pada
Desember 2001 silam dengan mengajukan diri untuk melakukan riset di DUT.
Waktu itu, perusahaan minyak raksasa Shell datang ke DUT untuk meminta
penyelesaian persamaan Helmholtz secara matematika numerik yang cepat atau
disebut *robust* (bisa dipakai di semua masalah).

Selama ini, ungkap Yogi, Shell selalu memiliki masalah dengan rumus
Helmholtz dalam menemukan sumber minyak di bumi. Persamaan Helmholtz yang
digunakan oleh perusahaan minyak Belanda itu membutuhkan biaya tinggi, tak
cuma dari perhitungan waktu tetapi juga penggunaan komputer serta memori.

''Shell selama ini harus menggunakan rumus Helmholtz berkali-kali. Bahkan,
kadang-kadang harus ribuan kali untuk survei hanya di satu daerah saja. Itu
sangat mahal dari sisi biaya, waktu dan *hardware*,'' ungkap Yogi kepada *
Republika*.

Karena itu, sambung pria yang lulus dengan nilai *cum laude* saat
menyelesaikan pendidikan S1 dan S2 itu, Shell meminta DUT melakukan
penelitian yang mengarah pada persamaan Helmholtz agar bisa lebih efisien,
cepat, dan kebutuhan *hardware* yang cukup kecil. Untuk proyek penelitian
tersebut, Pemerintah Belanda membiayainya karena proyek ini dianggap sebagai
bagian dari kegiatan untuk meningkatkan perekonomian Belanda.

Yogi yang memiliki hobi memasak, melukis, dan olah raga itu, memecahkan
rumus Helmholtz setelah berkutat selama empat tahun. Yang membuat penelitian
itu lama, ungkap dia, karena persamaan Helmholtz dalam matematika numerik
yaitu matematika yang bisa diolah dengan menggunakan komputer.

Karena itu, dalam melakukan penelitian, diperlukan beberapa tahapan yang
masing-masing tak sebentar. Apalagi, sambung dia, persamaan ini memang
sangat sulit. Ada dua cara untuk menguraikan matematika numerik yaitu secara
langsung (*direct*) dan literasi. ''Banyak pakar yang menghindari penelitian
untuk memecahkan rumus Helmholtz karena memang sulit,'' kata pria kelahiran
Tasikmalaya 32 tahun silam ini.

Pakar terakhir yang memecahkan teori Helmholtz adalah Mike Giles dan Prof
Turkel, berasal dari Swiss dan Israel, masing-masing dengan caranya sendiri.
Teori dari kedua pakar itulah yang kemudian dianalisisnya beberapa waktu
sehingga kemudian bisa dioptimalkan dan dijadikan metode yang cukup cepat.

''Saya punya persamaan matematika dalam bentuk diferensial. Yang saya
lakukan untuk memecahkan rumus Helmholtz itu adalah mengubah persamaan ini
menjadi persamaan linear aljabar biasa. Begitu saya dapatkan, saya pecahkan
dengan metode *direct* atau literasi,'' ujarnya.

metode langsung, papar Yogi, bila dalam perjalanannya kemudian menemukan
masalah yang besar maka akan mahal dari segi waktu dan biaya. Namun metode
literasi pun belum tentu bisa memperoleh solusi atau kadang-kadang diperoleh
dengan waktu yang cukup lama. Hanya, kata dia, yang pasti, dengan metode
literasi selalu murah dari segi *hardware*.

''Persamaan Helmholtz ini bisa diselesaikan dengan literasi tapi kalau
dinaikkan frekuensinya, jadi sulit untuk dipecahkan,'' ujarnya. Yogi
memaparkan, untuk mengetahui struktur daerah cekung, misalnya, yang
dilakukan adalah meneliti daerah akustik dan kemudian dipantulkan
gelombangnya dengan frekuensi tertentu. Pantulan tersebut kemudian direkam.
Setelah itu, frekuensi akan dinaikkan misalnya, dari 10 Hz, lalu naik lagi
10,2 Hz, 10,4 Hz, dan seterusnya.

Yang kemudian menjadi persoalan, ungkap dia, ketika frekuensi dinaikkan,
persamaan Helmholtz akan semakin sulit untuk diselesaikan. Ia memberikan
contoh, Shell hanya bisa menyelesaikan persamaan Helmholtz sampai dengan
frekuensi 20 Hz. ''Ketika dinaikkan menjadi 30 Hz, mereka tak bisa,''
katanya.

Kemudian, Yogi memperoleh metode *robust* yang memungkinkan persamaan
Helmholtz untuk dipecahkan dengan frekuensi berapa pun. ''Kita sudah
melakukan tes 300 Hz tidak masalah. Meskipun, sebenarnya 70 Hz pun sudah
cukup untuk pemetaan,'' ujar penggemar matematika ini.

