Ari mucikari sareng germo teh naon nya? da baheula mah asa tara ngadenge anu kitu teh. Ayeuna mah jaman "modern" seueur kecap anu kenging mulung ti nu batur dina bahasa Indonesia na oge. Ari bahasa baheula mah sok kapopohokeun, misal na basa kuring keur ngora ari ngahariring teh kieu yeuh: "kleung dengdek buah kopi rarangeuyan, keun anu dewek ulah pati diheureuyan---komo deui di kontrak2 kitu mah, heuheuy deudeuh baheula mah anu di kontrak teh imah, jaman ayeuna mah nanaon oge bisa di kontrakeun, termasuk "body part" ...wawloh hu alam.

waluya56 <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
Ti Millis sabeulah, cenah sumberna tina koran "Warta Kota", koran
Jakarta. Geuning, lain wae awewe urang lembur bau lisung, tapi oge
mahasiswi di Jakarta kersa dikawin "nyakeudeung".

Wartosna nyanggakeun:

Kisah Mahasiswi Kawin Kontrak

Dari sekian banyak perempuan yang diamankan petugas dalam operasi
kawin kontrak di kawasan Puncak, Kabupaten Bogor, ada dua perempuan
yang mengaku masih kuliah di perguruan tinggi swasta (PTS) di
Jakarta. Mereka melakukan hal itu untuk biaya kuliahnya.

Kedua mahasiswi tersebut adalah Aida (22) dan Sarah (20). Aida
mengaku masih kuliah di sebuah PTS di Kramat Raya, Jakarta Pusat.
Sedangkan Sarah ngaku kuliah di sebuah PTS di Kalibata, Jakarta
Selatan. Mereka rela kawin kontrak lantaran tak ingin terputus
kuliahnya.

"Saya terjerumus ke bisnis kawin kontrak gara-gara ditawari bekerja
di Arab Saudi dengan imbalan gaji yang sangat besar oleh seseorang
yang mengaku bernama Astuti. Saya baru mengenalnya di salah satu
diskotek ternama di Jakarta," tutur Sarah ketika ditemui di Mapolwil
Bogor, Selasa (1/8).

Astuti menjanjikan, Sarah akan dipekerjakan di salah satu rumah
makan milik rekan bisnis Astuti di Arab Saudi dengan gaji yang
sangat besar. Namun, sebelum dapat bekerja di Arab Saudi, Sarah
diharuskan berkenalan dengan rekan bisnis Astuti di kawasan Puncak.
Karena tergiur dengan iming-iming gaji besar, Sarah pun menerima
tawaran tersebut. "Saat itu saya benar-benar sedang dalam kesulitan
untuk meneruskan kuliah karena terbentur biaya," kata perempuan
berambut pirang itu.

Diantar oleh seorang pesuruh Astuti yang belakangan terkuak
identitasnya sebagai mucikari, Sarah yang bermukim di kawasan
Jakarta Timur itu dipertemukan dengan seorang pria Arab di kawasan
Puncak. Dalam pertemuan itu, Sarah juga didampingi seorang
germo. "Katanya, bos yang punya restoran di Arab itu ingin bertemu.
Kebetulan dia sedang berlibur di Puncak," kata Sarah.

Dalam pertemuan awal itu, pria Arab bernama Ahmed Abdullah tersebut
berjanji akan memenuhi segala kebutuhan Sarah selama bekerja di Arab
Saudi. Namun ada syaratnya. "Syaratnya, waktu itu saya harus mau
menemani dia untuk menjadi istri kontraknya selama dia berada di
Puncak, sekitar 4 bulanan," ujar Sarah lagi.

Setelah menerima penjelasan panjang lebar dari sang germo, Sarah pun
tergiur dengan iming-iming uang puluhan juta. Akhirnya, sejak tiga
tahun lalu Sarah rela menjalani profesi sebagai istri kontrak dari
beberapa pria Arab. Angan-angan bekerja di Arab Saudi pun melayang
entah ke mana. "Saya sudah tiga kali memiliki suami Arab, meski
status perkawinan kami hanya kontrak," ujarnya.

Berbeda dengan penuturan Aida. Gadis lembut bertubuh montok yang
mengaku bermukim di kawasan Semper, Jakarta Utara, itu mengaku bahwa
ia memang memilih menjadi istri kontrak daripada menjadi pelacur
jalanan. "Daripada saya melacur di jalan atau istilahnya menjadi WC
umum, mending dinikahin kontrak. Dapat nafkah, enggak usah di
jalanan," katanya.

Nasib kedua gadis itu sama, yakni menjalani kawin kontrak atas jasa
seorang makelar yang menawari mereka menjadi istri dari pria asal
Timur Tengah. Proses kawin kontrak di kawasan Puncak memang
tergolong mudah dan singkat. Sepintas, kawin kontrak layaknya nikah
sesungguhnya. Ada penghulu, saksi dan wali dari orangtua cewek. Tapi
semua itu hanyalah akal-akalan saja. Kawin kontrak tak lepas dari
sisi bisnis prostitusi terselubung.

Misalnya saja, calon pengantin pria harus membayar mahar antara Rp
10 juta hingga Rp 15 juta. Seperti dikemukakan Sarah. Saat kawin
kontrak, suaminya membayar mahar Rp 15 juta. Namun uang itu dibagi-
bagi untuk dirinya, makelar, penghulu, saksi, dan wali. "Saya
sendiri hanya mendapat Rp 8 jutaan," beber Sarah. (Akn)

Sumber: Warta Kota



Yahoo! Music Unlimited - Access over 1 million songs. Try it free. __._,_.___

Komunitas Urang Sunda --> http://www.Urang-Sunda.or.id





SPONSORED LINKS
Corporate culture Business culture of china Organizational culture
Organizational culture change Organizational culture assessment


YAHOO! GROUPS LINKS




__,_._,___

Kirim email ke