Buat yang sudah pernah membaca alangkah baiknya membaca kembali.
Mungkin ada hidayah yang dapat kita petik dari cerita dibawah ini.
^(J)^

-----Original Message-----
From: Linda Novita [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
 
 
Tujuh kali naik Haji tidak bisa melihat Ka'bah



true story... 

Kisah Nyata...Tujuh kali naik Haji tidak bisa melihat Ka'bah 

Sebagai seorang anak yang berbakti kepada orang tuanya, Hasan (bukan

nama sebenarnya), mengajak ibunya untuk menunaikan rukun Islam yang

kelima. 

Sarah (juga bukan nama sebenarnya), sang Ibu, tentu senang dengan

ajakan anaknya itu. Sebagai muslim yang mampu secara materi, mereka
memang

berkewajiban menunaikan ibadah Haji. 

Segala perlengkapan sudah disiapkan. Singkatnya ibu anak-anak ini
akhirnya

berangkat ke tanah suci. Kondisi keduanya sehat wal afiat, tak kurang
satu

apapun. Tiba harinya mereka melakukan thawaf dengan hati dan niat ikhlas

menyeru panggilan Allah, Tuhan Semesta Alam. "Labaik allahuma labaik,
aku

datang memenuhi seruanMu ya Allah". 

Hasan menggandeng ibunya dan berbisik, "Ummi undzur ila Ka'bah (Bu,

lihatlah Ka'bah)." Hasan menunjuk kepada bangunan empat persegi berwarna

hitam itu. Ibunya yang berjalan di sisi anaknya tak beraksi, ia terdiam.

Perempuan itu sama sekali tidak melihat apa yang ditunjukkan oleh
anaknya. 

Hasan kembali membisiki ibunya. Ia tampak bingung melihat raut wajah

ibunya. Di wajah ibunya tampak kebingungan. Ibunya sendiri tak mengerti

mengapa ia tak bisa melihat apapun selain kegelapan. beberapakali ia

mengusap-usap matanya, tetapi kembali yang tampak hanyalah kegelapan. 

Padahal, tak ada masalah dengan kesehatan matanya. Beberapa menit yang

lalu ia masih melihat segalanya dengan jelas, tapi mengapa memasuki

Masjidil  Haram segalanya menjadi gelap gulita. Tujuh kali Haji Anak
yang sholeh itu

bersimpuh di hadapan Allah. Ia shalat memohon ampunan-Nya. Hati Hasan

begitu

sedih. Siapapun yang datang ke Baitulah, mengharap rahmatNYA. Terasa
hampa

menjadi tamu Allah, tanpa menyaksikan segala kebesaran-Nya, tanpa
merasakan

kuasa-Nya dan juga rahmat-Nya. 

Hasan tidak berkecil hati, mungkin dengan ibadah dan taubatnya yang

sungguh-sungguh, Ibundanya akan dapat merasakan anugrah-Nya, dengan
menatap

Ka'bah, kelak. Anak yang saleh itu berniat akan kmebali membawa ibunya

berhaji tahun depan. Ternyata nasib baik belum berpihak kepadanya. 

Tahun berikutnya kejadian serupa terulang lagi. Ibunya kembali

dibutakan di dekat Ka'bah, sehingga tak dapat menyaksikan bangunan yang

merupakan symbol persatuan umat Islam itu. Wanita itu tidak bisa melihat

Ka'bah. 

Hasan tidak patah arang. Ia kembali membawa ibunya ke tanah suci tahun

berikutnya. 

Anehnya, ibunya tetap saja tak dapat melihat Ka'bah. Setiap berada di

Masjidil Haram, yang tampak di matanya hanyalah gelap dan gelap. 

Begitulah keganjilan yang terjadi pada diri Sarah. hingga kejadian itu
berulang

sampai tujuh kali menunaikan ibadah haji.

 

Hasan tak habis pikir, ia tak mengerti, apa yang menyebabkan ibunya

menjadi buta di depan Ka'bah. Padahal, setiap berada jauh dari Ka'bah,

penglihatannya selalu normal. Ia bertanya-tanya, apakah ibunya punya

kesalahan sehingga mendapat azab dari Allah SWT ?. Apa yang telah
diperbuat

ibunya, sehingga mendapat musibah seperti itu ? Segala pertanyaan

berkecamuk

dalam dirinya. Akhirnya diputuskannya untuk mencari seorang alim ulama,

yangdapat membantu permasalahannya.

