Baraya sadaya,
 manawi aya manfaat na ieu mah, mangga aos !
 
17 Mei 2005 - 11:20   (Diposting oleh: Bobby Sant)
Fatwa Hukum Tentang Anjing
Oleh Rachmatdi Hatmosrojo, SH (Chambaraya DTC)
I. Penggunaan Anjing
a. Anjing yang telah dilatih / dididik untuk digunakan atau dimanfaatkan dalam keperluan seperti ; Berburu, Menjaga Ternak, Menjaga Pekarangan, halaman dan tanaman, Mencari penjahat atau menangkap penjahat SBB Disebut “ KALBUL MUALLAM “ (Anjing Terpelajar).
b. Tanda-tanda Anjing tersebut ; Bila dilepaskan untuk menangkap buruan atau binatang buruan seperti Rusa, maka setelah Buruan ditangkap tidaklah dimakannya tetapi diserahkan kepada tuannya atau di tinggalkan untuk tuannya.
c. Dapat disimpulkan bahwa memelihara Anjing untuk dididik dan dilatih itu Diperbolehkan.
II. Memelihara Anjing
a. Memelihara Anjing untuk kepentingan berburu, menjaga tanaman / halaman/ pekarangan, menjaga ternak dan kepentingan lainnya seperti Menjaga rumah, mencari Penjahat atau menangkap penjahat, dan sebagainya “Diperbolehkan”.
b. Memelihara Anjing tidak untuk kepentingan yang bermanfaat seperti untuk kesenangan saja / sebagai hiasan rumah “Tidak Diperbolehkan”.
c. Dasar Qaidah / Dalil – Dalil.
* Imam Syafi’i.
( Diambil dari Kitab Madjmusyarah Kitab Muhadzah Juz 9 Hal.23 oleh Imam Nawawi ), yaitu ; “ Tidak Boleh Memelihara Anjing, kecuali untuk Berburu, Menjaga Ternak Ternak / Tanaman atau Hal Semacam itu “
* Hadis Muslim Juz I Hal 685. (Diceritakan oleh Ibnu Umar ).
“ Sesungguhnya Rasulullah SAW memerintahkan membunuh Anjing kecuali Anjing untuk Berburu, untuk menjaga Ternak / Kambing.
* Hadis Muslim Juz I Hal. 686.
Sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda : “ Barang Siapa Memelihara Anjing kecuali Anjing Penjaga Ternak, Anjing Berburu / Anjing Penjaga Ladang, maka amalnya setiap hari akan dikurangi dengan satu Qiroth “.
**Kata Qiroth dalam hadis itu merupakan ukuran sebesar Gunung Uhud.
Hadis Buchori Juz 7 Hal 114.
“Dari ADY Bin Hatim Berkata ; Saya menanyakan kepada Rasulullah SAW bahwa saya termasuk kaum berburu dengan anjing, maka Rasulullah SAW bersabda :”Jika engkau melepaskan anjing-anjing mu yang terdidik dan engkau menyebut nama Allah, maka makanlah apa yang ditangkap oleh Anjing itu, kecuali bila anjing itu memakannya maka Jangan engkau makan. Saya khawatir kalau-kalau anjing itu menangkap untuk dirinya sendiri, dan jika bercampur anjing itu dengan anjing lain (Anjing yang tidak Terdidik) maka Janganlah engkau makan.
III. Tempat Memelihara Anjing.
* Meskipun Anjing telah terdidik dan dapat digunakan, serta boleh dipelihara sebagai hal-hal yang tersebut diatas, Anjing harus dipelihara pada tempat Tersendiri dan Tidak pada tempat dimana si pemelihara tinggal.
* Malaikat Tidak mau masuk ke rumah dimana ada anjing / gambar anjing. Yang dimaksud Malaikat adalah : RACHMAT dan BARAKAH ( Faidul Qodir Juz 6 Hal.50 ).
IV. Najisnya Anjing.
Mengenai Hukum Najisnya Anjing terdapat Qaidah / Dalil :
a. “Adapun Najisnya Anjing adalah karena adanya Perintah menuangkan air bejana yang terkena Jilatan Anjing dan Harus Membasuh bejananya. Rasulullah SAW Bersabda : “Jika seekor anjing menjilat bejana salah satu dari pada kamu sekalian, maka hendaknya kamu menuangkan bejana itu (Mengosongkan isinya) kemudian membasuhnya 7X ( Diriwayatkan oleh Imam Muslim – Al Fiqhu Alal Madzhahibilj Juz I Hal.16) .
