Lulusan IPDN teh keur pagawe sipil atawa keur tantara? geuningan dilatih 
nyekel bedil sagala, saperti warta ti detikcom dihandap ieu. Atuh ari kitu 
mah ieu sakola teh ngadidik keur calon Kopral lain keur calon lurah/Camat. 
Wartosna nyanggakeun:



Praja IPDN Dilatih Bertempur dan Menggunakan Senjata



Erna Mardiana - detikcom



Bandung - Tidak hanya kekuatan fisik dan disiplin yang diperoleh praja IPDN 
saat mengikuti pendidikan latihan dasar militer (Latsarmil) di Pusdikter. 
Mereka juga ternyata dididik memegang senjata dan dilatih untuk bertempur di 
hutan belantara dengan dibekali enam peluru.



"Memang kami bekerja sama dengan Pusdikter sejak awal APDN nasional berdiri. 
Dengan pendidikan Latsarmil, para praja diharapkan bisa disiplin, bukan 
hanya semata-mata bisa memegang senjata," ujar Kepala Biro Konsultasi dan 
Badan Hukum IPDN Supardan Modeong saat dikonfirmasi detikcom, Jumat 
(27/4/2007) pagi.



Menurut dia, istilah Latsarmil dipakai pada saat APDN nasional, yaitu tahun 
1989 hingga 1992. Namun setelah menjadi STPDN pada tahun 1992, namanya 
diubah menjadi Latihan Dasar Mental dan Kedisplinan (Latsarmendis).



"Dulu pada saat Latsarmil angkatan-angkatan pertama, pendidikannya cukup 
berat. Para praja harus bermalam berhari-hari di hutan dengan bekal 
seadanya. Mereka belajar survival," kata dia.



Selain itu, para praja juga diajari memegang senjata dan dilatih bertempur 
di hutan dengan dibekali enam butir peluru. Ketika ditanya apa tujuannya, 
menurut Supardan hal itu untuk melatih kedisiplinan. Namun, kata dia, sejak 
berubah menjadi Latsarmendis pada 1992, sudah tidak ada lagi latihan 
memegang senjata.



Ketakutan praja untuk membuka mulut di IPDN ternyata hingga sekarang masih 
menggurita. Buktinya, praja yang diminta keterangan oleh detikcom, meminta 
identitasnya disembunyikan.



Berbeda dengan yang disampaikan oleh Supardan, praja angkatan 2003 yang 
berasal dari luar Jawa ini mengaku istilah Latsarmil masih dipakai pada 
zaman almarhum Wahyu Hidayat atau 2002. "Angkatan kami namanya Latsarmendis 
dan tidak diajari memegang senjata. Namun angkatan di atas kami masih 
diajari memegang senjata," ujarnya.



Dihilangkannya latihan memegang senjata, menurut dia, disebabkan peristiwa 
kekerasan yang menimpa Wahyu Hidayat. "Setelah peristiwa Wahyu, hal-hal yang 
berbau militer dihilangkan," katanya.



Hal senada juga diakui oleh Nindya Praja Indra dan Wasana Praja Leo 
Elfransa. Menurut mereka, tidak ada latihan memegang senjata pada saat 
Latsarmendis. "Tidak tahu kalau angkatan sebelum kami," tutur mereka kepada 
detikcom.

Kirim email ke