nembe kenging wartos novel ka tilu si kuring, Fetussaga, parantos diangkut ka gudang ti percetakan. ceuk pamedal mah eta teh hartina terbit. aya di gramedia biasana samingguan deui. ka bandung samingguan deui deuih.
ieu tulisan bobotoh (endorsment): Mang Jamal berkembang, euy! Habis Louisiana Louisiana dan Rakkaustarina, kini terbit novelnya yang ketiga, Fetussaga. Dua yang pertama berlatarbelakang negeri-negeri yang jauh dari Indonesia dan menampilkan tokoh utama orang muda yang terlibat dalam cinta dan segala sangkut pautnya. Sedang novel terbarunya ini mengambil tempat di kampung halaman Mang Jamal sendiri, hingga ke Kawali. Tokoh utamanya pun lain dari yang dulu: calon manusia alias janin yang berteman dengan siluman Ciamis yang disebut onom. Dengan begitu ia beranjak dari tabiat realistis dalam kedua novelnya yang terdahulu, lalu masuk ke alam surealis seraya berupaya mengaduk bahan-bahan perkisahan dari khazanah sejarah dan mitos di Tatar Sunda. Dengan caranya sendiri, saya kira, Mang Jamal tengah bereksperimen dalam seni mengarang. Upaya mengolah sejarah dan mitos menjadi kisah yang layak dibaca tentulah berat adanya, barangkali seperti jerih-payah Wiratanuningrat yang mengubah Rawa Lakbok menjadi lahan pertanian- dan tentu perlu dihargai. Hawe Setiawan |eseis |redaksi majalah Cupumanik Unik dan menarik, itulah kata pertama yang muncul setelah membaca novel ini, berbeda dengan novel terdahulunya Louisiana-Louisiana dan Rakkaustarina, kali ini Jamal bercerita tidak lagi berpijak pada dunia nyata tapi bertutur tentang calon bayi yang berinteraksi dengan mahluk dari "dunia lain". Entah ini pengalaman pribadi atau terilhami dari cerita-cerita misteri yang marak belakangan ini. Yang pasti tentunya sangat disayangkan untuk melewatkan petualangan baru Jamal. Dedi S Wihardja | pembaca buku Antara yang realis dan surealis berbaur dalam novel ini. Lewat penuturan yang lancar, sang novelis membawa kita ke alam budaya Sunda yang tidak lepas dari persoalan-persoalan mistis. Tema yang demikian sangat jarang diungkap orang, apalagi dalam penceritaannya menampilkan tokoh janin yang masih ngendon dalam perut ibunya. Apa yang ditulis Jamal dalam novelnya ini, setidaknya membuktikan bahwa ia adalah orang yang tidak betah di tempat, tidak lagi mengurung diri dalam persoalan cinta dan seks liar, sebagaimana yang terdapat dalam dua novelnya terdahulu. Novel ini menghadirkan sebuah upaya mengenalkan budaya Sunda sekecil apapun ke dunia luar. Soni Farid Maulana |penyair | redaktur seni dan budaya "Khazanah" HU. Pikiran Rakyat Bandung mj http://geocities.com/mangjamal ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> DonorsChoose.org helps at-risk students succeed. Fund a student project today! http://us.click.yahoo.com/O4u7KD/FpQLAA/E2hLAA/0EHolB/TM --------------------------------------------------------------------~-> Komunitas Urang Sunda --> http://www.Urang-Sunda.or.id Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/urangsunda/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/