Betul, pak Sapto. Sungguh mengagumkan bahwa di tengah blokade dan keterbatasan, Hamas masih bisa mengoperasikan al Aqsa TV, meski kini mungkin mereka kesulitan memancarkan siarannya karena fasilitas penyiaran al Aqsa termasuk yang dibom Israel pada hari pertama serangan.
Tapi juga jangan terlalu pesimis dengan apa yang sudah dan bisa kita kerjakan. Di bawah ini saya teruskan tulisan 'Membuat Televisi Islami? Bisa' tentang pencapaian Astro Oasis selama setahun siaran. Tulisan ini saya buat atas permintaan majalah Madina ketika mereka menulis tentang media siaran Islami dan diterbitkan pada edisi Desember. Astro Oasis kini sedang tidak siaran dulu sambil menunggu platform yang baru. Sebagian klip-nya bisa dinikmati melalui situs: http://www.astro-oasis.com. Tulisan ini juga bisa dilihat di-attachment. Satu pelajaran penting yang bisa diambil dari Palestina adalah semangat untuk tetap berusaha, dalam kondisi sesulit apapun. Mungkin kita di sini terlalu dimanjakan oleh kemapanan dan berbagai pertimbangan jadi belum bisa segesit mereka. Tetap semangat, pak! Salam -- Tomi Satryatomo http://www.trekearth.com/members/wisat http://www.wisat.multiply.com "We shall build good ship here, at a profit if we can, at a loss if we must, but... always a good ship." 2009/1/8 sapto waluyo <swaluy...@yahoo.com> > trims pak tomi atas info berharga, > setelah lama tak sempat membaca ulang dokumen palestina, krn kerepotan di > tanah air, saya terkejut. krn perjuangan saudara-2 kita di gaza tak cuma > lewat senjata, tp juga lewat media massa. hamas sebagaimana hizbullah punya > pemancar teve sendiri, dengan program cartoon utk anak & dewasa. saya tak > takjub, malu pada diri sendiri, krn kreativitas mereka yak bisa dibendung > oleh isolasi zionis. sementara kita di negeri yg aman tenteram ternyata > kehilangan kreativitas dgn mengandalkan grup band gigi & coklat utk > membangkitkan nasionalisme. betapa byk sumber daya/dana yg belum tersalurkan > sbgmana mestinya. > wassalam, spt > Televisi Bermuatan Islami di Indonesia? Bisa. *"Iya, kehilangan astro oasis nih. Mau apply tv kabel lain tp gak ada siaran islaminya, mending nggak deh, walaupun dah lirik2 tapi aku masih mau setia sama astro."* Komentar senada mengalir lewat sms, email maupun telepon menyusul berhenti siarannya Astro Oasis, pada bulan Oktober lalu. Mereka pantas kecewa. Dalam jagat pertelevisian Indonesia, praktis hanya Astro Oasis yang menyajikan program-program bermuatan Islami selama 24 jam, tujuh hari sepekan, sepanjang tahun secara nasional. Respon Positif Sejak siaran pertama menjelang Ramadhan 2007, Astro Oasis mencatat kenaikan jumlah penonton secara konsisten. Dalam survei terakhir yang dilakukan PT. Direct Vision pada periode 5 Agustus-5 September 2008 terhadap para pelanggan TV berbayar Astro, penonton Astro Oasis naik 163% dari survey periode sebelumnya, melampaui jumlah penonton *documentary channel* seperti National Geographic, *news channel* seperti CNN, serta *music channel*seperti MTV Asia dan Channel V, meski masih kalah dari *Hollywood movie channel* seperti HBO. Tentu saja jangan bandingkan jumlah penonton layanan televisi berbayar ini dengan jumlah penonton televisi gratis dari sembilan stasiun swasta nasional yang jauh lebih besar. Pelanggan televisi berbayar umumnya datang dari kalangan menengah ke atas, yang bersedia membayar untuk bisa memperoleh kualitas dan jumlah tontonan yang lebih baik. Perusahaan riset AGB Nielsen Media Research mencatat pelanggan televisi berbayar sebanyak 1,34% dari total jumlah rumah tangga pemilik televisi (TV household) pada tahun 2007, naik hampir empat kali lipat dari tahun sebelumnya. Dari segi kepemirsaan (*viewership*), mayoritas penonton Astro Oasis berasal dari kelompok dewasa muda, dengan jumlah penonton wanita yang sedikit lebih banyak dari penonton pria. Walaupun bermuatan Islami, Astro Oasis tidak hanya dinikmati kaum Muslim. Hampir 20 persen penontonnya datang dari berbagai agama lain. Sampai Oktober 2008, Astro Oasis merupakan saluran televisi keluarga pertama dan satu-satunya yang bermuatan Islami, yang mengudara secara nasional, pada *platform *layanan televisi berbayar Astro. Di Bandung dan sekitarnya, tayangan program-program