Beberapa saat kemudian ia mendengar ada seorang ulama yang terkenal

karena kesholehannya dan kebaikannya di Abu Dhabi (Uni Emirat). Tanpa

kesulitan berarti, Hasan dapat bertemu dengan ulama yang dimaksud.

 

Ia pun mengutarakan masalah kepada ulama yang saleh ini. Ulama itu

mendengarkan dengan seksama, kemudian meminta agar Ibu dari hasan mau

menelponnya. anak yang berbakti ini pun pulang. Setibanya di tanah

kelahirannya, ia meminta ibunya untuk menghubungi ulama di Abu Dhabi

tersebut. Beruntung, sang Ibu mau memenuhi permintaan anaknya. Ia pun
mau

menelpon ulama itu, dan menceritakan kembali peristiwa yang dialaminya
di

tanah suci. Ulama itu kemudian meminta Sarah introspeksi, mengingat
kembali,

mungkin ada perbuatan atau peristiwa yang terjadi padanya di masa lalu,

sehingga ia tidak mendapat rahmat Allah. Sarah diminta untuk bersikap

terbuka, mengatakan dengan jujur, apa yang telah dilakukannya.

 

"Anda harus berterus terang kepada saya, karena masalah Anda bukan

masalah sepele," kata ulama itu pada Sarah. Sarah terdiam sejenak.
Kemudian

ia meminta waktu untuk memikirkannya. Tujuh hari berlalu, akan tetapi
ulama

itu tidak mendapat kabar dari Sarah. Pada minggu kedua setelah
percakapan

pertama mereka, akhirnya Sarah menelpon. "Ustad, waktu masih muda, saya

bekerja sebagai perawat di rumah sakit," cerita Sarah akhirnya. "Oh,

bagus.....Pekerjaan perawat adalah pekerjaan mulia," potong ulama itu.

"Tapi saya mencari uang sebanyak-banyaknya dengan berbagai cara, tidak
peduli,

apakah cara saya itu halal atau haram," ungkapnya terus terang. Ulama
itu

terperangah. Ia tidak menyangka wanita itu akan berkata demikian.

 

"Disana...." sambung Sarah, "Saya sering kali menukar bayi, karena

tidak semua ibu senang dengan bayi yang telah dilahirkan. Kalau ada yang

menginginkan anak laki-laki, padahal bayi yang dilahirkannya perempuan,

dengan imbalan uang, saya tukar bayi-bayi itu sesuai dengan keinginan

mereka." 

Ulama tersebut amat terkejut mendengar penjelasan Sarah.

"Astagfirullah......" betapa tega wanita itu menyakiti hati para ibu
yang

diberi amanah Allah untuk melahirkan anak. bayangkan, betapa banyak

keluarga yang telah dirusaknya, sehingga tidak jelas nasabnya. 

Apakah Sarah tidak tahu, bahwa dalam Islam menjaga nasab atau

keturunan sangat penting.

 

Jika seorang bayi ditukar, tentu nasabnya menjadi tidak jelas.

Padahal, nasab ini sangat menentukan dalam perkawinan, terutama dalam

masalah mahram atau muhrim, yaitu orang-orang yang tidak boleh dinikahi.


"Cuma itu yang saya lakukan," ucap Sarah. "Cuma itu ?" tanya ulama

terperangah. "Tahukah anda bahwa perbuatan Anda itu dosa yang luar
biasa,

betapa banyak keluarga yang sudah Anda hancurkan !". ucap ulama dengan
nada

tinggi.

 

"Lalu apa lagi yang Anda kerjakan ?" tanya ulama itu lagi sedikit

kesal. "Di rumah sakit, saya juga melakukan tugas memandikan orang
mati." 

"Oh bagus, itu juga pekerjaan mulia," kata ulama. "Ya, tapi saya

memandikan orang mati karena ada kerja sama dengan tukang sihir." 

"Maksudnya ?". tanya ulama tidak mengerti. "Setiap saya bermaksud

menyengsarakan orang, baik membuatnya mati atau sakit, segala perkakas

sihir itu sesuai dengan syaratnya, harus dipendam di dalam tanah. Akan

tetapi saya tidak menguburnya di dalam tanah, melainkan saya masukkan

benda-benda itu ke dalam mulut orang yang mati." 

