Leres tea sareng leres pisan...abdi oge tahun genep puluahn teh cita2 teh hoyong gaduh mobil ! nya dileukeunan..meser mobkas ngawitan kabedag ttaun 1978...Holden Torana tahun 1972..leuwih sering off tibatan On...heuheuy..tapi bangga..abdi gaduh mobil..sakali deui mobil...sanes momobilan.....
--- netta fahad <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > walaupun kenyataan menunjukkan bahwa Indonesia > secara > relatif mempunyai > jumlah mobil per kapita yang kecil, namun > jalan-jalannya merupakan jaringan > jalan yang "paling banyak digunakan" di dunia (hanya > nomor dua setelah > Hongkong yang bukan merupakan negara): 5.7 juta > kenderaan-km per tahun dari > jaringan jalan. (2003, The Economist World in > Figures, > 2007 Edition). > > Ieu nunjukkeun berhasilna iklan2 mobil sareng motor > di > Indonesia sareng kuatna lobi2 produsen mobil/motor > ka > pamarentah,sangkan pembangunan sarana transportasi > massal dihambat. > Ningali kieu teh,jiga na Urang Jepang,korea selatan, > sareng nagara2 produsen automotive > lianna,saleuseurian. "Hore,mobil urang payu > euy,nuhun > ah Urang Indonesia!!" kitu meureun pok na teh :). > > Ah ayeuna mah,ulah silih salahkeun,,,,urang nalipak > diri sorangan we...mulai dari diri sendiri,mulai > dari > yang kecil,mulai dari sekarang kitu cenah mah... > --- mj <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > > > > Kamu hoyong lieur mangga aos tulisan batur > ngeunaan > > lemah cai urang... > > > > > > Nu nulisna novelis, jurnalis, produser film, salah > > seorang pendiri dari > > Mainstay Press (www.mainstaypress.org), Senior > > Fellow pada Oakland Institute > > (www.oaklandinstitute.org). Saat ini ia tinggal > dan > > bekerja di Asia Tenggara > > dan bisa dihubungi pada alamat email > > [EMAIL PROTECTED] > > Naskah aslinya berjudul "Indonesia: Natural > > Disasters or Mass Murder?", > > dimuat dalam International Herald Tribune dan The > > Financial Times, 12 > > Februari 2007, dikirimkan via e-mail oleh Duta > Besar > > RI di Ceko, Prof Dr > > Salim Said, MA,MAIA, dan diterjemahkan oleh Dr. > > Saafroedin Bahar, Komnas > > HAM. > > ----------- > > > > INDONESIA: BENCANA ALAM ATAU PEMBUNUHAN MASSAL ? > > > > Oleh: Andre Vitchek:[1] > > > > Lain hari, terjadi lagi kehilangan nyawa yang > > sesungguhnya tidak perlu: > > 16 orang terbunuh dan 16 orang masih hilang pada > > saat banjir dan longsor di > > Tahuna, sebuah pulau kecil dekat Sulawesi. > > Dengan kecepatan yang mengerikan, Indonesia > telah > > menggantikan Bangla Desh > > dan India sebagai bangsa yang paling rentan > bencana > > di dunia. Jika nama > > Indonesia muncul pada daftar judul utama di berita > > Yahoo, besar kemungkinan > > telah terjadi lagi suatu tragedi besar yang > > sesungguhnya tidak perlu terjadi > > di salah satu pulau dari kepulauan yang tersebar > > luas ini. > > > > Pesawat terbang hilang atau tergelincir di > > landasan pacu, kapal-kapal > > ferry tenggelam atau rontok di lautan bebas, > kereta > > api bertabrakan atau > > tergelincir satu kali seminggu, penumpang yang tak > > berkarcis berjatuhan dari > > atap yang berkarat. Tumpukan sampah yang berbau > > busuk dan tidak diatur telah > > menimbun kelompok pemulung yang tak berdaya, tanah > > longsor telah > > menghanyutkan rumah-rumah kardus ke anak-anak > > sungai, gempa bumi serta > > gelombang pasang telah menghancurkan kota-kota > serta > > desa-desa pantai. > > Kebakaran hutan di Sumatra telah menyesakkan nafas > > penduduk di daerah yang > > luas di Asia Tenggara. > > Ruang lingkup bencana sebesar ini tidak pernah > > terjadi sebelumnya dan > > sungguh aneh jika mengabaikannnya sekedar sebagai > > nasib jelek bangsa atau > > amarah Tuhan ataupun karena amarah alam belaka. > > Sebagian