NOTE: Resensi ini dimuat di Matabaca edisi Februari 2006

Cinta dalam Bingkai Tunggal
---------------------------

Stories of Love, dari Cinta Klasik sampai Cinta Unik
Penulis: Yoli Hemdi 
Penerbit: DAR!Mizan, 2006
Tebal: 190 h.
ISBN: 979-752-339-X



APA YANG dibicarakan saat kita bicara tentang cinta? Demikian tulis Raymond 
Carver dalam salah
satu cerpennya yang paling monumental, 'What We Talk About When We Talk About 
Love?  Ketika bicara
tentang cinta, ternyata kita juga membicarakan hal esensial lain dalam diri dan 
hidup. Cinta
adalah drama hidup dan manusia itu sendiri. Khazanah yang dihasilkan manusia 
tentang cinta juga
sudah begitu kaya, sampai-sampai barangkali semua ruang dalam diri manusia 
sebenarnya dipenuhi
cinta, tak ada sisa lagi. Bahkan siapa pun kini rasanya begitu akrab dengan 
ungkapan-ingkapan
tipikal seperti 'atas nama cinta'; 'disebabkan oleh cinta'; termasuk yang 
konyol, seperti ‘cinta
ditolak dukun bertindak.’ 

Bila Bagus Takwin, dosen fakultas psikologi Universitas Indonesia melahirkan 
Bermain-main dengan
Cinta, Yoli Hemdi, penulis produktif asal Pekanbaru, menempuh cara lain untuk 
merenungkan dan
merasakan hal itu, yaitu lewat Stories of Love, dari Cinta Klasik sampai Cinta 
Unik, yang
mengeksplorasi cinta dari sudut keyakinannya dibandingkan dengan pandangan 
klise maupun dangkal
masyarakat awam terhadap cinta yang selama ini terasa diterima begitu saja 
tanpa diselisik lagi
baik keterangan maupun isinya. Dia memetik enam kisah cinta dari Al-Qur'an, 
menceritakan ulang
dengan santai dan banyak bumbu, kemudian mengelaborasi sebagai sumber untuk 
mempraktikkan cinta
yang benar. Enam kisah itu adalah (1) Adam dan Hawa; (2) Persaingan cinta Habil 
dan Kabil (Cain
dan Abel); (3) Cinta 'segitiga' Ibrahim, Sarah, dan Hajar; (4) Yusuf dan 
Zulaikha; (5) Musa dan
Shafura; (6) Muhammad dan Aisyah. 

Keenam kisah ini sengaja dipetik karena masing-masing memiliki kontras yang 
mudah dibedakan oleh
pembaca muda, khususnya remaja Muslim, sebagai bahan renungan maupun sumber 
kebajikan. Pendekatan,
logika, maupun tafsir yang digunakan pun sederhana, membuat pembaca umum bisa 
merasakan bahwa buku
ini sengaja dikemas demi tujuan tersebut. Kisah cinta itu memang sudah begitu 
tua, namun juga
sudah dikenal, karena disampaikan terus dari generasi ke generasi. 

Buku ini merupakan bagian dari 'Seri Pop Culture' yang dikeluarkan DAR!Mizan 
guna memperluas
khazanah pengetahuan para pembaca muda atas perkembangan ilmu, kemajuan 
teknologi, trend budaya,
fashion, mode, maupun isu-isu aktual. Sudah banyak judul terbit dari seri ini; 
yang mencolok, demi
menggaet pembaca sasaran (target pasar) buku-buku tersebut diperkenalkan dan 
disokong (endorse)
langsung pada ikon dunia pop, baik dari kalangan entertainment (dunia hiburan) 
sampai agama,
misalnya Titi Kamal, Ahmad Dhani, dan Jefri Al Buchori. Di seri ini budaya pop 
langsung
berhadap-hadapan dengan religiositas; sebaliknya religiositas juga berusaha 
liat dan tangguh
menghadapi perubahan maupun kondisi yang bisa membuat para pemeluk teguh kerap 
gamang.

CINTA adalah unsur yang sudah ada dalam diri dan hidup manusia, karena itu 
manusia memang bisa
bersenang-senang, menikmati, bahagia, termasuk sesekali berjarak dan memandang 
cinta secara lebih
kompleks, luas, utuh. Bila seseorang terlalu mengabaikan atau menganggap remeh 
cinta, mungkin buku
ini mampu membuat anggapan tersebut patah. Bila seseorang patah hati karena 
cinta, mungkin buku
ini mampu membuat dirinya bersemangat lagi, karena ternyata cakupan/jangkauan 
cinta lebih luas
dari yang dia sangka selama ini. Ia akan paham kenapa cinta di satu sisi bisa 
mematikan namun di
sisi lain mampu membuat kehidupan terasa lebih bermakna, lebih menggairahkan. 

