Republika, Minggu, 24 September 2006 SELISIK
‘Madrasah Ruhaniah’ Kang Jalal ------------------------------ >> Anwar Holid TADINYA, begitu tamat baca novel Antara Kabut & Tanah Basah (B. B. Traitmoko, SJ), saya ingin mulai baca Lumbini (Kris Budiman). Sampul novela Lumbini menurut saya cukup unik dan inovatif, yaitu berupa secarik kain berbentuk bujur sangkar warna merah bata, dijahitkan persih di tengah-tengah, sementara pinggiran kain sengaja dibiarkan bersuluran. Jadilah benang-benang kainnya malah memberi aksen. Desain buku itu betul-betul menggoda saya untuk segera baca; dan memang itu yang terjadi. Sebenarnya saya sudah membuka-buka halaman awal buku itu, tapi tentu saja hanya sekelebat. Tapi rupanya sudah sejak seminggu lalu diri dalam bawah sadar saya diingatkan bahwa Ramadhan akan diawali minggu ini; jadi waktu pagi-pagi mau bawa Lumbini sambil berangkat kerja, benak saya langsung memerintah agar memilih buku-buku yang eksplisit bertema Islam, kalau bisa ya persis tentang shaum (puasa) atau keutamaan Ramadhan. Cari-cari sebentar, ingatlah bahwa istri saya beli Madrasah Ruhaniah (Jalaluddin Rakhmat) ketika pameran buku IKAPI Jawa Barat, 1 - 7 Juli 2006. Kami dan banyak orang lain sudah sangat terbiasa memanggil beliau ‘Kang Jalal’ atau ‘Ustad Jalal.’ Akhirnya buku itu yang saya comot dan mulai dijelajahi setiap ada kesempatan; entah sedang santai, duduk di angkot, atau ketika sendirian. Istri saya pada dasarnya boleh dibilang sangat akrab dengan banyak karya Kang Jalal; dialah yang selalu rela menyisihkan uang untuk membeli buku karya beliau. Sejak mahasiswa dia sudah rutin ikut pengajian yang setiap minggu diadakan di masjid Al-Munawwarah yang ada di dekat rumah beliau. Di situlah beliau senantiasa mengisi materi pengajian---baru diganti hanya kalau berhalangan. Waktu menikah, saya jadi terbawa juga ikut menyimak ceramah tersebut bersama ratusan jamaah lain. Di rumah juga tersedia bibliografi lain Kang Jalal---terutama yang bertema Islam. Maklum, sebagai cendekiawan studi komunikasi, pendidikan, dan agama, beliau sangat disegani karena buku-bukunya berpengaruh besar. Terakhir, beberapa bulan lalu kami dihadiahi Belajar Cerdas oleh MLC---sebuah buku bertema tentang paradigma baru pendidikan. Itu juga sebuah buku yang sangat menarik. INSYA ALLAH sebagai Muslim kita semua sudah paham tentang ibadah shaum satu bulan penuh selama Ramadhan. Minimal tahu yang standar, menegakkan yang paling dasar, karena kita memang diperkenalkan dan dilatih sejak kecil, baik dalam lingkungan keluarga ataupun setempat. Di rumah kita diajari tentang kesederhanaan, solidaritas dan cinta selama Ramadhan, di luar kita diberi aura kebahagiaan dan kesemarakan---kadang-kadang oleh suara mercon dan petasan. Karena merupakan standar, bila dihadapi dengan malas-malasan shaum jadi sesuatu yang rutin, dan akibatnya mudah menyebabkan kebosanan. Beberapa tahun lalu saya bahkan pernah berpandangan sinis sekali setiap kali menjelang Ramadhan. Alhamdulillah pandangan itu sudah cukup berubah. Kang Jalal menyebut bahwa shaum Ramadhan adalah 'madrasah ruhaniah,' artinya menjalani pelatihan untuk menggeser perhatian yang berlebihan pada ego, pindah dari rumah kita yang sempit menuju rumah semesta yang tak terhingga. Puasa merupakan madrasah untuk mendidik orang menajamkan mata batin agar dapat menembus tirai kegaiban, ‘akademi’ yang melatih menerbangkan ruhani agar hingga dalam pangkuan kasih sayang Tuhan. Maka alih-alih kembali mengulang tata cara shaum Ramadhan---yang dengan amat mudah bisa dicari di literatur lain---beliau langsung mengajak pembaca menukik menjelajahi makna batin shaum Ramadhan, baik lewat amalan ataupun penafsiran atas teks dari khazanah Islam yang amat kaya. Agar