Nyaeta kang, kuring ge sok rumahuh ngusap dada 'masya alloh' lamun seug nongton sinetron-sinetron
tivi kiwari, na teu baroga 'imtaq' kitu, na ngan ngukur duit hungkul..?
Nya ahirna kuring mah nu sok ditongton teh Bajaj Bajuri we, tapi cenah mah eta ge 'teu ngadidik'
alatan si ema na culasna kabina-bina, si pa yanto kabeukina maen awewe, jrrd.
Tapi lah 'daripada daripada ya mendingan mendingan'.....
 
Kumaha tah ...lur
----- Original Message -----
Sent: Sunday, July 03, 2005 7:41 PM
Subject: [Urang Sunda] Sinetron nurustunjung !

Punten Teu Disundakeun.

Subject: Keprihatinan atas Sinetron Indonesia

Suara pembaca harian Kompas edisi 28/06/05
Semoga menjadi cermin bagi insan film/sinetron indonesia

--------------------------------------------------------------------------------------
Sinetron Butuh Perhatian

Kekerasan, khayalan, kebodohan, kemewahan telah menjadi menu utama
sinetron Indonesia, baik sinetron yang ditujukan untuk anak-anak, ABG
(anak baru gede), maupun dewasa. Prihatin! Kondisi ini tidak bisa
didiamkan terus-menerus jika mental dan watak bangsa
IndonesiaElt;br>terutama generasi mudanya-tidak ingin bertambah buruk,
rusak, dan
terpuruk. Pemerintah tidak lagi bisa menutup mata dan berdiam diri
dengan kenyataan ini. Ini tampak seperti hal kecil, tetapi
sesungguhnya memiliki dampak yang sangat besar. Hal ini karena
televisi adalah media komunikasi yang sangat dekat dengan masyarakat
dan sangat cepat untuk dapat memengaruhi perilaku seseorang.

Jika tayangan yang buruk terus dipertontonkan kepada masyarakat, maka
tinggal menunggu kehancuran bangsa ini. Pemerintah harus bertindak
tegas dan membuat aksi konkret untuk memperbaiki isi dan mutu
televisi Indonesia, terutama sinetron. Perlu tindakan cepat dari
pemerintah jika ingin menyelamatkan mental dan watak bangsa Indonesia
agar tidak bertambah rusak parah. Bayangkan seorang anak kecil
diajarkan untuk membenci dan menyakiti teman, melawan orangtua,
meracuni orang lain. Apakah contoh seperti ini yang akan diberikan
kepada generasi penerus? Saya yakin banyak warga Indonesia yang
merasakan ketidakbenaran tayangan televisi Indonesia, terutama
sinetron.

Artis Indonesia yang memiliki anak juga tentu merasakan hal yang
sama, namun herannya mereka juga mau terlibat dalam film/sinetron
yang mempertunjukkan kejahatan, keculasan, takhayul, seks, dan
sebagainya. Pemerintah khususnya dan para rumah produksi, juga para
pekerja seni serta pelaku usaha industri televisi seharusnya memiliki
kepedulian atas kondisi ini. Jangan kita mau diperbudak oleh uang
dengan mengorbankan hati nurani.

Pemerintah, mohon perhatiannya segera.

*(Dedi Iskandar Jl Cempaka Putih Barat III, Jakarta Pusat)*



Komunitas Urang Sunda --> http://www.Urang-Sunda.or.id




Komunitas Urang Sunda --> http://www.Urang-Sunda.or.id




YAHOO! GROUPS LINKS




Kirim email ke