b. Para pengikut Mazhab Maliki mengatakan bahwa tiap-tiap barang yang hidup itu SUCI keadaannya walaupun seekor Anjing / Babi. Para pengikut Mazhab Hanafi setuju terhadap mereka ini bahwa anjing itu Suci keadaannya selama dia masih hidup saja. Pengikut Mazhab Hanafi mengatakan bahwa Liur anjing itu Najis selama anjing masih Hidup, karena mengikuti najisnya Daging anjing itu sesudah matinya. (Al-Fiqhu Alal Madzahibil Arbaah Juz I Hal.16 ).
Dari Kedua Dalil Tersebut Diatas, Dapat Disimpulkan Bahwa Terdapat 3 Pendapat, yaitu ;
1. Bahwa anjing itu najis seluruhnya, berdasarkan adanya perintah mencuci bejana yang dijilatnya sebanyak 7X. Bahkan menurut pendapat Imam Syafi’i tentang Najisnya anjing ini termasuk najis Mugholadoh (Najis yang diberatkan). Sebab mencuci bejana yang kena najis tersebut sampai 7X dan 1X diantaranya harus dicampuri dengan Debu. Pendapat ini diikuti oleh umumnya Kaum Muslimin di Indonesia dan mereka yang Bermazhab Syafi’i.
2. Bahwa anjing itu selama masih hidup suci keadaannya. Adapun bila ada barang yang dijilat anjing diperintahkan mencucinya 7X, perintah yang demikian itu harus ditaati tetapi Tidak ditegaskan bahwa perintah ini mencuci sedemikian itu disebabkan karena Najisnya Anjing. Demikian ini yang diikuti oleh mereka yang Bermazhab Maliki.
3. Bahwa anjing itu selama masih hidup suci keadaannya kecuali air liurnya. Adapun liurnya adalah Najis, sebab diikutkan Najisnya daging anjing jika sudah mati, dan yang demikian ini diikuti oleh mereka yang Bermazhab Hanafi.
V. Cara Mencuci Najisnya Anjing.
Caranya dengan mencuci barang-barang tersebut sebanyak 7X dan 1X pertama atau salah satu dari 7X, dicampur dengan Debu.Yang sedemikian ini berdasarkan Qaidah / Dalil – dalil.
Mengenai Apakah Pemakaian Debu Dapat Digantikan Dengan Bahan – Bahan Lain ?.
1. Secara “Physiche Waarde”, maka dapat digunakan soda, sabun Potas dan lain – lain sebagai pengganti debu untuk Campuran air Basuhan. ( Kitab Al – Fiqhusalah Madzahibil Arbaah Juz I Hal. 29 dan Kifajatul Achjar Hal. 71 ).
2. Tidak dapat diganti debu dengan Bahan lainnya. Sebagai campuran air basuhan hanya dapat digunakan debu dan segala semacamnya (Debu halus, Kuning, Merah, Putih, Debu yang belum hancur / wungkul bahkan debu campur Tepung). ( Kitab Al – Fiqhusalah Madzahibil Arbaah Juz I Hal. 30 dan Kitab Kifajatul Achjar Hal.71 ).
3. Mementingkan ada / tidak adanya debu dan atau rusak / tidaknya barang-barang itu dicuci dengan debu.
KESIMPULAN :
1 .Jadi sepanjang Hukum, Diperbolehkan Memelihara Anjing untuk Keperluan, Kepolisian atau Kemiliteran dalam mengusut suatu kejahatan.
2. Jika masih dianggap Najis, maka Pemelihara, Pawang atau Pelatih dapat menghindari sentuhannya dalam keadaan Basah ( Liurnya ), bila menghindari yang baik, wajib baginya mencuci tempat yang kena sentuhan anjing.
3. Maka boleh bagi yang bertaklid pada Imam Syafi’I akan bertaklid dalam kejadian yang serupa ini pada Mazhab Hanafi, Karena Mazhab ini hanya mewajibkan sekedar mencucinya secara biasa. Juga Diharuskan bertaklid pada Mazhab Maliki.
Sumber tulisan :
1. Surat Universitas Al Azhar beserta Terjemahannya.
2. Salinan Surat Jawatan Urusan Agama Tgl. 13 – 12 – 1956 No.655 / A / 1 / 156
Oleh Rachmatdi Hatmosrojo, SH (Chambaraya DTC)


How low will we go? Check out Yahoo! Messenger’s low PC-to-Phone call rates.

Komunitas Urang Sunda -->
http://www.Urang-Sunda.or.id




SPONSORED LINKS
Corporate culture Business culture of china Organizational culture
Organizational culture change Organizational culture assessment Jewish culture


YAHOO! GROUPS LINKS




Kirim email ke