Islami dapat dinikmati melalui MQTV, stasiun televisi lokal yang mengudara melalui pemancar terrestrial secara gratis. Televisi ini dikelola grup usaha Darut Tauhid milik ulama KH. Abdullah Gymnastiar. Sepengetahuan saya, tayangan program-program Islami dipelopori antara lain oleh ar-Rahman channel, yang mengudara melalui satelit dan dapat dinikmati dengan gratis melalui parabola, pada tahun 2001. Saluran televisi ini dikelola oleh pasangan pengusaha Budiman P. Sophian dan Erry Prabowo, dengan sasaran terutama komunitas pesantren. Setelah sempat mengudara selama beberapa bulan dengan sekitar 700 jam siaran, saluran ini berhenti bersiaran. Berdasarkan Survei Manajemen PT. Adi Karya Visi menggulirkan gagasan membuat *Islamic channel*pada awal tahun 2007 dengan alasan komersial: menangkap peluang dari pertumbuhan pesat kelompok Muslim menengah ke atas, perkotaan. Meski tidak ada data statistik yang bisa dengan mencerminkan pertumbuhan kelompok ini, menjamurnya sekolah-sekolah mahal berbasis Islam, ramainya umroh serta ONH plus, serta tumbuhnya berbagai butik busana Muslim termasuk dari para perancang busana non Muslimmenjadi tanda-tanda kasat mata tentang kuatnya daya beli kelompok ini. Langkah pertama adalah membuat survei pada kelompok-kelompok masyarakat yang diperkirakan menjadi *potential target audience* saluran televisi ini, yang dikaitkan dengan *target market* dari jasa layanan televisi berbayar, yaitu kelompok menengah ke atas, berpendidikan minimal SMA dan tinggal di wilayah perkotaan. Survei dilakukan baik secara kuantitatif, di lima kota besar Indonesia, dengan 1.000 responden maupun kualitatif dengan teknik *Focus Group Discussion*. Pada dasarnya, kedua survei ini mengajukan pertanyaan dasar: apakah anda mau menonton saluran televisi bermuatan Islami? Jika iya, saluran seperti apa yang anda kehendaki. Ini memberi kami peluang untuk mengetahui apa-apa yang calon penonton inginkan, mulai dari jenis program, hingga warna, musik hingga tipikal pembawa acara yang mereka sukai. Dari hasil survei ini, kami menemukan bahwa penonton yang menghendaki saluran televisi bermuatan Islami jumlahnya signifikan dan mereka sampai pada tahap mau berlangganan sekiranya ada jasa televisi berbayar yang menyediakan saluran televisi ini. Kebutuhan dasar mereka ada dua: sebagai tempat untuk belajar, terutama hal-hal yang praktis seperti berbusana, menata rumah dan mengelola keuangan; serta sebagai sarana pendidikan bersama anak. Tapi, mereka tidak ingin diceramahi. "Saya sudah dengar ceramah di masjid, di pengajian, jadi saya tidak mau nonton ceramah lagi di televisi," kata salah seorang peserta FGD. Mereka juga menginginkan sajian yang berisi, tapi dikemas dengan cara yang menarik dan menghibur. Yang juga menarik, mereka menginginkan penyajian yang berakar pada nilai-nilai budaya Indonesia. "Islam kan *gak* selalu berarti Timur Tengah," kata salah seorang responden. Berbekal semua masukan ini, kami kemudian menetapkan bahwa semua tayangan di saluran ini harus mengandung tiga unsur dasar: Islami, Indonesia dan segar. *Positioning*-nya ditetapkan sebagai saluran keluarga bermuatan Islami, bukan sebagai saluran agama Islam, karena itu berada di luar kapasitas kami. Nama 'Oasis' dipilih dengan harapan saluran ini bisa menyejukkan siapapun yang menontonnya, sedangkan nama 'Astro' diletakkan karena disiarkan melalui platform layanan televisi berbayar Astro, yang lisensinya di Indonesia dipegang oleh PT. Direct Vision. Tantangan Semua ini menjadi tantangan tersendiri. Saya, yang sejak awal 2007 ditugaskan berkeliling ke beberapa *international TV market*, sulit menemukan program-program bermuatan Islami yang memenuhi semua kriteria di atas. Program pertama yang saya temukan justru diproduksi oleh rumah produksi di Korea Selatan, berupa program dokumenter tentang masyarakat Muslim di berbagai negara. Setelah itu, saya menemukan beberapa program dokumenter dari berbagai negara lain, termasuk Malaysia. Dari kawasan Timur Tengah, pad saat itu, malah tak ada program yang sesuai karena satu-satunya distributor dari Dubai malah menawarkan program musik a la MTV lengkap dengan tampilan yang serba terbuka. Tapi seiring berjalannya waktu, terbuka jalan untuk