Mangga nyanggakeun kenging mulungan.
 
Baktos,
WAG
 
 
Biogas, Alternatif Ketika BBM Menipis

WASPADA Online

MELALUI teknologi terapan pembuatan biogas dari kotoran ternak berpeluang menjadi solusi alternatif atas masalah bahan bakar minyak tanah dan peningkatan pro-duksi ternak menuju swa-sembada daging serta men-dorong perbaikan lingkungan.

Bahan bakar minyak tanah dengan fokus pemanfaatan untuk keperluan memasak kerapkali menjadi issu per-masalahan dan menjadi per-bincangan hangat yang mun-cul di tengah-tengah masya-rakat, karena membuat pusing masyarakat terutama yang tinggal di pedesaan. Perma-salahan muncul setiap kali terjadi kenaikan harga minyak tanah yang merupakan bahan bakar utama untuk memasak di pedesaan.

 

Bahan bakar kedua untuk memasak di pedesaan adalah kayu bakar, yang perolehannya semakin hari semakin sulit apalagi gencarnya isu global tentang pelestarian lingkungan hidup, yang sering sekali ber-kaitan erat atau dikait-kaitkan dengan keberadaan tumbuhan kayu. Pelaksanaan pemba-ngunan pada saat ini selalu harus dibarengi dengan analisa dampak lingkungan, yang secara tidak langsung ber-kaitan dengan kelestarian hi-dup, hutan. Kelestarian hutan berkaitan kuat dengan kebe-radaan tanaman pohon. De-ngan demikian perolehan kayu bakar dari kayu dan ranting dari hutan semakin sulit, salah-salah bisa dijadikan biang keladi perusak hutan.

Salah satu teknologi tera-pan yang ramah lingkungan, biaya murah serta gampang diterapkan serta sangat sesuai dengan kondisi pada saat ini adalah pembuatan biogas dari kotoran ternak atau dapat juga berupa campuran kotoran ternak dengan bahan tanaman yang dapat saja berupa limbah usaha pertanian ataupun perkebunan. Daya bakar dari biogas sangat baik, tidak ber-asap sehingga makanan tetap bersih. Biogas adalah gas yang berasal dari mahluk hidup, dalam hal ini dibincangkan dari kotoran hewan dan ta-naman.

 

Cara membuat biogas
Bila kotoran hewan atau bahan tanaman telah mem-busuk maka keluarlah gas. Gas tersebutlah yang ditampung dan dijadikan sebagai biogas. Kotoran ternak secara sendiri atau dicampur dengan bahan dari tanaman secara seimbang dengan air dan dimasukkan ke dalam wadah/ tempat penampungan tertentu untuk dibusukkan, akhirnya akan menimbulkan gas. Gas tersebut ditampung dalam wadah lainnya yang kedap udara, dan kemudian dibu-atkan saluran yang dihubung-kan dengan kompor untuk memasak.

Bahan-bahan yang diperlu-kan dapat berupa drum bekas atau dapat pula dikombinasi dengan pasangan batu bata dan drum bekas, disesuaikan dengan kualitas peralatan pembuatan biogas yang diinginkan.

Menurut beberapa hasil penelitian, kebutuhan keluarga dengan anggota sejumlah 5 orang terhadap biogas yang digunakan khusus untuk memasak adalah 1,25 m3/ hari atau 0,25 m3 /hari/ orang. Se-mentara itu setiap 10 kg kotoran ternak sapi (jumlah yang dihasilkan seekor ternak sapi per hari) berpotensi menghasilkan 0,36 m3 biogas, sehingga untuk 1 keluarga dengan 5 anggota keluarga membutuhkan 4 ekor ternak sapi, dengan perhitungan perolehan kotoran ternak sejumlah 40 kg/ hari dan akan menghasilkan biogas sejumlah 1,44 m3 /hari.

Manfaat lain dari pem-buatan biogas sebagai sumber energi pengganti bahan bakar minyak tanah untuk memasak di pedesaan adalah perolehan pupuk kandang dengan kualitas baik, yang merupakan sisa proses fermentasi untuk mendapatkan biogas, dika-renakan bakteri patogen dan biji tanaman gulma dalam kotoran ternak menjadi mati selama proses fermentasi, dan pupuk kandang tersebut langsung dapat digunakan sebagai pupuk terhadap tanaman.

Sementara pengaruh dari penerapan biogas terhadap perkembangan peternakan adalah sangat baik yakni jumlah petani-peternak akan bertambah banyak dan oto-matis meningkatkan populasi ternak. Kondisi peternakan, terutama untuk ternak sapi dan kerbau di Indonesia termasuk di Sumatera Utara berada pada kondisi tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan sendiri, sehingga harus dipasok dari negara lain. Jika kita ingin berswasembada mau tidak mau, yang namanya populasi ternak harus diting-katkan. Pendekatan kearah itu adalah meningkatkan mi-nat masyarakat untuk ber-ternak sapi.

Melalui teknologi biogas : peternak memasak dengan murah, bersih, ramah ling-kungan, mendorong kelesta-rian alam, meningkatkan produksi ternak, menghemat devisa negara, mendukung perbaikan ekonomi rakyat. Ir. Iskandar Sembiring, MM Penulis : Dosen Jurusan peternakan, Fakultas Pertanian, USU. (sh)



Dudi Herlianto <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
Aya nu apal kana prak-prakan ngadamel bio gas teu nya?
 
di lembur abdi gaduh sababaraha buntut sapi, lebar ti na teh teu pati kapirosea, kungsi sababaraha waktu katukang ningali acara dina salah sahiji stasion tv ngeunaan eta. Harita mah can kapikiran (bbm can rek naek deui). Ayeuana sanggeus sakadang presiden rek naekeun BBM asa kaingetan, ngajadikeun si ti sapi jadi si bio gas.
 
Sok ah bisi we aya baraya nu apal, geura pedarrr...


--
Dudi Herlianto
[EMAIL PROTECTED]
urangsunda@yahoogroups.com
http://dudiherlianto.multiply.com/photos/

Send instant messages to your online friends http://uk.messenger.yahoo.com

Komunitas Urang Sunda --> http://www.Urang-Sunda.or.id




SPONSORED LINKS
Corporate culture Business culture of china Organizational culture
Organizational culture change Organizational culture assessment Jewish culture


YAHOO! GROUPS LINKS




Reply via email to