Check out this new journal entry I've put on Multiply. To add a comment to it, or see the other stuff I've posted, you'll need to join Multiply first if you haven't already (don't worry it doesn't cost anything).

You might be wondering what Multiply is -- it's a great new way to keep in touch. Check it out when you get a chance.

If you don't want to receive these messages, just let me know.

Journal EntryWorkshop Kepenulisan di Negeri Seribu MenaraJul 8, '05 11:34 AM ET
for everyone

Kami, saya, Gola Gong, Fauzil Adhim dan Irwan Kelana akhirnya jadi juga terbang ke bumi Kinanah yang juga terkenal dengan sebutan Negeri Seribu Menara.

Pukul 10.00 hari Senin, saya sudah out dari rumah dan mampir dulu di GIP, karena akan bareng dengan Fauzil Adhim yang telah menginap selama dua malam di Wisma Gip. Ini disebabkan pengurusan visa oleh travel yang agak... bagaimana yaaah, kurang terampil atau mungkin memang ada masalah, entahlah! Yang jelas, kami sempat dibikin degdegplaaaa tentang visa dan tiket ini!

Bahkan Gola Gong sempat bilang; "Kayaknya saya gak jadi aja deh, banyak kerjaan neh!"

"Wuaduuuh, kasihan atuh sama adik-adik panitia di Mesir. Mereka sampai urusan gitu untuk mendatangkan kita," bujuk saya yang juga sempat pening dibuatnya, sebenarnya karena saya gak pegang duiiiit. Hihi, beneraan ini mah modal nekad doang! Mo ke mancanegara biasanya orang siap dengan bekal banyak biar bisa beli oleh-oleh, tapi saya emang lagi gak punya doku tuh. Baru ditransfusi pula!

Tapi Allah memudahkan, ide Butet untuk menyumbangkan cerpen-cerpennya, disambut cepat oleh Haekal juga bapak mereka. Maka, jadilah sebuah antologi keluarga saya yang kedua setelah Lukisan Perkawinan. Saya ambil judulnya Benang Merah Cinta, karena memang terkandung kecintaan anak-anak dan suami untuk memberangkatkan emaknya ini ke mancanegara.

Pukul empat sore, kami bertemu di bandara Sukarno-Hatta. Irwan LKe;lana dengan pet Republikanya yang mengingatkanku kepada sosok seorang republikan tulen, gayanya itu boooo, neciiis banget nih anak, eeh... Emang, ya wajah Irwan Kelana ini di mata ssaya selalu tampak boyish, mungkin gara-gara dia nikah muda, jadi muda dan segaaar selalu, hehehe!

Kami tunggu beberapa saat, akhirnya muncul juga Gola Gong dengan kalung RCTI-nya, guanteeeng doi nih kalo mo ke mancanegara, hehe. Maaf ya Tias, emang bapaknya Bila kan begitu, yah?

Kami diskusi tentang berbagai hal persiapan terbang. Fauzil Adhim lari dulu membelikanku minuman rumpyt laut, karena kita tahu beliau ini anti aqua. Gola Gong harus gesekkkan dulu kreditcardnya untuk bayar fiskal dan tax. Saya sendiri nekad saja gak bawa dolar, karena dengan keyakinan bahwa buku-buku yang kami bawa akan lakuuu!

Lahaola walaquwwatta....

Oya, buku yang dibawa adalah Jendela Cinta (antologi Aceh, GIP) 50 eksemplar, Meretas Ungu 50 eksemplar dan Ketika Cinta Menemukanmu (Antologi Milad 8 FLP) 50 eksemplar, lumayan tuh sampai sekoper gedeeeee banget ditambah satu travel punya Haekal.

Timbangannnya gak lewat dari berat yang diharuskan, alhamdulillah.

Kami pun naik pesawat boeing 777 (kata Fauzil) Singapore Airlines pukul 19.30.

Ada banyak hal yang norak (pastilah!) mewarnai penerbangan kami, terutama bagi saya yang baru pertama kali inilah ke mancanegara. Kalau keliling Indonesia, jam terbang saya sudah lumayanlah. Ini pesawat besaaaaar, euleuh-euleuh!

Saya mendapatkan kursi di samping sang Ustad, di pinggir jendela, asyiiiik!