mengidentifikasi program-program bermuatan Islami dari berbagai sumber. BBC, misalnya, membuat sejumlah program dokumenter yang menarik, termasuk menelusuri sisa-sisa peradaban Islam di Andalusia, serta seri tentang bagaimana enam orang melakukan puasa Ramadhan mereka yang pertama di sebuah madrasah sufi di Spanyol. Sebuah rumah produksi di Jerman membuat dokumenter tentang Muslim di pedalaman Cina. Rumah produksi yang lain di Inggris membuat *reality show* membuat dokumenter tentang pengalaman seorang gadis Inggris yang masuk Islam dan bagaimana kemudian ia berinteraksi dengan keluarga serta lingkungannya. Sama-sama dari Inggris, sebuah rumah produksi membuat *reality show *tentang bagaimana sekelompok penduduk di sebuah kota kecil yang sepenuhnya kulit putih dan Kristen mencoba hidup secara Islam dalam dua pekan. Di Cannes, Perancis, berbekal data yang saya dapat dari MipDoc, ajang pameran filem-filem dokumenter, saya membuat janji dengan seorang Arab. Mengira akan bertemu dengan lelaki, saya terperanjat ketika orang yang saya temui ternyata seorang wanita muda yang modis dan menarik, dengan rambut dicat pirang. Ia menawarkan koleksi program dari rumah produksinya di Dubai yang kualitas produksinya tak kalah dengan buatan Eropa atau Amerika Serikat. Topiknya mulai dari jejak para Rasul hingga fenomena Arabizzi (* Arabic-English*) yang melanda anak-anak muda Timur Tengah. "*I know what you are looking for*," katanya tersenyum riang, "*and you should sign the deal in Dubai*". Ia kemudian mengirimi saya katalog berisi ratusan jam program dokumenter maupun hiburan. Kesempatan untuk berkunjung ke Iranian Film Market di Teheran pada bulan Februari 2008 membuka peluang baru tentang produksi dokumenter dan filem dari negeri ini, demikian pula kunjungan ke salah satu stasiun televisi di Istanbul, Turki. Di dalam negeri, tantangannya juga besar. Karena kami tak punya fasilitas produksi, maka kami membayar rumah produksi untuk memproduksi program bagi kami, sesuai dengan konsep kreatif serta standar teknis produksi kami. Konsep ini dikenal dengan nama *commissioning* dan populer dilakukan di luar negeri karena efisien, baik dari segi biaya maupun sumber daya manusia, sekaligus menumbuhkan industri rumah produksi dan industri ikutannya persewaan alat, studio dan lain-lain. Ketika mendengar tentang *Islamic channel*, sebagian besar rumah produksi mengajukan proposal program berupa ceramah dan *talkshow*. Butuh lebih dari enam bulan untuk meyakinkan rumah-rumah produksi bahwa program-program bermuatan Islami bisa dibuat dengan segala macam format, baik bersifat drama maupun non-drama, mulai dari *talkshow*, ceramah, dokumenter, animasi, hingga *reality show*, *game show* hingga sinetron. Alhamdulillah, dengan rentang pilihan format yang luas, rumah-rumah produksi berlomba-lomba mengajukan aneka desain program yang kreatifitasnya kadang tak terbayangkan. Ada hampir 20 rumah produksi yang kini bekerjasama dengan kami. Ragam Program Bersama mereka, Astro Oasis kini punya lebih dari 1000 jam program, yang terbagi atas empat kategori besar: gaya hidup (busana, rumah, penataan keuangan, makanan dan seterusnya), hiburan (termasuk musik, sinetron dan filem), informasi (termasuk dokumenter) serta pendidikan (termasuk program tafsir Qur'an, program anak dan sejenisnya). Dalam tiga tahun, rencananya jumlah jam siaran ini akan bertambah sampai 3400 jam. Gaya hidup dan hiburan mendapat porsi yang lebih besar (60%), karena dua kategori program ini relatif belum banyak digarap, sementara kebutuhannya besar. Astro Oasis juga membuat *filler/ interstitial*, yaitu program berdurasi 30 detik sampai 2 menit yang berisi pesan-pesan pendek dengan tema-tema tertentu. Dengan bantuan ahli pendidikan anak Elly Risman, misalnya, kami membuat sejumlah filler bertema *parenting*. Tema-tema lain sedang dipersiapkan. Sejak awal, manajemen menetapkan standar kualitas teknis yang mengacu pada standar internasional, dengan kesadaran bahwa semua program ini harus bisa dijual ke pasar global. Ini bukan perkara mudah bagi kebanyakan rumah produksi, karena biasanya mereka bekerja dengan standar yang tidak setinggi ini. Tapi alhamdulillah banyak dari mereka yang kemudian berterima