http://www.angelfire.com/in/faktanya/
Karyawan BCA Se-Kedu Unjuk Rasa
Karyawan BCA (Bank Central Asia) Magelang dan tujuh cabang pembantu se-eks Karesidenan Kedu, Kamis kemarin (9 Juli 1998) unjuk rasa memprotes perlakuan pimpinan perusahaan yang membedakan karyawan pribumi dan warga keturunan
Aksi dilakukan pagi hari di kantor BCA Magelang seusai apel. Peserta mayoritas karyawan pribumi termasuk sopir dan satpam, yang mencapai puluhan orang. Meski begitu kegiatan bank tetap berjalan normal.
Mereka menuntut persamaan gaji serta hak untuk menduduki jabatan antara karyawan yang didasarkan pada pendidikan, kemampuan, pengalaman, dan masa kerja. Selama ini jabatan banyak dipegang karyawan warga keturunan. Juga gaji karyawan pribumi lebih kecil dibandingkan dengan karyawan keturunan
"Jabatan karyawan pribumi bergelar sarjana kalah dari karyawan keturunan yang berijazah SLTA," kata seorang karyawan yang lain. Masalah yang lain, peminjaman uang perusahaan hanya dinikmati karyawan keturunan. Pengunjuk rasa juga menuntut penilaian prestasi secara terbuka, uang lembur, tunjangan kesehatan, pakaian seragam, dan sebagainya.
Unjuk rasa damai yang menarik perhatian para nasabah itu dipantau Kapolresta Letkol
Pol Drs Soetanto Oetomo, Haryanto dari Depnaker, serta aparat keamanan yang lain.
"Sebenarnya tuntutan sudah disampaikan ke pimpinan BCA tiga hari lalu, namun tidak ditanggapi. Karena itu kami melakukan unjuk rasa," kata seorang pengunjuk rasa.
"Perbedaan gaji bisa saja terjadi," kata Andreas, pemimpin BCA cabang Magelang. "Tentang jabatan dan kenaikan gaji, didasarkan pada berbagai penilaian. Prestasi kerja hanya salah satu unsur penilaian," tambahnya.
Berkaitan dengan masalah itu, karyawan meminta penilaian prestasi dilakukan secara transparan. "Kalau perlu syarat-syarat untuk meraih prestasi ditempel di papan pengumuman agar semua karyawan tahu," ujar pengunjuk rasa.
Manajer Pribumi Berprestasi “ Disio-sio ” atau
“ Mengalami Perlakuan Diskriminasi ”
di Bank Lippo
Yth. Bapak Habibie, Bapak Wiranto, Pak Fahmi Idris, Pak Bambang Subianto, Pak Muladi, Pak Adi Sasono, Pak Amien Rais, Ibu Megawati, Tolong beri perhatian pada kasus saya.
Perkenalkan, nama saya : FX. Edgar Affandi (32). Memegang jabatan terakhir sebagai Kepala Cabang Wisma Nusantara (WNR) di Bank Lippo. Cabang WNR berukuran XL (Extra Large) dengan asset sebesar Rp. 300 – 400 miliar dan mencapai akumulasi profit di tahun 1997 sebesar Rp. 21 miliar. Prestasi di atas dicapai berkat bantuan rekan-rekan muda saya berjumlah kurang lebih 55 orang. Sebelum rekan-rekan saya dan saya bahu membahu membesarkan Cabang WNR dalam suasana kerja yang kondusif & kekeluargaan yang tinggi, pada tahun ‘96, Cabang WNR masih berukuran S (Small) dan berprofit kira-kira Rp. 150 Juta/bulan. Pada saat ini, Cabang WNR mempunyai 5 “sub branch” atau Kantor Kas yang berlokasi di tempat-tempat strategi yaitu di Plaza Indonesia, Kota BNI 46, Gedung Usmar Ismail, Gedung sarinah, dan ATD Plaza.
Pada bulan April ‘98 , melalui SK Direksi No. 0166, saya dimutasikan ke Cabang Tangerang, Karawaci (TKR) atas usulan Ibu Liza Tjokrosaputro, selaku Kepala Wilayah Gatot Subroto. Singkat kata, Saya menolak untuk di mutasikan. Alasan, ide, dan pendapat saya, saat itu, melalui memo-memo internal saya ke Kepala Wialayah, Direksi, dan Komisaris diacuhkan alias tidak mendapat tanggapan sama sekali. Memo-memo internal saya berisikan bahwa : Konstribusi saya masih diperlukan untuk membangun, membesarkan Cabang WNR (bersamaan pula, saya menentang rencana internal Bank Lippo versi Kepala Wilayah, yang akan memindahkan Izin Cabang WNR ke Cabang Plaza BII – statusnya Kantor Kas, singkatnya : Kantor Kas Plaza BII berubah menjadi Cabang, sedangkan Cabang WNR menjadi K.K, ini adalah upaya untuk memaksa saya menerima SK Direksi No. 0166) bersama rekan-rekan saya. Dan, tanpa sepengetahuan saya, rekan-rekan saya (55 orang) menulis surat ke Dewan Komisaris (Bp. Mochtar Riady), agar seorang Edgar Affandi, yang humanis, yang pekerja keras, yang selalu punya visi “Lippo Minded” tidak dipindah buru-buru ke cabang TKR. Namun, tidak ada tanggapan sama sekali.
