Matak reueus Mbak Helvi Tiana Rosa kagungan putra nu nembe 9 taun 
tapi mani soleh kieu. Subhanallah.
Mangga diaos, mudah-mudahan aya manfaatna. Punten teu disundakeun.
Baktos,
Teteh
===========
Kacamata Edwin

Jun 12, '05 7:33 AM ET
for everyone

Peristiwa ini terjadi beberapa bulan lalu. Waktu itu bunda dan teman-
teman Forum Lingkar Pena membuat acara FLP Peduli Aceh di Taman 
Ismail Marzuki. Aku diminta menyumbang baca puisi. Ada juga Datuk 
Taufiq Ismail, Datuk Hamsad Rangkuti, Om Chaerul Umam, Tante Rieke 
Dyah Pitaloka, Tante Astri Ivo, Tante Yessy Gusman, dan lain-lain. 
Om Agus Nuramal alias PM Toh juga ada lho.

Selain acara apresiasi seni dan lelang buku karya anggota FLP Aceh 
yang menjadi korban tsunami, ada juga lelang lainnya. Semua hasil 
lelang diberikan untuk korban tsunami. Hari itu aku juga sudah bedol 
celengan untuk ikut membeli apa yang dilelang. Kalau aku sanggup sih 
alias yang tidak begitu mahal. Kan sama saja menyumbang, malah dapat 
barang lagi.

Pertama, aku beli seprai Spiderman seharga dua ratus ribu. Aku beli 
peci Igo Ilham seharga enam puluh ribu. Terus aku belikan bunda 
selendang Tante Yessy Gusman: dua ratus ribu. Aku beli sketsa Om 
Andi Yudha seratus ribu. Selain barang-barang itu aku tidak sanggup 
membelinya karena harganya lebih mahal.

Tak lama kemudian, Om Eki, Tante Asma dan Om Boim Lebon, menawarkan 
kacamata. Aku bilang sih keren! Kacamata itu milik Edwin, artis lucu 
yang dari Aceh itu lho. 

Waktu ditawarkan pada yang hadir, mereka tidak terlalu menanggapi. 
Mulanya ada yang menawar seratus, lalu seratus limapuluh, terus aku 
tawar dua ratus ribu. Sebenarnya aku tak perlu kacamata, tapi kan 
uangnya untuk Aceh, ya aku jadikan perlu saja.

Ternyata sudah dihitung sampai lebih dari tiga kali, tidak ada yang 
menawar lagi. Alhamdulillah akhirnya disahkan. Aku yang dapat 
kacamata itu! Tapi mengapa Bunda sedih? 

"Bunda kenapa? Kan aku beli. Kan uangnya untuk Aceh! Bunda marah aku 
beli yang tidak diperlukan?"

Bunda menggelang. "Harga kacamata itu sebenarnya jutaan rupiah, 
Nak," kata Bunda.

"Ya terus kenapa, Bunda?"

"Kamu hanya membelinya dua ratus ribu," ujar bunda lagi.

"Tapi kalau aku tidak beli, yang lain tidak beli Bunda. Dua ratus 
ribu kan lumayan!" aku bingung.

"Ya bunda dan teman-teman bunda pikir kacamata itu akan laku lebih 
mahal. Sudahlah nggak apa. Bukan salah Faiz…," Bunda mencoba 
tersenyum.

Aku coba kacamata itu beberapa kali. Aku bilang sih keren. Ini pasti 
kacamata  mahal. Tiba-tiba aku suka sekali dengan kacamata itu. Aku 
akan merawatnya baik-baik! Aku genggam, aku lihat berulangkali. Ah, 
kacamata yang hebat. Aku cinta padamu.

Aku sedang duduk menyaksikan acara yang hampir berakhir, ketika 
Bunda datang dan mengajakku ngobrol. Ada apa? Kelihatannya penting?

"Faiz benar mau nyumbang buat Aceh? Ikhlas?"

"Iya Bunda. Kan aku bedol celengan," jawabku mantap.

"Faiz suka kacamata itu?"

"Banget!" kataku mengangguk.

"Kalau ada orang yang mau beli kacamata itu 1,5 juta bagaimana?"

"Bagus bunda. Tapi dia telat. Kan aku udah sah jadi pembelinya."

Bunda diam sebentar. "Pak Jalal dari FBA Press baru saja sms mau 
beli kacamata itu seharga 1,5 juta. Faiz tahu artinya?"

"Apa?"

"Artinya sumbangan untuk saudara-saudara di Aceh jadi lebih banyak," 
kata Bunda sambil membelai kepalaku.

Aku diam lama sekali. Aku suka kacamata ini. Elit. Aku tak akan bisa 
membelinya di toko karena pasti mahal. 

Bunda tersenyum menatapku. "Terserah Faiz. Sebenarnya kacamata itu 
sudah punya Faiz."

Aku menunduk. Menatap kacamata yang kupegang dengan dua tanganku. 
Aku suka sekali. Aku sudah sah membelinya. Bahkan aku sudah 
mendapatkan kwitansi pembeliannya sejak dua jam lalu.

"Ya sudah, nggak apa," kata Bunda. Bunda beranjak meninggalkanku.

"Bunda…!" suaraku seperti tercekik saat memanggil Bunda.

Bunda menoleh.

"Kalau memang ada yang mau beli lebih mahal, aku rela," kuserahkan 
kacamata itu pada Bunda. "Aku kembalikan…,anggap saja belum ada yang 
membeli…."

Bunda memelukku kuat-kuat. "Faiz nggak apa?"

Aku menggeleng. "Uang untuk korban tsunami bertambah kan?"

Bunda mengangguk berkali-kali. "Faiz hebat. Soleh!"

Kulihat untuk terakhir kalinya kacamata yang kemudian dibawa Bunda 
pada panitia. Kacamata itu akan menjadi milik Pak Jalal.

Setelah Bunda berlalu, entah mengapa ada sesuatu yang menjalar di 
hati. Aku merasa lega. Ah, siapa yang butuh kacamata? Yang aku 
butuhkan adalah senyum saudara-saudaraku di Aceh…. 

  

(Abdurahman Faiz)






Komunitas Urang Sunda --> http://www.Urang-Sunda.or.id
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/urangsunda/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



Kirim email ke