mendapatkan makna shaum, pertama-tama orang mesti berkhidmat baik pada Ramadhan, ibadah, dan semua umat manusia. Kemudian beliau menunjukkan makna batin bulan Ramadhan dari hari pertama hingga terakhir; rupanya ini bagian yang paling menarik dalam buku tersebut. Untuk mengikat makna batin itu pembaca mula-mula diajak membersihkan jiwa untuk menyambutnya, memperlebar atau memperkaya aspek shaum, baru ujungnya boleh berharap Allah mau menyingkap diri-Nya kepada makhluk-Nya. Dalam istilah kang Jalal, artinya orang tersebut telah kembali kepada Allah, mereka telah mudik ke kampung halaman yang abadi. Demi menolong agar memperoleh makna batin, orang selayaknya meniru kebiasaan Allah, sebagaimana kata Nabi Muhammad SAW, "Carilah dalam dirimu sendiri sifat-sifat Allah." Harus diakui, subjek ini memang mudah ditulis dan diucapkan namun terbukti sulit dilaksanakan. Buku yang disusun (barangkali tepatnya: ditranskrip) oleh Sukardi dan Miftah F. Rakhmat dari ceramah rutin kang Jalal di masjid kecil tersebut dengan segera menjadi buku khas beliau: enak sekali dibaca, komunikatif, kaya khazanah, berwawasan luas, dalam. Harus diakui beliau adalah seorang penulis subur, dan lebih dari itu, buku-bukunya laris. Saya yakin beliau cocok dijadikan teladan, apalagi bagi kalangan penulis. Kelebihan lain beliau adalah caranya berorasi juga sangat memikat. Mendengar beliau bicara di depan publik atau membaca beliau menulis akan segera meruntuhkan anggapan stereotipe bahwa bila seseorang pintar menulis biasanya kaku bila mesti bicara di depan umum; sebaliknya, seorang orator ulung kebanyakan kesulitan atau malas menulis. Kang Jalal termasuk jenis manusia yang dianugerahi kemampuan---dan tentu saja kerja keras---dengan baik menguasai kedua-duanya. Sebagai 'bonus' disertakan doa harian Ramadhan; jadi bila kita mau, kita boleh tiap hari membukanya lagi, mirip dengan Al-Quran yang selama Ramadhan ini niscaya jadi buku yang paling kerap dibaca, bahkan dilomba-lombakan. Walhasil, sebelum benar-benar bergumul dengan buku yang fokus pada satu subjek shaum, saya mengalami sebuah kebetulan yang sedikit menarik: Antara Kabut & Tanah Basah adalah novel yang mengambil kisah tragis dunia wayang (dari khazanah Hindu), yaitu roman Dewabrata dan kekasih platoniknya, Dewi Amba; sementara penulisnya pemeluk Katolik dari ordo Jesuit. Sementara Lumbini menggali khazanah Buddhisme---bahkan setting utamanya di Tibet. Baru menjelang Ramadhan ini saya kembali memegang lagi buku karya cendekiawan Muslim. Tampaknya saya merasa digiring untuk 'kembali' dan mengkhidmati sesuatu yang sejak awal sudah saya miliki. Apa ini sedikit tanda makna agar saya lebih baik menjadi manusia? Semoga saja.[] Kontak: Jalan Kapten Abdul Hamid, Panorama II No. 26 B Bandung 40141 | Telepon: (022) 2037348 | HP: 08156-140621 | Email: [EMAIL PROTECTED] Never underestimate people. They do desire the cut of truth. Jangan meremehkan orang. Mereka sungguh ingin kebenaran sejati. © Natalie Goldberg ---------------------------------------------------------------------- Esai, resensi, artikel, dan lebih banyak tulisan. Kunjungi dan dukung blog sederhana ini: http://halamanganjil.blogspot.com __________________________________________________ Do You Yahoo!? Tired of spam? Yahoo! Mail has the best spam protection around http://mail.yahoo.com Komunitas Urang Sunda --> http://www.Urang-Sunda.or.id Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/urangsunda/ <*> Your email settings: Individual Email | Traditional <*> To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/urangsunda/join (Yahoo! ID required) <*> To change settings via email: mailto:[EMAIL PROTECTED] mailto:[EMAIL PROTECTED] <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/