besar bencana ini > > harus dipersalahkan pada korupsi, inkompetensi > atau > > sekedar ketidakacuhan > > dari kelompok elite yang sedang berkuasa dan para > > pejabat peemrintah. Adalah > > kemiskinan, minimnya projek untuk kepentingan > umum, > > dan kegemaran [para > > pejabat untuk ] mencuri yang membunuh ratusan ribu > > prya, wanita serta > > anak-anak Indonesia yang tidak berdaya. > > Sejak kudeta militer dalam tahun 1965 yang > > disponsori Amerika Serikat yang > > menjatuhkan Sukarno, dan menaikkan rezim militer > > yang sangat anti komunis, > > korup, dan pro pasar dari diktator Suharto, > > Indonesia terhindar dari > > pengawasan yang sungguh-sungguh dari media dan > > pemerintahan negara-negara > > Barat. Setelah jatuhnya Suharto dalam tahun 1998, > > Indonesia dipuji oleh > > media massa sebagai suatu demokrasi yang sedang > > tumbuh dan semakin toleran. > > Sebagian dari bencana ini adalah buatan manusia; > > [dan] hampir semuanya > > malah bisa dicegah. Dalam penelusuran yang lebih > > cermat semakin jelas > > terlihat bahwa orang-orang mati karena hampir > tidak > > ada upaya pencegahan, > > kurangnya pendidikan (Indonesia merupakan negara > > yang ketiga paling rendah > > prosentase GDP anggaran pendidikannya sesudah > > Equatorial Guinea dan Ecuador) > > dan suatu sistem ekonomi pro pasar yang buas yang > > membiarkan sekelompok > > kecil orang kaya untuk memperkeya dirinya sendiri > di > > atas penderitaan orang > > banyak yang hidup dengan biaya kurang dari dua > > dollar sehari. Kesimpulan > > yang dapat ditarik terhadap bagaimana berfungsinya > > masyarakat Indonesia bisa > > sangat mengerikan. Namun, menghindari pengungkapan > > hal ini tidak diragukan > > lagi akan menyebabkan jatuhnya korban nyawa yang > > berharga dari ratusan ribu > > manusia. > > Indonesia didorong oleh semangat mencari untung > > dalam bentuknya yang > > paling ekstrim. Ia juga merupakan salah satu dari > > bangsa yang paling korup > > di muka bumi. Dan kelihatannya tidak ada > keuntungan > > cepat yang dapat > > diperoleh dari mengambil langkah-langkah > preventif. > > Dimanapun dunia, > > bendungan dan dinding anti-tsunami dipandang > sebagai > > pekerjaan umum dan > > justru perkataan -umum-yang telah hampir lenyap > dari > > kamus mereka yang > > membuat keputusan di Indonesia. Keuntungan > berjangka > > pendek bagi sekelompok > > khusus orang diberikan prioritas yang lebih tinggi > > dari kemanfaatan > > berjangka panjang bagi seluruh bangsa. Keruntuhan > > moral dari bangsa ini > > terbayang dalam skala nilai: orang korup tapi kaya > > memperoleh penghormatan > > yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan mereka > > yang jujur tapi miskin. > > Tenggelamnya kapal-kapal ferry bukanlah "karena > > angin kencang dan ombak"; > > kapal-kapal itu tengelam karena penih sesak oleh > > penumpang dan karena > > perawatan yang buruk. Semuanya bisa dijadikan > uang, > > bahkan keselamatan > > ribuan penumpang. Perusahaan-perusahaan hanya > ingat > > terhadap keuntungannya > > sendiri, sedangkan para pengawas dari pemerintah > > hanya memperhatikan uang > > suap belaka. Tenggelamnya kapal Senopati Nusantara > > dengan ratusan kurban dan > > disiarkan secara luas itu hanyalah salah satu dari > > ratusan kecelakaan laut > > yang terjadi setiap tahun di Indonesia. > > Walaupun tidak bisa diperoleh angka statistik yang > > pasti (dengan alasan yang > > dapat diduga, yaitu karena pemerintah Indonesia > > berusaha sekeras-kerasnya > === message truncated === ____________________________________________________________________________________ 8:00? 8:25? 8:40? Find a flick in no time with the Yahoo! Search movie showtime shortcut. http://tools.search.yahoo.com/shortcuts/#news