Punten teu disundakeun,.. -----Original Message----- From: Ashari Sent: Friday, August 12, 2005 8:31 AM To: Anggoro; Aribali; Asep Saeful Huda; Djefri C; Dwi Rini; Emir Sadikin; Hartono Susanto; Hero Djoni; Heryanto Earl Liawand, Ir; Kukuh Sulaksono; Lena; Lilis Nuraeni; Luwardi; Miih; Riyanto; Rudy Subrata; Sugeng Ramdani; Supana; umam; Windy Hanjaya; Mifti Haris; Melda Subject: FW: [sehat] (ARTIKEL) Impian Kita, Impian Anakkah?
Impian Kita, Impian Anakkah? Orangtua mana yang tak bangga melihat anaknya berprestasi, apalagi menjadi orang terkenal, dipuja, dan banyak uang. Kita pada akhirnya terbiasa menyamakan kebahagiaan dengan kesuksesan. Akibatnya, kita cenderung membekali anak - bahkan sejak balita - dengan aneka kursus dengan excuse "demi masa depannya". Bahkan kita juga mencampuri hidupnya terlalu jauh. Kehendak Anak Sejak bayi, anak-anak pun memiliki hak untuk tumbuh dengan baik dari sudut pandang mereka. Karenanya, kita sebaiknya tak terlalu berusaha keras mewujudkan "impian kita" itu, dengan dalih "ingin yang terbaik untuk anak-anak kita". Lihat juga, seberapa anak kita berkehendak, karena minat setiap anak bervariasi. Memang benar, daya pikir (otak) anak lebih lentur dibandingkan dengan orang dewasa. Makanya, seperti dikatakan Eric H Lennenberg, ahli neurologi, anak lebih mudah belajar bahasa. Namun, pakar lain juga tak terlalu merekomendasikan Anda untuk terlalu banyak mengikutsertakan anak kursus bahasa di luar bahasa ibunya. Pakar bahasa lain memperingatkan, anak yang mempelajari dua bahasa tidak akan dapat menguasai kedua bahasa itu dengan sama baiknya. Juga tak akan sebaik mempelajari satu bahasa. Kerja otak untuk menguasai dua bahasa akan menghambat anak untuk mempelajari hal lain yang harus dia kuasai. Perkembangan bahasa anak terganggu, baik dalam penggunaan kosa kata, struktur tata bahasa, bentuk kata, dan beberapa penyimpangan bahasa lainnya. Coba lihat diri kita, sejauh manakah kita sudah menjejali buah hati kita dengan kursus? Berapa kursus bahasa yang sudah ia ikuti? Bagaimana ia menanggapinya? Berangkat dari kondisi tersebut, ada baiknya kita berhati-hati dalam memilih kursus kecakapan buat buah hati kita. Sikap yang memaksa tak terasa akan melewati garis halus pemisah antara pengasuhan yang efektif dan bertanggung jawab dengan pola pengasuhan yang terlalu menuntut. Ukur dengan Kacamata Anak Yang penting pula, jangan sampai kita mengukur anak kita sendiri dengan kacamata kita. Karena, hasilnya seringkali tak tepat. Bahkan kadang menjadi keputusan salah yang akan disesali anak sepanjang hidupnya. Jadi, tak ada salahnya Anda mulai melihat dengan hati nurani, bagaimana sebaiknya memperlakukan anak-anak. Demikian juga sebelum memaksakan anak ikut beragam kursus, cari tahu dulu keinginan hatinya. Indikator Ayo simak indikator seberapa jauh kita sudah "menjajah" anak kita. Waspadalah bila Anda lebih banyak mengangguk menyetujui hal di bawah ini: a.. Terlalu banyak mengatur. Nyaris setiap menit dari aktivitas kehidupan anak, Anda jejali dengan kursus-kursus, program sosialisasi dan pengayaan pengalaman dan pengetahuan lainnya, sehingga anak kehilangan waktu bermainnya. b.. Menuntut prestasi tinggi di sekolah dan di berbagai bidang lain. Apakah Anda melakukannya? Bahkan nyaris dengan berbagai cara, baik emosional, psikologis, fisik dan dana. c.. Menekan anak memilih kursus, pelatihan atau minat lebih untuk membuat CV (Curriculum Vitae). Jadi, kita bukan berupaya menggali rasa ingin tahu alamiah pada anak, melainkan lebih karena alasan formal belaka. Harus dipahami, bagi anak, kegiatan adalah suatu aktivitas untuk memenuhi rasa keingintahuannya terhadap apa-apa yang masih asing baginya serta memenuhi dorongan emosional yang menjadi minat dan bakatnya. d.. Anda mencampuri persahabatan dan hubungan anak dengan guru kursus atau pelatih. Eh, tahu insiden pemukulan oleh Theo Toemion, Kepala BKPM, terhadap personel di sekolah anaknya? Lepas dari siapa yang salah siapa yang betul, hal itu bolehlah dijadikan gambaran bagaimana sebaiknya kita bersikap di lingkungan anak-anak. Dalam kapasitas normal, menjauhlah dari dunia privat anak. Percayalah, kita tak akan mungkin melakukan proteksi penuh. Dan, anak justru akan tumbuh matang dengan aneka pengalaman yang ditemuinya, bahkan mungkin tanpa perlu ada kita. Jadi, biarlah anak memuaskan rasa ingin tahunya, menemukan dunianya dan an mematangkan dirinya. Tanpa perlu "dipaksa" dan "disiksa" oleh keinginan formal orang tua. Mau tahu tugas Anda lainnya? Pastikan ia mendapat perhatian penuh tanpa mendiktenya. Dan, perhatikan asupan gizi baginya untuk membantu proses tumbuh kembangnya.(THS) SUMBER : SAHABAT NESTLE [Non-text portions of this message have been removed] ======================================================================== == " SEHAT mailing list is supported by Hewlett-Packard StorageWorks Division. SEHAT Internet Access & Website are supported by CBN Net " ======================================================================== == Yahoo! Groups Links ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> <font face=arial size=-1><a href="http://us.ard.yahoo.com/SIG=12heiiurc/M=323294.6903899.7846637.3022212/D=groups/S=1705013556:TM/Y=YAHOO/EXP=1123820149/A=2896125/R=0/SIG=11llkm9tk/*http://www.donorschoose.org/index.php?lc=yahooemail">Take a look at donorschoose.org, an excellent charitable web site for anyone who cares about public education</a>!</font> --------------------------------------------------------------------~-> Komunitas Urang Sunda --> http://www.Urang-Sunda.or.id Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/urangsunda/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/