"Suatu kali, pernah seorang alim meninggal dunia. Seperti biasa, saya

memasukkan berbagai barang-barang tenung seperti jarum, benang dan
lain-lain

ke dalam mulutnya. Entah mengapa benda-benda itu seperti terpental,
tidak

mau masuk, walaupun saya sudah menekannya dalam-dalam. Benda-benda itu

selalu kembali keluar. Saya coba lagi begitu seterusnya berulang-ulang.

Akhirnya, emosi saya memuncak, saya masukkan benda itu dan saya jahit

mulutnya. Cuma itu dosa yang saya lakukan." Mendengar penuturan Sarah
yang

datar dan tanpa rasa dosa, ulama itu berteriak marah. 

"Cuma itu yang kamu lakukan ?". "Masya Allah....!!! Saya tidak bisa

bantu anda. Saya angkat tangan".

 

Ulama itu amat sangat terkejutnya mengetahui perbuatan Sarah. Tidak

pernah terbayang dalam hidupnya ada seorang manusia, apalagi ia adalah

wanita, yang memiliki nurani begitu tega, begitu keji. Tidak pernah
terjadi

dalam hidupnya, ada wanita yang melakukan perbuatan sekeji itu. Akhirnya

ulama itu berkata, "Anda harus memohon ampun kepada Allah, karena hanya

Dialah yang bisa mengampuni dosa Anda."

 

Bumi menolaknya. Setelah beberapa lama, sekitar tujuh hari kemudian

ulama tidak mendengar kabar selanjutnya dari Sarah. Akhirnya ia mencari
tahu

dengan menghubunginya melalui telepon. Ia berharap Sarah telah bertobat
atas

segala yang telah diperbuatnya. Ia berharap Allah akan mengampuni dosa

Sarah, sehingga Rahmat Allah datang kepadanya. Karena tak juga
memperoleh

kabar, ulama itu menghubungi keluarga Hasan di mesir. Kebetulan yang

menerima telepon adalah Hasan sendiri. Ulama menanyakan kabar Sarah,

ternyata kabar duka yang diterima ulama itu.

 

"Ummi sudah meninggal dua hari setelah menelpon ustad," ujar Hasan.

Ulama itu terkejut mendengar kabar tersebut. "Bagaimana ibumu meninggal,

Hasan ?". tanya ulama itu. 

Hasanpun akhirnya bercerita :

 

Setelah menelpon sang ulama, dua hari kemudian ibunya jatuh sakit dan

meninggal dunia. Yang mengejutkan adalah peristiwa penguburan Sarah.
Ketika

tanah sudah digali, untuk kemudian dimasukkan jenazah atas ijin Allah,

tanah

itu rapat kembali, tertutup dan mengeras. Para penggali mencari lokasi
lain

untuk digali. Peristiwa itu terulang kembali. Tanah yang sudah digali

kembali menyempit dan tertutup rapat. Peristiwa itu berlangsung begitu

cepat, sehingga tidak seorangpun pengantar jenazah yang menyadari bahwa

tanah itu kembali rapat. Peristiwa itu terjadi berulang-ulang. 

Para pengantar yang menyaksikan peristiwa itu merasa ngeri dan merasakan

sesuatu yang aneh terjadi. Mereka yakin, kejadian tersebut pastilah

berkaitan dengan perbuatan si mayit.

Waktu terus berlalu, para penggali kubur putus asa dan kecapaian

karena pekerjaan mereka tak juga usai. Siangpun berlalu, petang
menjelang,

bahkan sampai hampir maghrib, tidak ada satupun lubang yang berhasil

digali.

Mereka akhirnya pasrah, dan beranjak pulang. Jenazah itu dibiarkan saja

tergeletak di hamparan tanah kering kerontang.

 

Sebagai anak yang begitu sayang dan hormat kepada ibunya, Hasan tidak

tega meninggalkan jenazah orang tuanya ditempat itu tanpa dikubur.
Kalaupun

dibawa pulang, rasanya tidak mungkin. Hasan termenung di tanah
perkuburan

seorang diri. Dengan ijin Allah, tiba-tiba berdiri seorang laki-laki
yang

berpakaian hitam panjang, seperti pakaian khusus orang Mesir. Lelaki itu

tidak tampak wajahnya, karena terhalang tutup kepalanya yang menjorok ke

depan. Laki-laki itu mendekati Hasan kemudian berkata padanya," Biar aku

tangani jenazah ibumu, pulanglah!". kata orang itu.

