Salams baraya,
Dina waktos ieu mah mung ukur hoyong ngabagi dongeng tina pangalaman kahirupan sapopoe jadi indung.  mudah-mudahan aya manfaatna.
Hapunten teu disundakeun :-)
baktos,
Lies
===============
Bukan hanya orang dewasa yang ingin memberikan perhatian dan kasih sayang pada anak-anak yatim dan dhuafa. Anak-anak kecil yang masih polos pun seringkali hatinya terpanggil ingin menolong.

 

Sore itu seorang wanita dengan mengenakan kebaya usang, berusia sekitar 55 tahun atau mungkin lebih muda hanya kelihatan lebih tua dari usia yang sebenarnya, dengan menuntun seorang gadis kecil yang semula kusangka cucunya datang menemui kami.

 

Setelah memperkenalkan diri bahwa dia dari kampung sebelah kemudian bercerita bahwa anaknya, Rimawati, ingin sekolah. Setiap hari Rimawati selalu melihat dan mengawasi anak-anak lain seusianya yang mengenakan seragam TK PGRI Sukadana yang kebetulan dekat dengan rumah mereka, bila anak-anak TK itu sudah masuk ke dalam kelas kadang dia mengintipnya dari jendela. TK tersebut memang hanya berupa bangunan kecil dengan satu ruangan kelas berada di tengah kampung diantara rumah-rumah penduduk dengan halaman kecil tanpa pagar.

 

Rimawati, yang telah yatim sejak masih bayi dan tidak pernah mengenal ayahnya, seringkali menyampaikan keinginannya untuk bersekolah, namun ibunya yang sehari-hari hanya mencari nafkah dengan jualan penganan kecil sambil jongkok di pasar merasa tidak mampuh untuk membayar biaya sekolah sehingga tak dapat memenuhi keinginan anaknya. Kakaknya yang tahun kemarin lulus SD pun sekolahnya tidak dilanjutkan. “Boro-boro untuk membiayai anak-anak sekolah, untuk makannya pun berat, makanya Ibu senang sekali ketika mendengar disini ada yayasan yang menyekolahkan anak-anak, mudah-mudahan aja Neng bisa membantu” katanya.

 

Sejenak saya merasa bingung bagaimana menjawabnya, hati kecil selalu ingin menolong tapi kemampuan terbatas sehingga terpaksa harus menolaknya walaupun tidak tega dan ikut sedih kalau nanti ibu dan anak itu pulang dengan kecewa.

 

Saya tidak segera menjawab permohonan ibu itu, tapi dengan tersenyum bicara pada anaknya:

“Rima pengen sekolah? Gimana kalau sekolahnya tahun depan saja, ya? Sekarang kan udah ketinggalan, sekolahnya pun udah mulai”

Gadis kecil dengan wajah yang memelas itu tidak menjawab, dengan malu-malu dia menyembunyikan wajah ke lengan ibunya.

 

Yah pertengahan Agustus memang anak-anak sudah mulai sekolah lagi tapi itu bukan alasan yang sebenarnya untuk menolak permintaan ibu dan anak itu, melainkan karena harus memprioritaskan anak-anak yatim dan dhuafa usia wajib belajar. Dan banyak diantara mereka yang telah mendaftarkan diri itu masih harus menunggu untuk bisa diangkat anak-asuh.

 

Belum sempat berbicara dan menjelaskan kepada ibunya Rimawati, Saskia yang duduk disebelahku berbisik:

“What does she want, Mum?”.

“She wants to go to school but her Mum hasn’t got any money”.

“Are you going to help her?”

“ She is too young”

“How old is she?”

“Five”

“I went to school when I was five. Why can’t she?”

“ We are only helping the bigger ones at the moment”

“Why?”

“I’ll tell you later Sweetheart, why don’t you take her to play”

“I’ve got money Mum, if you won’t help her then I will” Protesnya.

 

Saskia kemudian pergi mencari dompetnya yang entah disimpan dimana. Yah selama di Indonesia walaupun saat itu dia baru berumur 7 tahun tapi sudah saya kasih uang jajan sepuluh ribu rupiah sehari karena dia senang pergi rame-rame ke warung dan mentraktir teman-temannya.

 

Kembali dengan dompet ditangan dia langsung mengosongkan isinya dan menyelipkan  ketanganku dua lembar uang ribuan dan beberapa keping logam.

“Here to pay for her school Mum”

“That’s very nice of you Darling but it won’t be enough to pay for school, you can give it to her for jajan”.

“She didn’t ask for jajan she wants to go to school. Please Mum, send her to school, I will pay you more when we get back to England”.

 

Sikap Saskia yang bersikeras ingin menyekolahkan anak itu membuatku terharu sekaligus malu pada diri sendiri yang hendak menyakiti hati anak yatim untuk tidak memenuhi permintaannya yang sangat sederhana. Hanya ingin bersekolah seperti anak-anak lainnya.

 

Saskia sempat mengajak anak itu bermain sebentar di halaman rumah sebelum ibu dan anak itu ahirnya pulang dengan tersenyum. Dan sampai saat ini Saskia masih mengikuti ‘aturan main’ yang disepakatinya.

 

Sekali-kali kalau melihatku duduk di komputer dia suka bertanya tentang anak-asuhnya:

“How is my kid now. Is she still going to school?”.

“Yes, for as long as you don’t ask me for pocket money”

“That’s OK, I still got money every week from Gina and Sylvia”

(Lies Parish)

======================================

Yayasan Annisa Indonesia

www.annisa.org



Komunitas Urang Sunda --> http://www.Urang-Sunda.or.id




YAHOO! GROUPS LINKS




Kirim email ke