Sejak menulis
Sementara saya bersama ketiga rekan saya : Rizaldi Hartawan, Dewi Yana, Andy Faisal, sebelum di PHK mengalami hal-hal yang lebih buruk dan tidak manusiawi, dan dapat digolongkan sebagai Tindakan Pidana sebagai berikut :
1. Saya difitnah sepihak atas pencairan Kredit “Back to Back” sebesar Rp. 1.5 miliar. Padahal, belakangan tidak terbukti sama sekali. Namun saya, lelah untuk meng”counter" berita-berita “murahan” tersebut dan untuk menjawab telepon puluhan Kepala Cabang lain yang menanyakan, Apakah benar saya manipulasi ?
2. Tindakan tidak menyenangkan dari Kepala Wilayah Gatot Subroto – Ibu Liza Tjokrosaputro, saat melakukan Cross Check secara brutal tentang pemberian 2 buah lukisan bagi Pejabat Kostrad saat sertijab Pimpinan kostrad dari Bp. Sugiono kepada Bp. Prabowo. Saya dituduh melakukan pemberian lukisan fiktif.
3. Tindakan menurunkan kredibilitas saya per tanggal 23 Mei ’98, saat Sdr. Lukito dan Sdr. Robby Mondong (2 “boneka”) Ibu Liza menduduki ruangan dan kantor saya di WNR.
4. Membongkar file-file pribadi saya di komputer ruangan saya (termasuk
5. Saya akan diseret keluar oleh
6. “Mencari-cari kesalahan “ kepemimpinan saya saat Ibu Liza menurunkan “tim audit khusus Kantor Pusat” ke Cabang WNR, dan ternyata tidak ada - setelah 1 bulan lamanya-repotase jelek tentang saya, namun itu saya nilai sepihak karena saya tidak pernah diajak untuk berkomunikasi, berdiskusi dan berdebat atas temuan – temuan tim audit khusus KP tersebut.
Sekarang kasus saya dan rekan-rekan saya : Rizaldi Hartawan, Dewi Yana, dan Andy Faisal ditangani oleh lawyer kami FTA (Fuady, Tommy, Aji Wijaya) Attorneys at Law oleh Bp. Munir Fuady, Bp. Freddy Simatupang dan Bp.Lindu Dwi Purnomo. Sedangkan Bank Lippo dikuasakan kepada Gani Djemat & Partners. Seharusnya sudah ada kesepakatan damai di antara lawyer kedua belah pihak yang berseteru berdasarkan surat No.1772/IX/GD/FIR/98 dari Bp. Humprey Djemat & Firmansyah namun tiba-tiba ada surat “dagelan” dari HRG Bank Lippo No.0620 & 0650 yang tiba-tiba memPHK sepihak saya, atas pengaduan Ibu Liza karena sejak tanggal 8 Juni 1998 saya tidak masuk ke kantor lagi. Aneh, padahal sejak tanggal 23 Mei 1998 kantor Cab. WNR sudah diduduki “oleh boneka-boneka” Ibu Liza. Makanya, ini saya sebut dengan “dagelan”.
Yth. Bp. Habibie, Bp. Wiranto, Bp. Fahmi Idris, Bp. Bambang Subianto, Bp. Muladi, Bp. Adi Sasono, Bp. Amien Rais, Ibu Megawati, ketika Bapak-Bapak dan Ibu sekalian gencar melakukan gerakan reformasi di segala bidang, ternyata kami malah mengalami “deformasi total” baik pada karir kami & lingkungan kerja kami yang sudah baik sebelumnya.