Berdasar teks suci itu Hemdi ingin menjadikan keenam kisah itu sebagai model 
cinta ideal agar jadi
teladan manusia, setidak-tidaknya para pembaca. Kisah Adam dan Hawa adalah 
cinta pertama yang
muncul di dalam diri manusia; orisinal, sekaligus rentan karena tanpa 
pengalaman, namun akhirnya
mewariskan banyak pengetahuan dan nilai pada kita keturunannya. Persaingan 
cinta Habil dan Kabil,
meskipun tragik, justru melahirkan sejarah yang begitu jelas, antara lain pada 
periode ini untuk
pertama kalinya seorang manusia bersaing, membunuh dan mengubur dengan sesama. 
Cinta 'segitiga'
Ibrahim, Sarah, dan Hajar mengajarkan para kekasih untuk tulus; sementara kisah 
Yusuf dan Zulaikha
mengajari manusia agar bisa dengan jernih membedakan mana cinta dan mana nafsu 
(seks, syahwat).
Musa dan Shafura membuktikan bahwa cinta butuh heroisme; sedangkan hubungan 
Muhammad dan Aisyah
menjelaskan betapa cinta harus dirawat dengan ketelatenan, peka, termasuk 
teguran yang dilakukan
dengan baik dan pantas.

Cinta dalam buku ini terkesan tunggal, sederhana, bisa dibilang hitam-putih. 
Hemdi dengan tegas
mengategorikan cinta dalam bingkai agama Islam, yaitu cinta kepada Allah 
(mahabbah ilallah) dan
cinta karena Allah (mahabbah billah/mahabbah ma'allah) (hal. 184). Bila 
dibenturkan dengan konsep
cinta menurut pandangan filsafat, realitas hidup kontemporer, atau ranah 
pengetahuan dan budaya
lain, keyakinan tersebut sebenarnya ganjil, naif, menafikan jenis cinta yang 
lain. 

Cinta kepada Allah (Tuhan) baru satu di antara begitu banyak kategori dan 
definisi cinta, yang
sering perbedaan satu sama lain begitu tipis atau bahkan kadang-kadang sulit 
dikenal dan dipahami
gejalanya. Cinta karena Tuhan dalam filsafat masuk kategori agape, cinta 
altrusitik tanpa pamrih,
spiritual. Selain agape ada banyak jenis cinta lain; yang umum dikenal adalah 
eros dan philia,
namun ternyata masih ada ludus, storge, pragma, mania, juga xenia---semuanya 
butuh penjelasan
mendalam dan jelas. Itu baru dari satu ranah. Khazanah sufisme melahirkan ishq 
(cinta bergelora
pada Allah). 

Jenis lain, misalnya cinta seseorang pada sahabat, sesama manusia, negara, 
benda tertentu,
aktivitas, suasana, atau peristiwa, termasuk bagaimana cinta bisa tumbuh dan 
mati---semua itu
belum terjelaskan. Kategori cinta tunggal itu tentu saja aneh bagi seorang 
lulusan pascasarjana
IAIN Imam Bonjol, Padang.

ANDRÉ COMTE-SPONVILLE, seorang filosof kontemporer Prancis, di dalam bukunya 
yang bersahaja, The
Little Book of Philosophy (2004) menegaskan, 'Cinta adalah subjek yang paling 
menarik.' Niscaya.
Tak perlu dibantah lagi. Cinta bisa membuat seseorang hidup, sengsara, atau 
mati; menyebabkan
legenda dan mitos terus bertahan, diinterpretasi, dimaknai kembali. Semua orang 
boleh membicarakan
cinta, dengan versi masing-masing. 

Dalam buku ini Yoli Hemdi mengambil posisi tertentu untuk menerangkan cinta, 
menggali sejumput
khazanah Islam, bilang, mengutip Ibn Qayyim Al-Jauziyah: 'Siapa yang tidak mau 
mencicipi manisnya
cinta tidak akan bisa menikmati kehidupan.'[] 11 Februari 2006 21:35:04

Anwar Holid, eksponen komunitas TEXTOUR, Rumah Buku Bandung.

Alamat:
Jalan Kapten Abdul Hamid, 
Panorama II No. 26 B 
Bandung 40141 
Telepon: (022) 2037348
HP: 08156-140621 
Email: [EMAIL PROTECTED]


Never underestimate people. They do desire the cut of truth. 
Jangan meremehkan orang. Mereka sungguh ingin kebenaran sejati.

© Natalie Goldberg
----------------------------------------------------------------------
Esai, resensi, artikel, dan lebih banyak tulisan. Kunjungi dan dukung blog 
sederhana ini:

http://halamanganjil.blogspot.com

__________________________________________________
Do You Yahoo!?
Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam protection around 
http://mail.yahoo.com 




Komunitas Urang Sunda --> http://www.Urang-Sunda.or.id
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/urangsunda/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



Kirim email ke