 

Hasan lega mendengar bantuan orang tersebut, Ia berharap laki-laki itu

akan menunggu jenazah ibunya. Syukur-syukur mau menggali lubang untuk

kemudian mengebumikan ibunya. "Aku minta supaya kau jangan menengok ke

belekang, sampai tiba di rumahmu, "pesan lelaki itu. Hasan mengangguk,

kemudian ia meninggalkan pemakaman. Belum sempat ia di luar lokasi

pemakaman, terbersit keinginannya untuk mengetahui apa yang terjadi
dengan

kenazah ibunya.

 

Sedetik kemudian ia menengok ke belakang. Betapa pucat wajah Hasan,

melihat jenazah ibunya sudah dililit api, kemudian api itu menyelimuti

seluruh tubuh ibunya. Belum habis rasa herannya, sedetik kemudian dari
arah

yang berlawanan, api menerpa wajah Hasan. Hasan ketakutan. Dengan
langkah

seribu, ia pun bergegas meninggalkan tempat itu.

 

Demikian yang diceritakan Hasan kepada ulama itu. Hasan juga mengaku,

bahwa separuh wajahnya yang tertampar api itu kini berbekas kehitaman

karena

terbakar. Ulama itu mendengarkan dengan seksama semua cerita yang

diungkapkan Hasan. Ia menyarankan, agar Hasan segera beribadah dengan

khusyuk dan meminta ampun atas segala perbuatan atau dosa-dosa yang
pernah

dilakukan oleh ibunya. Akan tetapi, ulama itu tidak menceritakan kepada

Hasan, apa yang telah diceritakan oleh ibunya kepada ulama itu.

 

Ulama itu meyakinkan Hasan, bahwa apabila anak yang soleh itu memohon

ampun dengan sungguh-sungguh, maka bekas luka di pipinya dengan ijin
Allah

akan hilang. Benar saja, tak berapa lama kemudian Hasan kembali
mengabari

ulama itu, bahwa lukanya yang dulu amat terasa sakit dan panas luar
biasa,

semakin hari bekas kehitaman hilang. Tanpa tahu apa yang telah dilakukan

ibunya selama hidup, Hasan tetap mendoakan ibunya. Ia berharap, apapun

perbuatan dosa yang telah dilakukan oleh ibunya, akan diampuni oleh
Allah

SWT.

------------

Semoga kisah nyata dari Mesir ini bisa menjadi pelajaran bagi kita

semua. Uang Rp 50.000 atau S$50 kelihatan begitu besar bila dibawa ke
kotak

derma masjid, tetapi begitu kecil bila kita bawa ke supermarket. 45
menit

terasa terlalu lama untuk berzikir tapi betapa pendeknya waktu itu untuk

pertandingan bola sepak. Semua insan ingin memasuki syurga tetapi tidak

ramai yang berfikir dan berbicara tentang bagaimana untuk memasukinya.

 

Kita mengirimkan ribuan 'jokes' dan 'suratberantai' melalui e-mail

tetapi bila  mengirimkan yang berkaitan dengan ibadah seringkali
berfikir 2 atau 3 kali.

 

OLEH ITU JANGAN BIARKAN DIRI KITA INI MENJADI SEBAHAGIAN DARI KELUCUAN
TERSEBUT, INSYA'ALLAH.

Wassalamualaikum

 







------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
<font face=arial size=-1><a 
href="http://us.ard.yahoo.com/SIG=12h5hc0qq/M=362329.6886307.7839373.3022212/D=groups/S=1705013556:TM/Y=YAHOO/EXP=1122981885/A=2894324/R=0/SIG=11hia266k/*http://www.youthnoise.com/page.php?page_id=1998";>1.2
 million kids a year are victims of human trafficking. Stop slavery</a>.</font>
--------------------------------------------------------------------~-> 

Komunitas Urang Sunda --> http://www.Urang-Sunda.or.id
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/urangsunda/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



Reply via email to