Kumaha tiasa teu nya, upami puasana teh dirobih mung 7 dinten (siang wungkul ulah siang wengi). margi upami teu lepat, upami puasa mati geni kitu mah haram (?) sanes?  Tiasa kahartos, jago pantun teh mung nyesa hiji, da dina zaman ayeuna mah langki jalmi anu sanggem mati geni kanggo pantun :)

 

deny

 

 Tidak Ada Regenerasi untuk Pantun Sunda

Bandung, Kompas - Kesenian Pantun Sunda makin langka karena tidak ada regenerasi untuk melestarikannya. Menurut pemantun Sunda yang tinggal di Ujungberung, Bandung, Endit Syamsyudin (76), pemantun Sunda di Jawa Barat sudah tinggal sedikit.

Di Ujungberung, wilayah yang masih melestarikan kesenian Sunda, tidak ada generasi muda yang mendalami pantun Sunda selain Endit. "Dulu ada dua pemantun Sunda. Selain saya, ada guru saya, yaitu Pak Enjum. Tetapi beliau sudah meninggal," kata Endit di Bandung, pekan lalu.

Endit mengaku sudah beberapa kali didatangi anak muda yang ingin belajar memantun. Namun, tidak ada yang berhasil karena menyerah di tengah jalan. Hal ini disebabkan Endit tetap konsisten mengajarkan kesenian pantun dengan cara yang ia lalui di zaman dahulu, yaitu melalui puasa tujuh hari tujuh malam sebagai ritual awal belajar pantun.

Setelah ritual pertama, orang yang ingin mempelajari pantun harus menghapal pantun-pantun dari buku-buku Sunda kuno, seperti pantun-pantun dalam sejarah Mundinglaya, Babad Arab, dan Babad Jawa. Pantun-pantun dalam buku tersebut terdiri dari pantun bersifat sindiran, lelucon, nasihat, dan lainnya.

Pantun Sunda selama ini merupakan pantun yang dihapalkan, bukan pantun ciptaan baru. "Saya pernah juga menciptakan, tetapi untuk memasukkan pantun ciptaan dalam pementasan harus dibicarakan dulu dengan pakar-pakar budaya Sunda. Kalau diizinkan, baru bisa digunakan," kata Endit.

Menurut Endit, selain tidak ada regenerasi, undangan untuk mementaskan pantun Sunda sudah sangat sedikit. "Pada tahun-tahun sebelum 1980, hampir setiap hari saya keliling kota untuk memantun. Sekarang saya hanya memantun empat kali dalam sebulan," ujar Endit lebih lanjut.

Tetapi frekuensi memantunnya masih terbilang banyak untuk zaman ini, sebab teman-teman pemantun lainnya sudah sangat jarang mendapat panggilan untuk memantun.

Akan tetapi, Endit masih mementaskan pantun Sunda hingga ke luar Jawa Barat, seperti Pulau Batam dan Madura. Menurut Endit, berkurangnya apresiasi masyarakat terhadap pantun Sunda disebabkan makin derasnya media hiburan.

"Sebetulnya, turunnya pamor pantun Sunda sudah tampak sejak radio sudah masuk desa. Sekarang televisi makin merajalela, pantun Sunda makin tersingkir," ujar Endit yang sering mementaskan pantun Sunda di acara-acara pernikahan.

Endit tidak yakin pantun Sunda bisa tetap lestari dalam beberapa tahun mendatang. Menurut catatan Kompas, dari 243 jenis seni Sunda, 30 di antaranya tidak berkembang dan hampir punah, meliputi seni pantun, tari, dan suara.

Jenis seni Sunda yang tidak berkembang, antara lain, adalah kliningan, reog, dan tari klasik. Sedangkan yang hampir punah adalah pantun Sunda, jenaka Sunda, tarawangsa, rengkong, longser, sintren, dan manorek. (y09)

__________________________________________________
Do You Yahoo!?
Tired of spam? Yahoo! Mail has the best spam protection around
http://mail.yahoo.com

Komunitas Urang Sunda --> http://www.Urang-Sunda.or.id




Yahoo! Groups Links

<<image/gif>>

<<image/gif>>

Kirim email ke