Bapak-bapak & Ibu pendorong pro-reformasi, mohon perhatiannya pada kasus kami ini. Karena kasus kami ini ternyata malah mendapat rasa simpatik & dukungan tak henti-hentinya dari karyawan-karyawan Bank Lippo lainnya (baik pribumi & non pribumi), namun dukungan mereka tidak “frontal”, sebab sebagian besar pendukung kami itu sudah berkeluarga & punya kedudukan baik di Bank Lippo. Lagi pula mereka bisa menjadi “korban” berikutnya. Dan percayalah, sebagian besar karyawan-karyawati Bank
Lippo bila mereka jujur saat ini, mengharapkan adanya perubahan managemen (terutama Presdir & BBG Head I – dijabat oleh kakak adik kandung, yang saat ini
banyak melakukan praktek nepotisme di tubuh Bank Lippo). Sebagai contoh : keluarga Ibu Liza – BBG Head I – dan kakak dari Bp. Eddy Sindoro (Presdir Bank Lippo) sangat banyak menikmati fasilitas kredit dari Bank Lippo dan suka melanggar aturan main perkreditan Bank Lippo. Bukti ada ditangan saya. Juga semua pembangunan Kantor Kas – Kantor Kas baru maupun renovasi Kantor Kas lama biasanya memakai jasa kontraktor sebuah PT. milik pribadi Ibu Liza. Sekali lagi saya punya bukti-buktinya.
Jadi, apabila kasus saya ini dapat “terangkat ke permukaan”, alias “everybody knows well about the real situation in Lippobank”, karyawan-karyawan Bank Lippo senang sekali, karena pasti akan membawa perubahan ke arah yang lebih baik. Kenapa kami berani melakukan ini semua ? Jawabnya : masih single, tidak takut untuk melarat, tidak takut kesana kemari mengejar angkutan umum, yang penting : menegakkan kebenaran & jujur.
Apabila saya menyebut diri sebagai “manager pribumi” yang disia-siakan oleh elite pemimpin Cina di Bank Lippo, bukan berarti saya rasis/sektarian/SARA. Malah sebaliknya, justru saya mempunyai calon pasangan hidup seorang “single white chinese female”. Bagi saya, percuma seseorang berbicara masalah pembauran antara pri & non pribumi, apabila pada sebuah keluarga pribumi tidak terdapat seorang Cina dan begitu pula sebaliknya.
Terakhir, Pak Mochtar Riady & Pak James Riady yang saya hormati, maaf, saya melakukan ini semua, karena justru kami semua akan sangat sayang bila melihat Bank Lippo makin lama makin menurun “performancenya” hanya karena Bp. Mochtar & Bp. James yang sangat sibuk di luar tidak menangkap aspirasi sebagian besar karyawan-karyawan Bank Lippo yang tengah menginginkan perubahan besar dalam managemen internal Bank Lippo, terus kenapa anda berdua masih saja membela Ibu Liza, Bp. Eddy Sindoro, Ibu Vita yang jelas-jelas sudah banyak “makan” korban, namun “korbannya” selama ini diam saja, tetapi pada kasus saya & rekan-rekan saya, yang semuanya masih single & berprestasi bagus, tidak punya “vested interest”, tidak bermain “valas”, tidak dapat menerima begitu saja perlakuan “paranoid” Ibu Liza dan sekutunya : Ibu Vita & Bp. Eddy Sindoro. Bp. Mochtar & Bp. James, berhati-hatilah justru dengan orang – orang dekat Anda, coba sekali-kali “turunlah ke bawah” ke manusia – manusia golongan 12 ke bawah, tanyailah apa mau mereka.
Sekali lagi Pak Mochtar & Pak James, apakah layak seorang Edgar Affandi dan ketiga teman saya, pemimpin cabang WNR dan rekan-rekannya, yang sudah berkarir selama + 6 tahun dan sudah menghasilkan profit bagi Bank Lippo puluhan miliar rupiah, tidak manipulasi & punya “testimony market” bagus dimata : keluarga Bambang Subianto, PT. Indosat, PT. Telkom, Hard Rock Café Group, Bp. Nirwan Bakrie, keluarga besar KOSTRAD, Ibu Karlina Leksono, Mas Garin Nugroho dkk, Ibu Toety Herawati, bisa begitu saja dirusak karirnya begitu rupa oleh Ibu Liza gara – gara berbeda pendapat ?
Dimana kearifanmu Bp. Mochtar & Bp. James ? Seorang Soeharto jatuh gara – gara omongan beberapa orang terdekatnya, bukan tidak mungkin Bp. Mochtar & Bp. James terjerumus hal yang sama ?
Apabila
Apa yang membedakan seorang Edgar dengan Ibu Liza atau seorang Ibu Norita ? Ibu Liza dan Ibu Norita banyak didemo oleh anak-anak buahnya, seorang Edgar banyak dibantu anak-anak buahnya untuk mendemo atasannya.
FX. Edgar Affandi <[EMAIL PROTECTED]>
(Pemimpin Cabang Bank Lippo, Cabang Wisma Nusantara)
NIP : 8316
HP. 0816-834268
Discover Yahoo!
Get on-the-go sports scores, stock quotes, news & more. Check it out!
Komunitas Urang Sunda --> http://www.Urang-Sunda.or.id
Yahoo! Groups Links
- To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/urangsunda/
- To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]
- Your use of Yahoo! Groups is subject to the Yahoo! Terms of Service.