kasih karena punya kesempatan meng-*upgrade* standar produksinya. Karena formatnya sudah digital, maka program-program ini bisa dengan mudah dikonversi ke berbagai platform, mulai dari televisi berbasis internet (IPTV) hingga media selular. Berkembangnya Astro Oasis juga merupakan buah dukungan dari berbagai pihak. Ketua MPR-RI Hidayat Nurwahid langsung menyediakan waktu untuk memberikan * endorsement* (dukungan) dalam bentuk iklan televisi, bersama Ketua Komisi Penyiaran Indonesia Sasa Djuarsa Senjaya dan beberapa tokoh lain. Sutradara Chaerul Umam bersedia duduk sebagai penasihat bersama ahli pendidikan anak Elly Risman, Ketua MUI Said Budairy, aktivis media Azimah Soebagyo serta dosen UIN Madar Hilmy. Ahli keuangan Islam Syafe'i Antonio menjadi pembawa acara 'Agenda Syariah', mantan peragawati Ratih Sanggarawati dan Okky Asokawati mengasuh acara tentang tips berbusana Muslimah, sedangkan artis Rina Gunawan menjadi pembawa acara talkshow 'Puan' menggantikan Sandrina Malakiano. Ketua Komisi Fatwa KH. Ma'ruf Amin menjadi narasumber untuk acara 'Wisata Halal' dengan pembawa acara Lola Amaria, sedangkan pengasuh pondok pesantren Roudlatut Thalibin, Rembang, KH. Mustofa Bisri membawakan kisah-kisah hikmah dari pustaka kaum sufi. Wajah artis Inneke Koesherawaty bertebaran di berbagai promo Astro Oasis karena ialah ikon saluran televisi ini. Inneke dipilih berdasarkan survei '*brand personality*'. Namanya muncul diurutan paling atas baik dari responden laki-laki maupun perempuan ketika mereka ditanya siapa yang paling tepat mewakili citra Astro Oasis. Puas? Ya dan belum. Ya, karena alhamdulillah kami bisa mengatasi tantangan produksi guna menghasilkan program-program bermuatan Islami yang menarik dan segar. Ini sekaligus membuktikan bahwa menyajikan tayangan-tayangan bermutu yang Islami juga bisa laku secara komersial. Beberapa distributor luar negeri mulai minta contoh program kami, karena memang di dunia internasional tidak banyak tersedia program bermuatan Islami, terutama yang berkaitan dengan gaya hidup dan hiburan. Belum, karena jalan masih panjang. Masih banyak masyarakat Indonesia yang belum tahu tentang Astro Oasis. Perlu lebih banyak upaya promosi dan publikasi, baik melalui berbagai media maupun aktifitas (*ground events*). Tapi di sisi lain, saya menduga bahwa tayangan-tayangan seperti Astro Oasis betapapun menghiburnya-- memang lebih cocok untuk penonton di ceruk (*niche *) pasar tertentu, yang memang sudah sampai tahap membutuhkan tayangan yang lebih bermutu untuk diri serta keluarganya dan bersedia mengeluarkan uang untuk itu. Tantangan ke depan adalah terus 'membaca' perkembangan kebutuhan dari kelompok-kelompok pemirsa ini dan kemudian dengan kreatif menyajikan program-program yang bisa memenuhinya. Memang tidak murah, tapi berdasarkan pengalaman, bukan dana yang sering menjadi kendala, tapi kurangnya kreatifitas dan kerja keras yang lebih banyak menyumbangkan kegagalan. *Tomi Satryatomo* *Penulis kini mengelola channel Astro Oasis. Sebelumnya menjadi wartawan di SCTV (1996-2000), di TransTV (2000-2005) dan di Astro Awani (2005-2007). Tulisan ini tidak mencerminkan kebijakan perusahaan PT. Adi Karya Visi tempat penulis bekerja dan sepenuhnya menjadi tanggungjawab pribadi penulis* [Non-text portions of this message have been removed] ------------------------------------ Bagi yang ingin menyumbang untuk pendirian TV Komunitas Madani Depok bisa transfer ke: Bank Syariah Mandiri KCP Margonda Depok. No. Rek. 0670010778 a.n BURSA AMAL MADANI Mohon konfirmasi nama, besar sumbangan, tanggal ke: agusniz...@yahoo.com.sg Contact Person: pak Hafiz 021 92805591 / 08128508057, Al Qudwah, Jl Beringin, Jl. Margonda Raya Depok http://islamicbroadcasting.wordpress.comYahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/tv-islam/ <*> Your email settings: Individual Email | Traditional <*> To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/tv-islam/join (Yahoo! ID required) <*> To change settings via email: mailto:tv-islam-dig...@yahoogroups.com mailto:tv-islam-fullfeatu...@yahoogroups.com <*> To unsubscribe from this group, send an email to: tv-islam-unsubscr...@yahoogroups.com <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/