nyanggakeun aya artikel ngeunaan asal muasal SUNDA. ti antara desember 1995:
teu disundakeun da males. jeung teu bisa deuih ;D

dh.

---

*ISTILAH SUNDA TERCANTUM DIBUKU PTOLEMAEUS TAHUN 150 MASEHI*



Bandung, 16/12 (ANTARA) - Istilah Sunda sebagai nama tempat, pertama kali
disebut oleh ahli ilmu bumi dari Yunani, Ptolemaeus dalam bukunya tahun 150
Masehi, kata Prof Dr drs Edi Suhardi Ekadjati, dalam pidato pengukuhan
dirinya selaku Guru Besar Ilmu Sej arah di Universitas Padjadjaran, Bandung,
Sabtu.

Mengutip buku Atmamihardja (1958: 8), Edi menjelaskan, Ptolemaeus
menyebutkan, ada tiga buah pulau yang dinamai Sunda yang terletak di sebelah
timur India.

Berdasarkan informasi itu kemudian ahli-ahli ilmu bumi Eropa menggunakan
kata Sunda untuk menamai wilayah dan beberapa pulau di timur India, kata Edi
yang kini Kepala Museum Konferensi Asia Afika dan dosen di Unpad serta Unpar
Bandung.

Dari penelurusan kepustakaan, katanya, kata Sunda seperti dikatakan Rouffaer
(1905: 16), merupakan pinjaman kata dari kebudayaan Hindu seperti juga
kata-kata Sumatera, Madura, Bali, Sumbawa yang semuanya menunjukkan nama
tempat.

Kata Sunda sendiri, menurut Edi, kemungkinan berasal dari akar kata "sund"
atau kata "suddha" dalam bahasa Sanskerta yang mengandung makna: bersinar,
terang, putih (Williams, 1872: 1128, Eringa 1949: 289). Dalam bahasa Jawa
kuna (Kawi) dan bahasa Bal i pun terdapat kata "Sunda" dengan pengertian:
bersih, suci, murni, tak bercela/bernoda, air, tumpukan, pangkat, waspada
(Mardiwarsito, 1990: 569-57, Anandakusuma, 1986: 185-186; Winter, 1928:
219).

Ahli geologi Belanda RW van Bemmelen, mengatakan, Sunda adalah suatu istilah
yang digunakan untuk menamai dataran bagian barat laut India Timur,
sedangkan dataran bagian tenggaranya dinamai Sahul, ujar Edi. Dataran Sunda
dikelilingi sistem Gunung Sun da yang melingkar (circum-Sunda Mountain
System) yang panjangnya sekitar 7000 km.

Edi mengemukakan, dataran Sunda terdiri dari dua bagian utama, yaitu bagian
utara, meliputi Kepulauan Filipina dan pulau-pulau karang sepanjang Lautan
Pasifik bagian barat, serta bagian selatan yang terbentang dari barat sampai
ke timur mulai Lembah Brahm aputera di Assam (India) hingga Maluku bagian
selatan.

Dataran Sunda itu bersambung dengan kawasan sistem Gunung Himalaya di barat
dan dataran Sahul di timur, kata Edi, mengedepankan pendapat van Bemmelen
(1949: 2-3).

Selanjutnya, sejumlah pulau yang kemudian terbentuk di dataran Sunda diberi
nama dengan menggunakan istilah Sunda pula yakni Kepulauan Sunda Besar dan
Kepulauan Sunda Kecil.

Kepulauan Sunda Besar ialah himpunan pulau besar yang terdiri dari Sumatera,
Jawa, Madura dan Kalimantan. Sedangkan Sunda Kecil merupakan gugusan pulau
Bali, Lombok, Sumbawa, Flores, Sumba, Timor (Bemmelen, 1949:15-16).

Mengutip Gonda (1973:345-346), Edi mengatakan, pada mulanya kata "suddha"
dalam bahasa Sansekerta diterapkan pada nama sebuah gunung yang menjulang
tinggi di bagian barat Pulau Jawa yang dari jauh tampak putih karena
tertutup abu asal gunung tersebut.

Gunung Sunda itu terletak di bagian barat Gunung Tangkuban Parahu. Kemudian
nama tersebut diterapkan pula pada wilayah gunung itu berada dan
penduduknya.

Menurut Edi, mungkin sekali, pemberian nama Sunda bagi wilayah bagian barat
Pulau Jawa itu diilhami oleh sebuah kota dan atau kerajaan di India yang
terletak di pesisir barat India antara kota Goa dan Karwar (ENI, IV,
1921:14-15).

Selanjutnya, Sunda dijadikan nama kerajaan di bagian barat Pulau Jawa yang
beribukota di Pakuan Pajajaran, sekitar kota Bogor sekarang. Kerajaan Sunda
itu telah diketahui berdiri pada abad ke-7 Masehi dan berakhir pada tahun
1579 Masehi, katanya, men gutip Danasasmita dkk, III, 1984:1-27 dan
Djajadiningrat, 1913:75.

Setelah keruntuhan Kerajaan Sunda, eksistensi dan peranan Sunda tidak lagi
menonjol di daerahnya sendiri, apalagi di wilayah Nusantara, baik dalam
hubungan geografis, sosial, politik maupun kebudayaan. Keadaan seperti itu
berlangsung sekitar tiga aba d hingga awal abad ke-20 Masehi, karena
pengaruh kekuasaan dari luar yaitu kekuasaan dan kebudayaan Islam, Jawa,
Eropa (terutama Belanda).

Di antara pengaruh-pengaruh luar itu yang paling melekat dan meresap ke
dalam masyarakat Sunda adalah Islam, baru kemudian Jawa dan selanjutnya
Eropa, kata Edi.



*Paguyuban Pasundan*



Identitas Sunda muncul lagi awal abad ke-20 dengan lahirnya Paguyuban
Pasundan (1914), yaitu suatu perkumpulan yang berorientasi pada sosial
budaya Sunda, setelah melewati proses kebangkitan bahasa dan sastra Sunda
sejak pertengahan abad ke-19.

Usul tersebut disetujui pemerintah kolonial sehingga ketetapan pembentukan
provinsi tersebut antara lain berbunyi, " Jawa Barat, dalam bahasa orang
pribumi (bahasa Sunda) menunjuk sebagai Pasundan". Dalam perjalanan sejarah,
Paguyuban Pasundan antara lain sejak 1918 berintegrasi dengan aktivitas kaum
pergerakan nasional yang menuntut kemerdekaan, bebas dari penjajah.

Prof Edi Suhardi Ekadjati dilahirkan di Kuningan, Jawa Barat, 25 Maret 1945.
Ia, suami Hj Utin Nur Husna dan kini dikaruniai empat anak. Edi adalah
Sarjana Sastra Unpad (1971), kemudian melanjutkan studi di Program Filologi
untuk Sejarah, Rikjsuniver siteit, Leiden (1975), lalu meraih Doktor di
Universitas Indonesia (1979).


On 4/23/07, Tatang Sariman <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

  Asa patunggang tonggong sareng konsep Sunda Besar sareng Sunda kecil,
dina peta Indonesia ti PBB? cing kumaha tah?, wasalam.

*Asep Hadiyana <[EMAIL PROTECTED]>* wrote:

 Wiluzeng wengi para wargi,

,___




--
dh
~:ngadék sacékna, nilas saplasna:~
:.nu dipalar lain pamuji, panyepét nu dipénta!.:
datiparang.blog.com . deha.wordpress.com

Kirim email ke