*Tak cuma untuk temukan sumber minyak* Menurut Yogi, selain untuk menemukan
sumber-sumber minyak, keberhasilan persamaan Helmholtz ini juga bisa
diaplikasikan dalam industri lainnya yang berhubungan dengan gelombang.
Persamaan ini digunakan untuk mendeskripsikan perilaku gelombang secara
umum. Industri yang bisa mengaplikasikan rumus ini antara lain industri
radar, penerbangan, kapal selam, penyimpanan data dalam *blue ray
disc*(keping DVD super yang bisa memuat puluhan
*gigabyte* data), dan aplikasi pada laser.

Mengenai kelanjutan dari penemuannya itu, Yogi mengatakan, karena penelitian
ini dilakukan oleh perguruan tinggi, maka persamaan Helmholtz ini menjadi
milik publik. ''Biarpun dibiayai oleh Shell, tapi yang melakukannya
universitas, sehingga rumus ini menjadi milik publik,'' katanya.

Ia tidak mematenkan rumus temuannya itu. Apalagi, sambung dia, produknya itu
berasal dari otak sehingga tidak perlu untuk dipatenkan. ''PT Pertamina pun
sebenarnya bisa menggunakan rumus ini untuk mencari minyak bumi. Saya sempat
diundang oleh Pertamina beberapa waktu lalu, tapi karena ada keperluan,
tidak hadir. Memang ada yang mengatakan kalau PT Pertamina tertarik dengan
temuan saya, cuma masalahnya Pertamina memiliki *software*-nya atau tidak,''
ujar pria yang tak suka publikasi ini.

Menurut Yogi, persamaan Helmholtz ini dalam proses penelitiannya sudah
dipresentasikan di banyak negara di dunia. Yaitu, saat *intermediate
progress* selama Desember 2001 hingga Desember 2005. Buku mengenai persamaan
Helmholtz yang dibuatnya saat masih di Belanda pun, laris manis.

''Tinggal satu (buku) dan saya tak punya fotokopinya lagi,'' ujar dosen yang
kini sibuk dengan beberapa penelitian bersama Prof Turkel. Mengutip Turkel,
Yogi mengatakan bahwa persamaan yang ditemukannya itu masih bisa
dikembangkan lagi. Namun kini, Yogi akan berkonsentrasi pada *postgraduate
research* di Berlin, Jerman, yang akan memakan waktu selama dua tahun sejak
1 Mei 2006. n

*Terobsesi Memajukan Indonesia *

Setelah menjadi terkenal di dunia matematika karena berhasil memecahkan
rumus Helmholtz yang dikenal sangat sulit, dosen Teknik Penerbangan ITB,
Yogi Ahmad Erlangga, masih memiliki obsesi yang belum tercapai. Menurut anak
pertama dari tiga bersaudara pasangan Mohamad Isis dan Euis Aryati ini,
obsesi yang belum tercapai adalah ingin melihat bangsa Indonesia maju.

Karena, kata dia, saat ini Indonesia jauh tertinggal dibandingkan dengan
India. Padahal, Indonesia dan India sama-sama sebagai negara berkembang dan
banyak masyarakatnya yang miskin. ''Meskipun miskin, tapi India sekarang
bisa menjadi pusat informasi teknologi (IT) di dunia. Saya ingin Indonesia
seperti India, kemiskinan bukan berarti tidak bisa berkembang,'' ujar Yogi
kepada *Republika*. Khusus untuk ITB, sambung pria kalem kelahiran
Tasikmalaya 8 Oktober 1974, obsesinya adalah ingin ITB bisa lebih besar
lagi.

Minimal, ITB menjadi perguruan tinggi terbesar di Asia. Karena, kalau hanya
terbesar di Indonesia saja, sejak dulu juga begitu. Bahkan, sambung dia,
pernyataan itu justru menjadi tanda tanya besar. ''Saya pun masih memiliki
obsesi pribadi. Keinginan saya adalah ingin melakukan penelitian tentang
pesawat terbang, perminyakan, dan biomekanik,'' kata pemenang penghargaan
VNO-NCW Scholarship dari Dutch Chamber of Commerce itu.
----Semoga bermunculan avicena, BJ. Habibie, YA. Erlangga-muda dimasa datang----
salam
Ahmad Yani.


Talk is cheap. Use Yahoo! Messenger to make PC-to-Phone calls. Great rates starting at 1ยข/min.




--
Demi masa..
--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
http://teknoblogia.blogspot.com/2005/02/tata-tertib-milis-v15.html
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~---

Kirim email ke