Ngobrol dengan ustad yang beken dengan buku serial Pernikahan Dini-nya ternyata banyak ibrah dan nikmatnya, ustad satu ini piawai sekali dalam hal mengompori orang untuk ;"Mari kita mengubah dunia dengan buku!"

Makan malam pun dihidangkan dengan makanan ala Barat, saladnya enak dan segar.

Kami transit di Singapore, ganti pesawat, sempat lihat-lihat suasana bandara Changi. Yang menarik bagi saya adalah deratan tokonya, orang dari berbagai negara belanja di sini. Farfumnya haruuuum!

Sempat buka internet dengan Gola Gong, di areal free internet, tapi gak bisa lama.

Maka, kami pun kembali terbang menuju Dubai.

Baru beberapa saat di pesawat... dijamu lagi makan malam... hihi, jadi dobel neh, pikir saya geli camopur senang. Ini masih bisa dimasukkkan ke perut yang kelaparan, karena sejak siang makannya gak karuan.

Nah, tiba di Dubai.... kami sempat foto-foto, waaah... pendeknya norak banget deh saya ini!

Fotonya insya Allah akan doipajang nanti ya, karena masih di laptopnya Fauzil Adhim.

Nah.... pesawat ganti tengah malam... makan malam lageee!

Wuih, ala Barat dengan salad segarnya... tapi perut keburu kenyaaang!

Cuma diicip-icip saja, heran daku melihat ustad kok masih bisa melahapnya?

Saya sempat menemukan ide untuk novel yang akan datang, dan secepatnya kutulis di PDA yang dipinjamkan oleh Ninik Handrini.

Menjelang subuh ketiduran lelap, setelah dibangunkan segar dengan kain fresh yang ditawarkan pramugari, ramah-ramah looooh...

tepatnya pukul 06.09, tibalah kami di bandara Mathor (kata Sausan gitu loh!) Mesir.

Di sini saya sempat syok, karena Fauzil ditahan selama 10 menit. Aduuuuh, ada apa dengan Ustad?

Ternyata hanya iseng aja kali tuh petugas imigrasi, seperti kejadian di Singapore, Gola Gong yang digeladah sampai dompetnya...

Pas mau keluar, aduuuh... giliran koperku dibuka, bahkan amplop bingkisan orangtua hifzi dibuka... isinya hanya surat dan obat gsook..

ditutup kembali, giliran kper travel... buku apa ini? buat apa dan sebagainya dalam bahasa Inggris, yang dijawab dengan taktis oleh Gola Gong, Irwan Kelana dan Fuzil Adhim. Saya mah atuh bengoooonmg sajah, ya Sodara!

Takuuut beneran, saya bayangkan bagaimana kalo ada yang jahil memasukkkan geroin ke koperku, trus saya dipenjarakan di bawah tanah... hiiiiy, matilah daku!

Terjrmahannya kali gini ya;

"Buku apa ini?"

Gola Gong: "Ini novel karya teman saya, dia seorang penulis Indonesia!"

Irwan Kelana: "Novel in Indonesian Language..."

Fauzil Adhim: "Wasweswooos...."

Maklum, paling fasihlah beliau ini!

"Buku seperti apa?"

"Seperti Najib Khaelani!"

"Naguib Mahmood!"

"Muhammad \Haekal..." Ini kata saya, tauk tuh tiba-tiba inget anakku dengan buku karya Muhammad Haekal yang menginspirasi selama mengandung putraku itu.

"Ooooh, Muhammad Haekal, yaaa... ya... ya..."

Kami pun dipersilakan keluar dengan minta maaf lebih dulu.

Ploooong!

Tapi airmata mulai menggenang di pelupukmataku, ini negeri Kinanah, ini luar negeri, Firaun, Mesir... dan segala kendala yang pernah kami lalui untuk sampai di sini pun berseliweran di kepalaku. Sementara dari balik kaca kulihat beberapa orang yang telah kukenal, antara lain Pak Atdikbud Bapak Sholeh dan Erna, Zaki, Tawali, Sausan... perpaduan panitia yang sangat indah!

Saya menangis terharuuuuu sekali!

Waaah.... ini udah mo magrib, nanti kita lanjutkan laporan perjalanannya ya!

Sampai jumpa!

 

 

 

 




Komunitas Urang Sunda --> http://www.Urang-Sunda.or.id




YAHOO! GROUPS LINKS




Reply via email to